ED WOOD (1994)
Film biopic tentunya dibuat untuk memberikan penghormatan kepada tokoh yang kisah hidupnya diangkat dalam film tersebut. Membuat tokoh tersebut lebih dikenal akan kelebihan dan kehebatan mereka adalah tujuannya entah pada akhirnya berhasil atau tidak. Lawrence of Arabia memperlihatkan kepahlawanan seorang T.E. Lawrence. Sedangkan film Chaplin yang memberikan Robert Downey Jr. nominasi Oscar untuk "Best Actor" jelas mengangkat kreatifitas dan kejeniusan seorang Charlie Chaplin. Tapi bagaimana jika sebuah biopic dibuat bagi seseorang yang dijuluki sebagai "the worst director of all time"? Begitulah yang dilakukan oleh Tim Burton saat membuat sebuah film biopic tentang Edward D. Wood, Jr. atau yang lebih dikenal sebagai Ed Wood dalam kolaborasi keduanya dengan Johnny Depp ini. Ed Wood memang fenomenal, dimana banyak pihak mengatakan karyanya sangat buruk, tapi pihak lain ada yang menyukainya keburukan karya itu dan malah menjadi cult. Salah satu karyanya yang paling terkenal dan sering disebut sebagai film terburuk adalah Plan 9 From Outer Space.
Film ini tidak akan membawa kita terlalu jauh kedalam latar belakang seorang Ed Wood (Johnny Depp). Kita akan langsung dibawa pada masa dimana Ed Wood telah berusia 30 tahun dan drama teater yang dia sutradarai baru saja mendapatkan review yang amat buruk. Meski begitu, Ed Wood tetap yakin akan kemampuan yang dia miliki. Ed Wood sendiri mempunyai kebiasaan aneh, yaitu gemar memakai pakaian wanita yang menurutnya membuat dirinya merasa nyaman. Untuk memenuhi hasratnya tersebut, dia sering mengambil pakaian miliki kekasihnya, Dolores Fuller (Sarah Jessica Parker). Ed Wood sendiri mulai berteman secara tidak sengaja dengan Bela Lugosi (Martin Landau) yang terkenal sebagai pemeran Dracula tapi kini sudah sangat tua, lemah dan telah kehilangan nama besarnya. Kemudian Ed Wood akhirnya mendapat kesempatan pertamanya untuk membuat film. Karya pertamanya adalah Glen or Glenda yang memiliki kisah hampir sama seperti hidupnya, yaitu tentang cross-dressing. Film itu juga dibintangi oleh dirinya sendiri, Dolores dan Bela Lugosi.
Dengan bujet super minim dan waktu syuting hanya beberapa hari, Ed Wood menyelesaikan film ini yang kemudian banyak dicerca dan disebut sebagai film terburuk sepanjang masa. Tapi Ed Wood pantang menyerah dalam berkarya. Dia memilih jalur independent dan membuat film yang naskahnya dia tulis sendiri, sutradarai sendiri, dan produseri sendiri, mirip dengan idolanya, Orson Welles tapi tentunya dengan kualitas yang bak Bumi dan langit. Dan tentunya film-film itu dibuat dengan bujet minim, peralatan seadanya dan kadang harus diam-diam mencuri dari sebuah studio. Jika dalam sehari sutradara biasa hanya fix dengan satu atau dua scene, maka Ed Wood bisa menyelesaikan 30an scene dalam sehari. Itu karena dia hanya melakukan sekali take saja. Dari situlah lahir film-film Ed Wood berikutnya seperti Bride of the Atom yang berganti judul menjadi Bride of the Monster, dan tentunya film Ed Wood paling dikenal, apalagi kalau bukan Plan 9 From Outer Space.
Film ini pada dasarnya bukanlah menyoroti kehidupan Ed Wood secara lengkap, tapi lebih kepada bagaimana proses kreatif seorang Ed Wood dalam membuat film yang terkenal asal-asalan tersebut. Sebuah keputusan bagus dari Tim Burton, karena proses-proses tersebut memang sepertinya jauh lebih menarik daripada riwayat hidup lengkap Ed Wood. Toh yang ingin diketahui orang-orang termasuk saya bukanlah bagaimana kisah masa kecilnya tapi bagaimana prosesnya dalam membuat sebuah film. Dan lewat film ini saya jadi tahu bagaimana nekatnya dan gilanya seorang Ed Wood dalam membuat film yang sangat asal-asalan. Tapi film ini tidak terlihat sebagai sebuah celaan terhadap Ed Wood. Yang ada, Tim Burton malah membuat sebuah penghormatan terhadap dedikasi Ed Wood. Bukannya mencela, film ini malah terlihat menampilkan kelucuan satir untuk membungkus tingkah polah Ed Wood dalam membuat filmnya. Ambiguitas sangat terlihat disini, apakah Ed Wood murni seorang gila dan idiot ataukah sutradara yang amat mencintai dunia film dengan segala idealisme anehnya.
Film ini pada dasarnya bukanlah menyoroti kehidupan Ed Wood secara lengkap, tapi lebih kepada bagaimana proses kreatif seorang Ed Wood dalam membuat film yang terkenal asal-asalan tersebut. Sebuah keputusan bagus dari Tim Burton, karena proses-proses tersebut memang sepertinya jauh lebih menarik daripada riwayat hidup lengkap Ed Wood. Toh yang ingin diketahui orang-orang termasuk saya bukanlah bagaimana kisah masa kecilnya tapi bagaimana prosesnya dalam membuat sebuah film. Dan lewat film ini saya jadi tahu bagaimana nekatnya dan gilanya seorang Ed Wood dalam membuat film yang sangat asal-asalan. Tapi film ini tidak terlihat sebagai sebuah celaan terhadap Ed Wood. Yang ada, Tim Burton malah membuat sebuah penghormatan terhadap dedikasi Ed Wood. Bukannya mencela, film ini malah terlihat menampilkan kelucuan satir untuk membungkus tingkah polah Ed Wood dalam membuat filmnya. Ambiguitas sangat terlihat disini, apakah Ed Wood murni seorang gila dan idiot ataukah sutradara yang amat mencintai dunia film dengan segala idealisme anehnya.
Film ini memang bersikap netral dengan tidak mencoba membela karya-karya Ed Wood tapi juga tidak mencoba mencelanya. Lewat film ini saya juga tidak hanya tahu tentang proses kreatif Ed Wood, tapi juga tahu lebih jauh mengenai persahabatannya dengan Bela Lugosi sekaligus menjawab pertanyaan saya kenapa Lugosi mau terus bekerja sama bermain di film Ed Wood walaupun selalu dicerca. Toh disini kita akan disajikan sebuah persahabatan yang unik tapi juga indah antara mereka berdua. Lucu tapi juga terasa menyentuh. Saya juga jadi tahu lebih banyak tentang seluk beluk mereka berdua termasuk tentang Bela yang seorang drug addict parah. Bicara sola kelucuan jelas sangat banyak kelucuan yang biasanya datang dari tingkah absurd seorang Ed Wood. Tapi banyak juga adegan memorable lain entah itu yang lucu, keren ataupun mengharukan. Diawal saya sudah tertawa melihat adegan dimana Sarah Jessica Parker membaca sebuah review yang menuliskan tampangnya seperti kuda. Yak, inilah asal usul lelucon dan meme yang terkenal itu, "Sarah Jessica Parker Looks Like a Horse".
Bicara soal akting pemain, bagi saya mereka semua sukses menghidupkan para tokoh-tokoh nyata yang ada meskipun ada beberapa yang sedikit mengkopi tokoh yang diperankan dibanding menciptakan versi mereka dan meresapinya. Johnny Depp sebagai Ed Wood jelas jadi sorotan utama. Salah satu penampilan terbaik Depp ada disini. Tanpa make-up tebal yang jadi ciri khasnya, Depp menciptakan sosok karakter yang absurd dan aneh juga tapi tetap punya sisi manusiawi. Sorotan matanya akan terlihat lucu dan tragis disaat bersamaan. Lucu karena antusiasime dan kepuasaan yang terlihat jelas akan karyanya khususnya Plan 9 padahal kita tahu itu film buruk. Tapi tragis juga karena sorotan itu adalah sorot mata puas dan senang yang tulus dari seorang pecinta film yang yakin karyanya akan memnbuat namanya diingat, tapi kita tahu pada akhirnya dia akan diingat sebagai yang terburuk.Satu nominasi Golden Globe didapat Depp lewat film ini. jangan lupakan juga Bill Murray yang seringkali jadi scene stealer.
Tapi bintang sesunggunnya jelas Martin Landau sebagai Bela Lugosi. Seolah saya melihat Dracula asli hidup kembali disini. Jika saat itu saya melihat Lugosi saya akan merasa wajar karena dialah pemeran aslinya, tapi yang saya lihat adalah aktor yang memerankan Lugosi lalu memerankan sosok Dracula versi Lugosi. Masih banyak kehebatan lain dari Landau termasuk memperlihatkan kerapuhan Lugosi, kehebatan akting dan bagaimana seramnya Lugosi. Ada sebuah scene yang membuat saya ikut melakukan apa yang dilakukan oleh Ed Wood dan Lugosi, mungkin anda yang sudah menonton tahu dan juga melakukan hal yang sama. Pada akhirnya satu piala Oscar untuk "Best Supporting Actor" memang sangat pantas didapat oleh Landau.
Soal teknis lainnya, film ini tidak kalah menakjubkan. Dikemas sebagai film hitam putih, film ini menjadi mempunya nuansa yang mirip dengan film-film jaman dulu tepatnya film-film milik Ed Wood. Apalagi film ini juga dibuka dengan narasi dari Jeffrey Jones yang memerankan Criswell dan opening yang makin mirip dengan Plan 9 membuat nuansa film ini makin menarik saja. Lalu tentu saja departemen make-up yang begitu jawara disini dan mebawa pulang satu Oscar. Saya tidak hanya memuji make-up di wajah Landau, tapi di semua pemain. Bagi yang mengenal tokoh aslinya atau minimal menonton Plan 9 pasti akan tahu bahwa tokoh-tokoh seperti Vampira, Criswell,Tor Johnson sampai Bunny amatlah mirip dengan aslinya. Apalagi dipadukan dengan akting mereka yang baik dan pewarnaan hitam putih itu saya seolah sedang melihat mereka dalam sosok yang sesungguhnya dan bukan diperankan oleh orang lain. Secara keseluruhan Ed Wood mungkin tidak menawarkan detil riawayat yang lengkap, tapi kisah dalam biopic akan dianggap bagus jika memberikan fakta yang tidak dikethaui banya orang dan membeberkan kisah yang ingin ditonton oleh penonton, dan film ini punya itu. Dan dalam film ini perpaduan akting bagus, make-up keren dan berbagai segi teknis yang sempurna membuat biopic ini semakin serasa hidup secara nyata.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 komentar :
Comment Page:Jadi pingin nonton nih..
ngakak ane pas bela lugosi ngamuk waktu dibandingkan dgn boris karlof... wkwkwk
Posting Komentar