REVIEW - RUMAH DINAS BAPAK
Rumah Dinas Bapak yang mengadaptasi utas buatan Dodit Mulyanto (pernah juga diangkat oleh siniar Do You See What I See) adalah horor komedi yang tidak pernah benar-benar menyeramkan maupun benar-benar lucu. Tapi ia juga film yang digarap dengan begitu solid, sampai saya tidak keberatan meluangkan waktu dan uang untuk menontonnya, meski beberapa menit setelah keluar dari bioskop, banyak dari materinya bakal segera terlupakan.
Sesuai judulnya, film ini menceritakan masa kecil Dodit (Octavianus Fransiskus) yang bersama keluarganya mesti pindah ke sebuah rumah dinas di desa terpencil, karena sang bapak (Dodit Mulyanto) selaku ketua jagawana ditugaskan menjaga hutan di sana. Tidak seperti bapak yang jarang meluangkan waktu karena lebih sering tidur di hutan, Dodit cukup dekat dengan ibunya (Putri Ayudya). Kakak perempuan Dodit yang tengah hamil, Lis (Yasamin Jasem), beserta suaminya, Dewo (Elang El Gibran), juga tinggal di rumah tersebut.
Sejak awal sudah banyak keanehan dialami Dodit sekeluarga, yang nantinya bakal selalu terulang tiap malam Jumat kliwon. Mulai dari pintu rumah terbuka sendiri, penampakan beberapa sosok misterius, hingga yang paling berbahaya adalah saat ada anggota keluarga yang tiba-tiba lenyap.
Tentu hampir semuanya dibarengi humor. Satu hal yang patut diingat, komedi dari naskah buatan Evelyn Afnilia akan lebih efektif kalau kalian tidak mencicipi trailernya terlebih dahulu, yang sayangnya memuat mayoritas materi terlucunya. Beraneka ragam amunisi guna memancing tawa dilepaskan, namun yang paling ampuh adalah komedi verbal dari celetukan tokoh-tokohnya, meski seperti telah disinggung di atas, takkan sampai menghadirkan ledakan tawa.
Komedinya mampu tersampaikan dengan baik berkat penghantaran mumpuni dari para pemain, khususnya Fajar Nugra dan Sadana Agung Sulistya yang memerankan Kasno dan Sugeng selaku dua anak buah bapak. Dodit sendiri, biarpun dalam porsi terbatas, masih jago memancing tawa lewat gaya deadpan-nya. Sementara Putri Ayudya, Elang El Gibran, dan Yasamin Jasem memastikan semua karakter, bahkan yang berstatus non-komedik sekalipun, dibawakan dengan solid sekaligus mampu tampil menggelitik kala dibutuhkan.
Elemen horornya bukan sesuatu yang bakal membuat penontonnya ketakutan, pun berbeda dengan kekhasannya selama ini, Bobby Prasetyo selaku sutradara tidak menghadirkan jumpscare yang menggedor-gedor jantung. Mungkin itu suatu kesengajaan, supaya Rumah Dinas Bapak tersaji lebih ringan mengingat filmnya merupakan horor komedi.
Rumah Dinas Bapak memang kurang maksimal baik sebagai horor maupun komedi, namun di sisi lain, ia juga tidak meninggalkan hal-hal yang mengganggu kenikmatan menonton. Alurnya cenderung aman, tanpa permasalahan yang bakal membuat penonton garuk-garuk kepala. Departemen teknisnya turut melengkapi, dengan tata kamera arahan Padri Nadeak yang memanjakan mata, pula musik buatan Mikhael Beltsazar, yang bersenjatakan synth 80-an miliknya, terdengar segar dan menjauhi bunyi-bunyian klise ala horor lokal.
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar