SILAM (2018)

11 komentar
Silam, yang juga adaptasi novel berjudul sama karya Risa Saraswati, awalnya diniati sebagai spin-off terbaru Danur untuk mengeksploitasi kesuksesan franchise-nya. Sampai tiba-tiba niat tersebut dibatalkan, dan embel-embel “From the Danur Universe” dihapus dari seluruh materi promosi. Untunglah, sebab meski lambat, seri Danur tengah berprogres ke arah positif, hingga tahun ini, Asih jadi judul pertama yang pantas disebut baik. Menyertakan Silam, yang bahkan jauh lebih buruk dibanding film pertama, bakal mengembalikannya ke titik nadir.

Pasca meninggalnya sang ayah, Baskara (Zidane Khalid) merasa dibenci oleh ibunya (Nova Eliza), yang seolah menyalahkan seluruh perbuatan putera semata wayangnya itu. Ditambah perundungan di sekolah, lengkap sudah penderitaan Baskara. Sampai ia menemukan foto saudara kembar ayahnya, Anton (Surya Saputra), lalu memutuskan minggat ke rumah pamannya. Mengapa di balik foto pribadi tertulis nama serta alamat saudara kembar sendiri? Entah. Sepertinya ini hanya cara malas Lele Laila (Danur 2: Maddah, Keluarga Tak Kasat Mata, Asih) selaku penulis naskah agar Baskara menemukan kediaman Anton.

Tapi sebelum itu, kita menyaksikan lebih dahulu peristiwa yang membuka mata batin Baskara, yakni ketika kepalanya terbentur lantai setelah didorong oleh teman sekelasnya. Sejak itu Baskara dapat melihat hantu. Peristiwa tersebut terjadi pada suatu ruangan terlarang di sebuah museum. Mengapa ruangan terlarang tidak diberi gembok atau pengamanan ekstra dalam bentuk apa pun? Entah. Sepertinya ini hanya bentuk kemalasan lain dari penulis naskahnya.

Seandainya anda lupa, film ini disutradarai Jose Purnomo (Alas Pati, Jailangkung, Gasing Tengkorak) yang belakangan bak bersemangat menjadi Nayato 2.0 perihal menyajikan horor-horor bobrok. Di sini, Jose menunjukkan bahwa ia belum banyak berubah, walau soal menciptakan jump scare, tampak sedikit peningkatan. Ada sekitar tiga momen yang sanggup menyentak berkat ketepatan timing.

Soal membangun kengerian, dia masih Jose yang kita sayangi bersama. Di tangan sutradara mumpuni, adegan kala Baskara mampir ke kuburan ayahnya di tengah malam kemudian dikepung barisan setan bisa hadir mencekam. Walau lagi-lagi, timbul pertanyaan. Jika Baskara sudah menyadari kemampuannya melihat hantu, kenapa ia nekat ke kuburan hanya untuk meminta petunjuk yang takkan memperoleh jawaban? Bocah SD kebanyakan takkan melakukan itu. Sekali lagi saya cuma bisa menjawab, “entah”. Sepertinya ini hanya bentuk kemalasan lain dari penulis naskah guna membuka jalan menampilkan kengerian.

Tapi naskahnya masih menyimpan kelebihan. Berbeda dengan Baskoro Adi Wuryanto selaku kompatriotnya sesama pemuja kekosongan cerita dalam horor, pelan-pelan naskah Lele Laila meningkat. Setibanya Baskara di rumah Anton, plot Silam mulai memancarkan daya tarik. Baskara menyadari keanehan pada tingkah Anton, Ami (Wulan Guritno) sang istri, juga dua puteri kembar mereka (yang dicomot dari The Shining). Didasari keanehan itu Silam menghadirkan cerita sungguhan, di mana tercipta pertanyaan, juga misteri untuk digali. Bukan bentuk misteri segar, pun besar kemungkinan anda bisa menebak jawabannya sedari awal. Namun paling tidak, keberadaannya menjauhkan Silam dari deretan horor kosong yang gagal membedakan antara plot dengan segmen-segmen jump scare tak mengerikan.

Sayang, di sela-sela misteri kita dipaksa jadi saksi kecanggungan penyutradaraan Jose. Ada satu momen yang melibatkan hantu gadis cilik dengan riasan dan perilaku yang bagai kombinasi penggila black metal dan emo. Si hantu mengikuti Baskara dan teman barunya yang juga mampu melihat makhluk halus, Irina (Dania Michelle). Pemandangan itu sontak memancing tawa seisi studio. Jose baru saja menghantarkan salah satu kelucuan tak disengaja paling epic sepanjang tahun. Satu lagi elemen mengganggu adalah keputusan Jose, yang seperti biasa merangkap DOP, menerapkan warna kusam termasuk di situasi gelap gulita, sehingga gambar terlihat keruh dan sukar dilihat.

Kemudian tibalah konklusinya, yang terjangkit penyakit mayoritas film horor lokal, yakni kegagalan menghadirkan penutup memuaskan. Babak akhirnya begitu berantakan, di mana beberapa poin cerita dibiarkan tanpa kejelasan atau memunculkan plot hole akibat penyertaan sebuah twist. Kalau itu belum cukup, jangan khawatir. Anda bakal mendapat hal lain untuk ditertawakan, tatkala Silam mengajarkan bahwa untuk membatalkan perjanjian dengan setan, seseorang hanya butuh berniat, tanpa perlu repot-repot melangsungkan ritual. Mendengar itu, karakternya pun berkata, “Saya niatkan pembatalan perjanjian.....”. Oh, for God's sake!

11 komentar :

Comment Page:
KieHaeri mengatakan...

Masih hal yang sama ya Mas. Perihal naskah. Padahal dari novel Danur maupun Silam, Rasuk, dan yang terbaru Senjakala menyimpan setumpuk cerita yang menarik. Sayang sekali ketika difilmkan semuanya tampil canggung bahkan terasa menggelikan. Masih menunggu kapan Manoj Punjabi memutuskan untuk mengganti sutradara dan penulia naskah. Hehe

Anna B mengatakan...

Itu si kembar niatnya homage ke The Shining apa ngikutin The Shining dah?

Mas Rasyid bakal ngereview Roma ga? Udah ada di Netflix soalnya

Panca mengatakan...

saya membaca 3 kata malas di review ini. Dan sayapun malas ketipu lagi dengan embel2 Risa Saraswati dibalik film ini.

Rasyidharry mengatakan...

@Ungki Oh sutradara biar Awi Suryadi. He's getting better and better. Penulisnya itu yang aduh...

@Anna Biar nggak suudzon anggep aja homage haha. Semoga ya, weekend ini masih belum bisa sentuh film sama sekali soalnya, termasuk Into the Spiderverse.

@Panca Diperas terus sampai kering. Bikin males lama-lama.

dim mukti mengatakan...

kasian Rissa, bukunya jadi dicao jelek ntar

Ilham Qodri mengatakan...

Indonesia benar-benar kekurangan penulis naskah handal ya bang??

btw, ditunggu review Spiderverse-nya

Rasyidharry mengatakan...

Sangat. Apalagi di horor. Di kebanyakan film, kekurangannya itu-itu aja.

Sims4Imagination mengatakan...

mas rasyid... boleh minta tolong ga?

kebetulan blog saya lemonvie.net udah ga kepake... jadi blog nya pindah alamat ke movillaz.blogspot.com?

mohon bantuannya mas... thanks dan sorry ngerepotin. hehe

Zamal mengatakan...

Terimakasih, dengan review ini uang saya terslmtkan T,T

Unknown mengatakan...

Sempet hype karna ada unsur 'risa'. Ternyata trash. Masih bagusan novelnya lol

Tommy Ramadanur mengatakan...

Sama, tapi bedanya saya sempat Hype karena ada Sandrinna & Richellenya (tapi saya skip saja). Terimakasih Mas Rasyid sudah menyelamatkan saya dan membantu saya memilih Spider-Verse saja.