THE THREE STOOGES (2012)
Saya pada dasarnya tidak terlalu menyukai film komedi slapstick, namun saya bukan orang yang anti terhadap komedi macam itu dan bukan pula termasuk orang yang menggolongkan slapstick sebagai "komedi yang tidak cerdas". Banyak yang mengatakan slapstick adalah sebuah komedi dengan humor yang kurang cerdas karena dianggap hanya mengandalkan lelucon fisik termasuk adegan yang menjurus kearah kekerasan. Saya tidak beranggapan seperti itu, bahkan saya menganggap slapstick itu lucu jika terlibat langsung misal saat menjahili teman. Tapi saya hampir tidak pernah merasakan kelucuan tersebut saat menonton slapstick di film. Dari berbagai macam komedian slapstick, satu yang paling terkenal adalah The Three Stooges yang sempat begitu terkenal selama sekitar 40 tahun karir mereka mulai dari tahun 1930an sampai awal 70an. Trio ini terkenal dengan berbagai adegan yang memiliki tingkat kekerasan yang tidak main-main. Saya teringat pernah menonton salah satu film The Three Stooges dan bukan tertawa malah meringis ngilu saat melihat ada adegan Moe menggerus kepala Curly dengan serutan kayu. Saya sendiri tidak pernah menjadi fans mereka, tapi orang yang pernah menonton film mereka pasti setuju bahwa The Three Stooges punya aksi dan kekompakan luar biasa dalam menghantarkan komedi fisik mereka.
Proyek yang disutradarai oleh Farrelly brothers (Hall Pass, There's Something About Marry) ini begitu menggiurkan saat pada awalnya meng-cast tiga bintang untuk bermain didalamnya. Benicio del Toro sempat ditawari menjadi Moe sebelum akhirnya batal. Sean Penn sudah diplot menjadi Larry tapi juga batal karena ia ingin lebih konsen terhadap penanganan korban bencana di Haiti. Yang terakhir adalah Jim Carrey yang akan memerankan Curly. Carrey bahkan sudah menambah berat badannya sebanyak 20 kg, tapi batal saat diharuskan menambahnya 15 kg lagi. Pada akhirnya ensemble trio tersebut batal dan digantikan oleh tiga aktor yang tidak setenar mereka. The Three Stooges sendiri berkisah tentang Moe (Chris Diamantopoulos), Larry (Sean Hayes) dan Curly (Will Sasso) yang merupakan tiga sahabat yang sedari bayi sudah dibuang dan dirawat di sebuah panti asuhan yang dikelola oleh para suster. Sedari kecil trio Moe, Larry dan Curly sudah sering membuat kekacauan dipanti tersebut dan sampai membuat semua suster kelabakan. Kenakalan mereka itu jugalah yang membuat tidak ada orang yang berminat mengadopsi mereka. Akhirnya sampai mereka berusia 35 tahun mereka masih terus tinggal disana. Sampai suatu hari panti asuhan tersebut terancam ditutup akibat hutang dan mereka bertiga memutuskan pergi untuk mencari uang untuk menambal hutang tersebut.
Diluar duhaan, Chris, Sean dan Will mampu bertransformasi sebagai The Three Stooges dengan amat baik. Tidak hanya tampilan fisik mereka saja yang mirip tapi juga segala tingkah polah mereka mengingatkan saya pada Stooges yang asli. Kita akan menjumpai rentetan aksi cepat yang terdiri dari mencolok mata, saling tampar, saling pukul, bahkan saling hajar dengan benda-benda yang ada mulai dari palu sampai gergaji mesin. Mereka bertiga tampil begitu baik dalam memerankan Moe, Curly dan Larry. Benar-benar nyaris sempurna dan hampir tidak ada bedanya jika dibandingkan dengan Stooges yang asli. Masalah lucu atau tidaknya itu memang tergantung selera penonton. Mereka yang menyukai komedi slapstick akan sangat puas dengan semua sajian yang ada disini. Tapi bagi mereka yang tidak, akan melihat The Three Stooges sebagai sebuah sajian penuh kekerasan fisik yang bodoh dan jauh dari kata lucu. Tapi ada di pihak manampun anda saya rasa akan setuju bahwa Chris, Sean dan Will sudah mampu memberikan penampilan yang baik sebagai "tiruan" Stooges.
Saya sendiri sebagai orang yang tidak terlalu menyukai slapstick tidak menemukan bahwa film ini adalah tontonan yang lucu, namun tidak adil rasanya jika saya mengatakan film ini buruk hanya karena saya tidak tertawa dengan lelucon slapstick yang bukan merupakan selera saya. Tapi jika meninjau sudut pandang lainnya seperti aspek cerita dan komedi non-slapstick yang coba ditampilkan, The Three Stooges bukanlah tontonan yang memuaskan. Beberapa lelucon non-slapstick yang coba ditampilkan terasa garing dan tidak lucu. Bahkan jika bicara masalah cerita akan terasa beberapa kebodohan yang hadir didalamnya. Tapi mau bagaimana lagi, bukankah The Three Stooges selalu hadir dengan kisah dan kekonyolan yang tidak memperhatikan logika? Memang begitu tapi bagi saya beberapa bagian cerita terasa janggal dan mengganggu. Beberapa humor kasar ala Farrelly Brothers juga muncul disini seperti yang melibatkan para suster dan membuat filmnya dicap sebagai anti-Katolik termasuk adegan "Nun-Kini" dari Kate Upton.
No Brain, All Pain memang adalah sebuah tagline yang sangat pas bagi film ini. Semua yang diharapkan dari film-film slapstick-nya The Three Stooges ada disini. Ditampilkan dengan sangat baik oleh trio Moe-Curly-Larry versi terbaru, para penyuka slapstick jelas akan sangat terpuaskan. Saya sendiri yang bukan penyuka jenis komedi tersebut dan nyaris tidak tertawa sepanjang film tetap bisa cukup menikmati aksi mereka dan mengagumi bagaimana ketiga aktor tersebut bisa menghidupkan kembali persona dari The Three Stooges dengan begitu luwes meski level kelucuannya tetap masih dibawah versi originalnya. Pada akhirnya jelas ini adalah film yang diperuntukkan bagi para penyuka slapstick, tidak lebih dan tidak ada "toleransi" bagi penonton yang bukan penyuka genre tersebut. Sangat lucu atau sangat bodoh, tergantung selera anda.
RATING:
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar