ROY KIYOSHI: THE UNTOLD STORY (2019)

21 komentar
Ingat saat internet dibanjiri meme soal bentuk dagu Roy Kiyoshi? Salah satunya mengedit kepala Roy menjadi sebaris gigi seri. Saya tidak suka mengolok-olok fisik seseorang, tapi aktingnya di film ini memang tampak seperti gigi: keras, kaku, datar. Seperti anda tahu, saya sering menonton film buruk berisi akting tak kalah buruk, namun buruknya akting Roy di sini bahkan berhasil membuat saya terkesima.

Memerankan sosok fiktif dari dirinya, Roy menghabiskan mayoritas paruh awal Roy Kiyoshi: The Untold Story nyaris tanpa berbicara, banyak berdiri diam dikuasai lamunan, tenggelam dalam adiksi alkohol akibat rasa bersalah pasca sang adik, Rani (Clarice Cutie) diculik sosok iblis bernama Banaspati. Tapi jangan khawatir para pecinta suara Roy Kiyoshi, sebab ada banyak porsi voice over dilimpahkan kepada pria indigo kebanggaan Indonesia ini, yang terdengar layaknya anak SD kala pertama kali diminta membaca puisi.

Ketika Roy sibuk mabuk-mabukkan, Sheila (Angel Karamoy), lulusan S2 jurusan psikologi yang bekerja di suatu LSM tengah melangsungkan investigasi terhadap kasus hilangnya anak-anak. Menyandang gelar “Master of Psychology” tak membuat Sheila lupa daratan. Dia enggan pamer ilmu, sehingga tak sedikit pun ia nampak seperti psikolog.

Sebaliknya, Sheila terbuka akan sumber keilmuan lain. Apabila karakter psikolog dalam film umumnya bersikap skeptis pada hal mistis, Sheila langsung percaya bahwa anak-anak itu hilang diculik setan setelah melihat rekaman milik seorang wanita mantan karyawan LSM tempatnya bekerja yang tewas bunuh diri. Lucunya, ruang kerja wanita itu dibiarkan berantakan dengan seluruh barang teronggok begitu saja, memudahkan Sheila menemukan berbagai arsip dan kamera kepunyaannya.

Walau saya mengapresiasi keengganan naskah karya Jose Purnomo (Pulau Hantu, Alas Pati, Gasing Tengkorak) dan Aviv Elham (Tali Pocong Perawan, Reva: Guna Guna) menciptakan satu lagi kompilasi jump scare dan memilih mengutamakan elemen misteri, penyelidikan yang Sheila lakukan amat jauh dari menarik, sebab kita tahu semuanya bakal bermuara di satu kesimpulan: Banaspati adalah pelaku penculikan tersebut. Ada bagian menjanjikan ketika Sheila coba mencari korelasi antara tiap kasus, tapi teka-teki itu langsung terpecahkan selang beberapa detik setelah diperkenalkan.

Berikutnya, Sheila menemukan laporan di kepolisian soal hilangnya Rani, yang ia yakini merupakan keping yang bakal melengkapi keseluruhan misteri. Laporan itu dilayangkan oleh Tante Riska (Olga Lydia). Saya menyimpan setumpuk tanda tanya tentang karater Tante Riska. Pertama, siapa dia??? Apakah tante Roy (adik dari ibu/ayahnya), ataukah “tante”?  Kedua, jika Tante Riska tahu Rani adalah korban Banaspati, buat apa repot-repot lapor ke polisi? Jawaban pertanyaan kedua sederhana. Para penulis naskahnya terlampau malas mencari jalan yang lebih baik guna mempertemukan Sheila dengan Roy.

Saat mengunjungi rumah Roy, Sheila diam-diam mengambil secarik kertas bertuliskan cara memanggil Banaspati. Saya mulai mengkhawatirkan Sheila. Apakah dia pengidap kleptomania? Di hari pertama kerja, ia mengambil kamera dari kantor. Sekarang, di kunjungan pertamanya ke rumah orang asing, ia mengambil catatan. Entahlah, pastinya Sheila orang bodoh. Dia memanggil Banaspati tanpa alasan maupun rencana yang jelas.

Rasanya mental Sheila terganggu akibat tinggal di apartemen yang tak mengenal teknologi bernama “lampu”. Kamarnya remang-remang, bahkan satpam di sana tampak membaca di ruang tanpa penerangan. Hal paling terang justru tubuh penuh urat urat yang menyala layaknya dialiri api milik Banaspati. Setidaknya film ini punya sosok hantu berpenampilan mumpuni, dengan Kabuto (helm samurai) di kepala serta riasan creepy. Itulah satu-satunya elemen positif Roy Kiyoshi: The Untold Story.

Hiburan sesungguhnya baru bermula begitu Roy menyadari kesalahannya, berhenti minum, memutukan membantu Sheila.....lalu mulai banyak bicara. OH TUHAN. Akting Angel Karamoy, yang penuh antusiasme salah tempat dan/atau waktu, sudah cukup buruk, tetapi Roy......Semoga Tuhan mengampuni akting memalukan ini.

