REVIEW - TRINIL: KEMBALIKAN TUBUHKU

21 komentar

Memasuki era 70-an, wajah politik di Indonesia mengalami perubahan saat jumlah partai politik dipangkas menjadi tiga (Golkar, PDI, PPP) sejak pemilu 1977. Perubahan selalu menyisakan ketidakpastian terkait dampak yang dihasilkan. Positif? Negatif? Atau sebatas stagnasi? 

Sewaktu Rara (Carmela van der Kruk) pulang ke perkebunan teh warisan ayahnya selepas berbulan madu bersama sang suami, Sutan (Rangga Nattra), timbul pertanyaan seputar pengaruh yang dibawa. Apakah Rara adalah pembawa anugerah karena di hari pertamanya menjejakkan kaki hujan deras langsung mengguyur? Ataukah ia sumber kutukan yang memicu terjadinya gagal panen di beberapa waktu terakhir? 

Setelah 17 tahun berlalu, Hanung Bramantyo kembali membesut horor yang kembali menautkan teror mistis dengan sejarah beraroma politis negeri ini. Jika Legenda Sundel Bolong (2007) membicarakan peristiwa 1965, maka Trinil: Kembalikan Tubuhku yang mengadaptasi sandiwara radio berjudul sama dari dekade 80-an, membahas iklim politik Indonesia pada 1970-an. 

Keunggulan Trinil dibanding mayoritas horor lokal belakangan adalah bagaimana naskah buatan Hanung bersama Haqi Achmad bersedia memerhatikan cara bernarasi. Misteri mengenai kematian aneh para buruh perkebunan diberi ruang eksplorasi alih-alih sekadar memenuhi durasi dengan penampakan kuyang. 

Ya, penelusuran atas kasus tersebut, yang turut mengungkap masa lalu ibu Rara, Ayu (versi dewasa diperankan Wulan Guritno, versi muda diperankan Shalom Razade), menjadikan sosok kuyang sebagai sumber penebar teror. Menjauhkan diri dari hantu-hantu yang lebih populer memang meniupkan angin segar. Ditambah pendekatan ekspresionis dari Hanung yang membungkus kehadiran si demit tanpa tubuh dengan tata pencahayaan penuh warna mencolok bak pertunjukan panggung, Trinil: Kembalikan Tubuhku jadi horor yang memiliki identitas visual kuat. 

Sayangnya ia bukan horor yang mengerikan. Mayoritas kemunculan si kuyang tak lebih dari kegiatan setor muka tanpa dampak berarti. Bumbu komedinya justru lebih efektif, baik dari running joke mengenai Pak Joko (Goetheng Iku Ahkin) yang memasuki kamar Rara, atau lewat dinamika unik pasutri karakter utamanya, di mana sebagai suami, Sutan malah jauh lebih penakut dibanding sang istri. 

Sedangkan terkait drama politiknya, Hanung enggan bertutur secara gamblang. Serba-serbi politik Indonesia era 70-an tampil diwakili oleh deretan masalah di kebun teh. Kisah keluarga disfungsional yang saling meributkan warisan mencerminkan gejolak perebutan kekuasan negara (termasuk warna khas tiga partai politik yang silih berganti mengisi layar dalam bentuk pencahayaan, properti, dan kostum), karakter Yusof (Fattah Amin) si dukun eksentrik yang merepresentasikan nasib mereka yang hendak mengungkap kebenaran di negeri ini, hingga konklusi yang bertujuan mengingatkan betapa "setan" bakal terus menghantui dalam beragam bentuk selama para penguasa masih menghalalkan cara-cara kotor. 

Banyak subteks politik ingin Hanung sampaikan di sini. Bahkan mungkin terlalu banyak, sampai paruh akhirnya seolah bergulir tanpa ujung. Pun di luar beberapa potongan berita di kredit pembuka, naskahnya luput menyediakan "petunjuk jalan" bagi penonton. Memberi sedikit remah-remah petunjuk guna memancing antusiasme penonton menguraikan simbolnya bukanlah bentuk "menyuapi". Tapi kekurangan yang sukar dimaklumi adalah perihal yang lebih mendasar: sebagai horor, Trinil: Kembalikan Tubuhku gagal tampil menyeramkan.

21 komentar :

Comment Page:
AMBER mengatakan...

Woy Aquaman mana cok

Anonim mengatakan...

Anjrit ini film

Dikira film busuk

Ternyata...MINDBLOWING WTF BANGET

Anonim mengatakan...

WoW film awal 2024 yang menghentak jiwa penonton di bioskop

Penonton kena double Ulti : Kaget Serem Sekaligus Tertawa Terbahak bahak

Anonim mengatakan...

Atta Halilintar emang sedasyat itu akting bermain dalam film trinil

Salute !!!

Anonim mengatakan...

Hanung top abis, semua genre di lahap cerdas

Anonim mengatakan...

270ribu penonton trinil ehemmmm

Anonim mengatakan...

Bang gk review film rebel moon yg bapuk tu

Anonim mengatakan...

Atta Halilintar sehebat itukah

Anonim mengatakan...

We Love Atta Halilintar

Anonim mengatakan...

Karya Mitologi Jawa Yang Selalu Keren

Anonim mengatakan...

Heran, ada film komedi bagus seperti ini

Anonim mengatakan...

Atta Halilintar top best aktor 2024

Anonim mengatakan...

Bagus ini film, saya sampai ketawa...hiburan

Anonim mengatakan...

Awal 2024 yang bagus start film indonesia

Anonim mengatakan...

Thanks mas rasyid ulasan nya

Anonim mengatakan...

Pantas bang rasyid gak pernah balas komentar karena banyak komentar anonim yang bahasanya kasar

Anonim mengatakan...

Atta Halilintar Fans Senang Menonton Film Trinil

Anonim mengatakan...

Trinil Cinematic Universe Di mulai

Anonim mengatakan...

Penonton berhasil ketawa seram nonton trinil

Anonim mengatakan...

Awal 2024 yang membahagiakan bagi film Indonesia

Anonim mengatakan...

Carmela van der Kruk bicara apa ya saat terakhir teriak teriak lihat suaminya mati mirip pengen bab