REVIEW - LAMPIR

30 komentar

Tidak berlebihan menyebut Lampir punya potensi luar biasa besar. Ketimbang mengikuti pakem horor lokal dengan segala penampakan setan buruk rupa, ia memilih jalur horor psikologis dengan mengetengahkan naluri bertahan hidup yang membuka wajah gelap manusia. Sayangnya proses mengeksekusi gagasan cemerlang tersebut tak berlangsung mulus akibat ketidakmampuan memenuhi poin-poin esensial subgenrenya.

Keengganan Kenny Gulardi selaku sutradara sekaligus penulis naskah untuk bermain aman sudah terbaca sejak momen pembuka yang memperkenalkan penonton pada sosok Lampir (Sheila Salsabila) dalam adegan hitam putih cantik. Orkestra garapan Hajar Asyura dan Nara Bunyi, ditambah rumah mewah yang nantinya bakal jadi latar pertumpahan darah, menekankan ambisi Lampir untuk tampil "berkelas".

Alurnya berpusat pada sesi foto pre-wedding Wendy (Jolene Marie) dan Angga (Rory Asyari), di sebuah rumah milik teman Agnes (Ardina Rasti). Roby (Gandhi Fernando) si fotografer sekaligus pacar Agnes, Nanda (Hana Saraswati) si perias, dan Rizki (Ge Pamungkas) yang dibenci oleh kawan-kawannya akibat masalah di masa lalu. Keenam sahabat itu tidak tahu bahwa rumah tersebut merupakan sarang Lampir yang tengah mencari mangsa. 

Kemunculan sosok Lampir yang menjauh dari citra nenek tua sebenarnya tidaklah spesial, sebab pengarahan sang sutradara cenderung generik. Keunggulan justru terletak pada modus operandi si hantu pendamba kecantikan, yang alih-alih asal menyerang, memilih untuk memecah belah para korban terlebih dahulu, layaknya predator yang bermain-main dengan calon makanannya. 

Lampir pun menjadi horor yang tidak mengumbar jumpscare. Pasca menemukan sebuah gulungan misterius, yang disusul oleh kematian pertama salah satu dari mereka, mulai timbul saling curiga di antara karakternya. Di sinilah daya tarik Lampir memuncak, yang sayangnya, di saat bersamaan juga jadi awal titik balik penurunan kualitas.

Naskahnya menerjemahkan "saling curiga" dengan begitu dangkal. Konflik antar karakter selalu dipresentasikan dalam bentuk pertengkaran penuh teriakan, yang seiring waktu semakin terasa repetitif, apalagi saat penulisan dialognya dipenuhi kalimat-kalimat klise. Ketika banyak cara alternatif untuk memperlihatkan gesekan interpersonal, Lampir ngotot memakai pendekatan yang terasa cerewet. Akibatnya, klimaks tatkala Lampir menampakkan wujud aslinya pun ikut terdampak dan kehilangan momentum.

Akting jajaran pemain yang masih terjebak pada teriakan-teriakan "keras namun hampa" guna meluapkan keputusasaan karakter mereka (bentuk akting "besar" yang tak dibarengi olah rasa mumpuni) pun tidak banyak membantu. Saya menyukai nihilisme kelam yang kisahnya bawa, tapi sebagai horor psikologis, Lampir masih terlalu tipis. 

30 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Setuju dengan akting para pemainnya, teriak yg asal teriak bersahut2an dan terkesan lebay…

Anonim mengatakan...

si gendhis bacotnya kalo review film orang sok paling jago, taunya film dia sendiri busuk

dah lah bilangin aja kaga usah sok ngereview film orang lagi, fokus sama kerjaannya aja, jadi kucing peliharaan om-om sebagaimana boty pada umumnya

Anonim mengatakan...

anjir ini film, nenek lampir masuk ke lubang ngangkang...keren banget

Anonim mengatakan...

di kira film busuk, ternyata...yahud banget keren

Anonim mengatakan...

lihat poster nya pasti film boker, ternyata ge pamungkas benar : berak

Anonim mengatakan...

lampir emang sekeren njing itu

Anonim mengatakan...

film bagus

Anonim mengatakan...

hantunya terakhir di tampakkan

Anonim mengatakan...

mindblowing crot banget

Anonim mengatakan...

bagus teunan

Anonim mengatakan...

jagoan keren banget

Anonim mengatakan...

Nenek Lampir Lesbong

Anonim mengatakan...

pengen berakkkkkk

Anonim mengatakan...

Wow Ending Nya MEMBARA

Anonim mengatakan...

lampir suka selangkangan, ampun deh

Anonim mengatakan...

Film khusus bukan untuk para bocil penakut

Anonim mengatakan...

Anak umur 4 tahun di ajak nonton ortunya nonton lampir...ketan banget orangtua...bagus

Anonim mengatakan...

film termegah terdasyat

Anonim mengatakan...

Slowburn Fatality

Anonim mengatakan...

skor film ini gue kasih 8/10...emang bagus kok

Anonim mengatakan...

Lele Laila Universe Cinematic lihat ada clue nya

Anonim mengatakan...

dari awal udh bisa ditebak ini film pasti tentang "transmigrasi" tubuh, tapi ini film patut di apresiasi kok, salah satu film horor lokal terbaik di pembuka tahun 2024

Anonim mengatakan...

scene terakhir 10 menit adalah scene mematikan indah ciamik sekali

Anonim mengatakan...

bagong banget ini film saking bagusnya semesta nenek lampir

Anonim mengatakan...

luar biasa berak

Anonim mengatakan...

Kenapa di komen banyak bgt buzzer filmnya si

Anonim mengatakan...

thanks kolom komentar positif sekali

Anonim mengatakan...

luar biasa

Anonim mengatakan...

thanks mas rasyid

Anonim mengatakan...

ulasan nya keren