Penampilan Roy bukan saja buruk, tapi tampak nihil usaha, bahkan untuk sekedar mengucapkan kalimat senatural mungkin agar tak terdengar seperti sedang pertama kali membaca naskah. Kekakuan Roy mengingatkan saya kepada para pemenang Ale-Ale, dan itu cukup sebagai pemicu ledakan tawa para penonton tiap kali mulutnya melantunkan kalimat-kalimat bernada surgawi. Saya sempat bingung mesti menganugerahi film ini berapa bintang, sebelum memutuskan memberinya sejumlah ekspresi wajah yang Roy Kiyoshi tampilkan sepanjang durasi, yaitu.....

21 komentar :

Comment Page:
Alvan Muqorrobin Assegaf mengatakan...

Waaah berarti masih better The Secred Riana ya mas.

Rasyidharry mengatakan...

Jauuuuh. Riana itu tinggal benerin directing jadi lebih dinamis udah jadi horor yang layak.

Unknown mengatakan...

Paling demen baca review'an Mas Rasyid model begini.. ngakak anjeer.. wkwkwkwk..

Jadi penasaran, pengen liat secara langsung debut acting bro Kiyoshi di layar lebar..

Tp banyak film lain yg ngantri nih Mas..
Five Feet Apart, Us, FriendZone, sama hari ini tayang Triple Threat..

Harus pilih 2 dari 5 film tersebut..
Review Five Feet Apart donk..

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

Us sama friendzone sepertinya layak dapat tambahan penghasilan dari dompet saya
hahaha

Anonim mengatakan...

'Menyandang gelar "Master of Psychology” tak membuat Sheila lupa daratan. Dia enggan pamer ilmu, sehingga tak sedikit pun ia nampak seperti psikolog.'

That... That is why I love Movfreak

Akbar Pradhana mengatakan...

Untunglah. Lagian dari trailer yang nunjukin nama Jose Purnomo saja, gue udah yakin film ini bakalan ancur. Mendingan liat antara "Kuambil Lagi Hatiku", "Triple Threat" atau "Pohon Terkenal" daripada ini

Rasyidharry mengatakan...

Five Feet Apart nggak nonton. Males disease porn gitu, apalagi medisnya ngawur.

Rasyidharry mengatakan...

Jelas. Sikat!

Rasyidharry mengatakan...

Sebagai sarjana psikologi saya tersungging lihat Sheila 😂

Rasyidharry mengatakan...

Kuambil Lagi Hatiku sayangnya juga nggak oke (biarpun nggak sengaco Roy Kiyoshi). Besok baru nonton Pohon Terkenal.

agoesinema mengatakan...

Triple threat reviewnya positif di imdb dan di rottentomatoes, sayang gak tayang di jaringan cinemaxx

Hugo mengatakan...

Mas Rasyid masih sehatkan jiwanya abis liat film ini?soalnya takut jiwanya diculik sama banaspati abis nonton ini film

Masban mengatakan...

Wkwkwk Ngakak di bagian Lampu, Tapi bener. Kenapa film Horor garapan Purnomo Gelap amat ?. Apa Memang Property yg mahal itu Lampu tembak ?
Bahkan membuat suasanan horor yg gelap bukanya Serem malah Ngeganggu mata. Insidius saja masih lebih baik pencahayaanya walau di dunia lain...

Rasyidharry mengatakan...

Cuma berdenging aja telinga gara-gara denger cara Roy baca kalimat 😂

Rasyidharry mengatakan...

Prinsip dasar horor sebenernya emang tempat gelap (bukan kewajiban ya), tapi masalahnya, sebagai DoP, Jose kurang jago ambil gambar gelap. Sering nggak kelihatan. Tapi di sini makin ngaco, bukan cuma gelap tapi emang karakternya nggak nyalain lampu. Beneran itu soal lampu, bukan bercanda. Absurd lah 😂

Unknown mengatakan...

Bavak, tolong di rem bavak kelucuannya bavak 😂😂😂

Unknown mengatakan...

Mas Rasyid,
Akhirnya saya nuntun film ini, wkwkwkkwk..

Saking kocak'nya review'an Mas Rasyid, saya sampe perhatiin detil filmnya,

1. Lampu --> ternyata ada lampu yg nyala kok mas, tp memang tetap gelap sih..
2. Klepto --> ternyata Sheila nggk cuman klepto, tapi nggk ada sopan santun, masuk rumah orang baru pertama ketemu (baru pertama ketemu Roy) tanpa permisi, wkwkwkwk
3. Baca puisi --> wajar lah mas, nama'nya juga baru pertama kali main film, hehehehe..

Yang saya bingung, S2 psikologi mau interview kok pakai kaos serasa mau nge'mall yak..

Overall, menghibur lah, walaupun bosen juga mungkin karena durasi'nya terlalu lama..

Rasyidharry mengatakan...

Monmaap, Roy terlalu lucu buat nggak dijadiin lawakan 😂

Rasyidharry mengatakan...

Nah itu, belum apa-apa udah langsung main serobot nanya aja. Kuliahnya nggak diajarin building raport apa? Padahal psikolog.

Ya bener pertama main felem, tapi kan udah biasa nongol depan kamera tuh di tivi. Tetep aja akting ale-ale

Herlianist mengatakan...

Ngakak pas bagian ale ale

Unknown mengatakan...

Soal akting Roy sy mungkin tak kaget, karena pernah tak sengaja lihat aktingnya di sinetron azab stasiun TV. Di sinetron, akting Roy sangat sukses membuat membuat akting2 pemain2 lain terlihat brilian.