Π (Pi) (1998)

5 komentar
Semua orang yang pernah belajar matematika pasti tahu dan mengenal Pi atau π  yang dikenal mempunyai nilai 22/7 atau 3,14. Pi juga dikenal sebagai deretan bilangan yang mempunyai banyak sekali keunikan kalau tidak bisa disebut keanehan. Kata "magis" mungkin bisa menjadi perlambang bagi bilangan ini karena begitu banyak keanehan dan keunikan yang sampai sekarang masih diteliti. Tapi matematika tetaplah matematika yang hanya menarik bagi orang yang menggemarinya dan menekuninya saja yang mana jumlahnya tidak sebanyak orang yang tidak menyukainya. Tapi ditangan seorang Darren Aronofsky yang melakukan debutnya melalui film ini, matematika dan bilangan Pi bisa diubah menjadi sebuah thriller yang jauh dari kesan membosankan.

Max Cohen (Sean Gullette) merupakan seorang jenius di bidang matematika yang terobsesi akan sebuah teori yang menyatakan bahwa semua hal di alam semesta ini dapat dihubungkan dengan angka-angka dan rumus matematika. Max memang jenius. Bayangkan saja, dia bisa menghitung perkalian dan pembagian tiga digit angka tanpa menggunakan calculator dan hanya dalam waktu beberapa detik saja. Tapi dibalik kejeniusan itu Max adalah orang yang tersiksa. Dia sering menderita sebuah serangan sakit kepala yang luar biasa yang seringkali mengantarkan Max pada sebuah halusinasi. Max juga bukan orang yang pandai dan suka bersosialisasi. Dia hanya betah mengutak-atik angka-angka lewat super komputer yang dia rakit di kamarnya.

Max yang makin yakin bahwa jika alam semesta memiliki pola dan keteraturan maka hal-hal didalamnya juga pasti memiliki pola berusaha menebak arah pasar saham dengan menggunakan angka-angka tersebut. Sampai komputer Max justru memunculkan angka berjumlah 216 digit yang tidak beraturan. Max yang awalnya mengira itu adalah akibat kerusakan komputernya terkejut saat mengetahui angka-angka tersebut sama dengan hasil pasar saham yang keluar esok harinya. Kemampuan Max yang sanggup memprediksi angka-angka tersebut membuatnya diperebutkan dua pihak. Yang pertama adalah sekumpulan pemain Wall Street yang meminta bantuan Max supaya bisa mengontrol arah saham, dan yang satu lagi adalah sekelompk Rahib Yahudi yang meyakini bahwa 216 digit angka tersebut adalah sebuah kode dan pesan dari Tuhan.
Sekali lagi Aronofsky menampilkan tokoh yang sebenarnya termasuk golongan orang spesial tapi tersiksa mentalnya. Ingat dua film terakhirnya yang menampilkan jago gulat yang kesepian dan ahli balet yang sering mengalami halusinasi? Max Cohen dalam film ini lebih kearah Nina Sayers dalam "Black Swan" yang sering mengalami halusinasi dan paranoid yang membuat hidupnya sendiri terancam. Hal itulah yang membuat kita sebagai penonton sekali lagi harus ikut dalam permainan tebak menebak mana yang nyata dan mana yang mimpi yang diberikan Aronofsky. Bedanya, apakah sebuah kejadian itu nyata atau mimpi dalam film ini tidaklah terlalu berdampak bagi jalannya cerita layaknya "Blac Swan". Mimpi yang dihadirkan lebih kearah bahasa metafora bagi jalan cerita atau bagi kondisi Max sendiri. Yak, Darren Aronofsky menggunakan teknik "Lynchian" dalam debut filmnya ini.

Aronofsky dengan cerdasnya menampilkan berbagai macam teori dan konsep-konsep matematika tanpa perlu terlihat njelimet dan memusingkan. Semuanya disajikan dengan cara yang mudah dimengerti dan menarik. Aronofsky yang dasarnya keturunan Yahudi terbukti bisa mengaitkan konsep angka Yahudi yang lebih kearah mistis dengan konsep dan teori matematika yang ilmiah. Singkatnya, cerita film ini begitu menarik, cerdas tanpa perlu terasa memusingkan. Kalau ada kekurangan mungkin perasaan aneh melihat para pemain Wall Street yang mengejar Max diawal film tiba-tiba sudah dieprlihatkan tertarik pada kemampuan Max. Padahal sepertinya Max bukanlah orang cerdas atau penemu yang mempublikasikan kepintaran & penelitiannya.

Pi yang memiliki visualisasi hitam putih mempunyai sisi unik bagi saya. Penggunaan efek hitam putih dengan kontras yang agak berbeda dengan film hitam putih pada umumnya sanggup memberikan efek yang membuat saya seolah berada dalam dunia yang sempit dan sendirian. Hal itu bagaikan representasi dari dunia dan isi kepala seorang Max Cohen yang suram, sempit dan terkucil. Rasanya seperti menonton film dari dalam kotak kecil. Editing yang cepat dan unik serta musik psychdelic yang enak didengar membuat film ini makin menyenangkan ditonton. Kecerdasan dalam menggabungkan berbagai konsep matematika dan segala aspek artistik itulah yang membuat "π " menjadi sebuah film tentang matematika yang jauh lebih menarik dari matematika itu sendiri bagi orang-orang yang tidak menyukai matematika seperti saya.

RATING:

5 komentar :

Comment Page:
Fariz Razi mengatakan...

gw udah donlot! tapi gak pernah jadi melulu nntnya -_- kayaknya dari dulu alesan gw gitu mulu ya wkwk keseringan donlot tapi nontonnya jarang hahaha

ribet gak sih filmnya?

Rasyidharry mengatakan...

Hahaha iya seringnya ngomong gitu lo
Nggak ribet juga sih, gampang dipahamin kok

Fariz Razi mengatakan...

hahaha kalo Pi ini gw pernah nyoba bentar,tapi waktu itu lagi gak mood, jadi di-stop deh hehe

Unknown mengatakan...

Abis nnton ga pusing ga ngerti...misteri sma horor y ga dapet...mending black swan

RK Awan mengatakan...

Review yang bagus, mas Rasyid. *Sekalian saya angkut tulisan saya tentang film ini dan angka 216: https://rk-awan.blogspot.com/2019/07/pi-dan-angka-216.html