SAVING PRIVATE RYAN (1998)

4 komentar
Jika anda menanyakan kepada orang-orang awam atau bisa dibilang orang yang "suka nonton" dan bukan "suka film" tentang film perang apa yang bagus, maka jawabannya tidak akan jauh-jauh dari dua judul, yaitu Pearl Harbour atau Saving Private Ryan. Setidaknya itulah pengalaman saya saat iseng-iseng bertanya pada beberapa orang. Hal itu tiddak mengejutkan karena kedua film tersebut termasuk film perang yang diprduksi pada masa sekarang dan meraih keberhasilan komersial. Tapi Saving Private Ryan jauh lebih spesial jika dibandingkan film perang arahan Michael Bay tersebut. Selain pendapatannya yang sedikit diatas Pearl Harbour, film arahan Spielberg itu lebih superior secara kualitas dimana kita bisa lihat saat Pearl Harbour dicerca habis-habisan karena dramanya yang luar biasa kacangan, Saving Private Ryan justru mendapat 11 nominasi Oscar termasuk Best Picture dan memenangkan lima diantaranya meski pada akhirnya gagal menjadi film terbaik. Namun Spielberg sendiri berhasil meraih Best Director keduanya. Berdurasi 15 menit lebih pendek dari Pearl Harbour, film ini nyatanya adalah contoh dan bukti bahwa Steven Spielberg adalah orang yang sanggup menggabungkan action sequence memikat dengan kisah dramatik yang mengena sehingga membuat filmnya tidak terasa kering layaknya film-film Michael Bay.

Mengambil setting pada masa Perang Dunia II, film ini akan mengajak kita melihat kenyataan pahit yang mengiringi keluarga Ryan saat tiga dari empat Ryan bersaudrara harus gugur dalam medang perang dalam waktu yang bersamaan. Bahkan satu dari empat bersaudara tersebut yang bernama James Ryan (Matt Damon) sampai sekarang tidak diketahui kabarnya dan menghilang setelah terjadi kesalahan teknis dalam misinya. Maka demi ibu dari keempat bersaudara tersebut diutuslah sepasukan yang terdiri dari delapan prajurit yang dipimpin Kapten John Miller (Tom Hanks) untuk mencari Ryan dan membawanya pulang. Tapi tentunya tidak mudah mencari seorang prajurit dalam sebuah medan perang. Seperti yang dikatakan Kapten John Miller, mencari Ryan sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jarum, sulit membedakan satu sama lain. Jika belum menonton filmnya dan hanya mendengar premisnya saja mungkin terasa tidak masuk akal, dimana untuk menyelamatkan nyawa seorang prajurit sampai harus mengirimkan sepasukan beranggotakan delapan prajurit. Mempertaruhkan banyak nyawa untuk menyelamatkan satu nyawa. Tapi begitu menonton langsung filmnya kita akan mulai memaklumi dan bahkan mungkin mendukung keputusan tersebut.

Spielberg memang tahu betul bagaimana untuk mengikat penontonnya supaya sedari awal sudah betah menonton film ini. Impresi awal memang sangat penting dalam sebuah film dan Spielberg sangat menyadari hal tersebut. Maka untuk membuat penontonnya terikat sedari awal, dimunculkanlah opening yang luar biasa itu. Sebuah adegan peperangan di Pantai Omaha yang disajikan selama kurang lebih 27 menit seolah benar-benar menjerat penonton supaya tidak memalingkan pandangan sedikitpun dari filmnya. Adegan pembuka tersebut memang terasa bombastis dengan menampilkan ledakan dan desingan peluru yang bergemuruh. Lokasi yang ditampilkan  dengan begitu detil sekaligus nyata dan memakai sekitar 1.500 figuran membuat adegan tersebut makin terasa luar biasa. Tidak hanya bombastis namun juga terasa realistis. Yang makin membuat adegan tersebut spesial adalah ditampilkannya momen-momen yang menunjukkan betapa mengerikannya perang itu. Memang tidak sehorror dan segelap yang ditampilkan dalam Platoon atau Apocalypse Now memang, tapi kita masih tetap akan melihat sajian horror tersebut seperti prajurti yang terluka parah sampai kehilangan anggota tubuhnya, kegugupan dan ketakutan yang mereka rasakan sebelum dan saat perang dimulai. Adegan muntah di kapal dan adegan saat ada seorang prajurit yang mencari-cari potongan tangannya yang terputus adalah dua contoh adegan yang dengan baik menggambarkan itu semua.
Meski masih tampil layaknya film-film Spielberg lain yang terasa ringan dan bisa ditonton oleh semua kalangan sebagai film hiburan, Saving Private Ryan juga masih punya kandungan cerita dan makna yang kaut didalamnya. Nuansanya juga lebih gelap dibandingkan film-film Spielberg yang dirilis akhir-akhir ini. Jika dibandingkan dengan War Horse yang sesama film perang, Saving Private Ryan jelas lebih mendalam dan lebih gelap. Film ini berusaha mempertanyakan beberapa aspek dan pertanyaan yang sering muncul di medan perang. Yang paling nyata tentu saja mengenai harga nyawa setiap orang di medan perang. Apakah harga nyawa mereka semua sama? Disaat biasanya yang jadi perdebatan adalah mengorbankan satu orang demi nyawa banyak orang, maka disini yang muncul adalah mengorbankan nyawa banyak orang hanya demi satu orang yang bisa jadi tidak pantas menerima pengorbanan sebesar itu. Pergiolakan yang terjadi mengenai hal itu ditampilkan dengan baik disaat para pasukan penyelamat saling mempertanyakan pentingnya misi tersebut. Ada juga sebuah hal yang disinggung mengenai pihak kita dan pihak lawan dalam perang. Ada sebuah dialog menarik yang kira-kira berbunyi "Jika Tuhan ada di pihak kita lalu siapa yang ada di pihak musuh?" 

Saya tidak tahu apakah para prajurit di medan perang pernah iseng berpikir "Siapa yang sebenarnya benar? Pihak kita atau musuh?" Sebuah pertanyaan yang tentu bisa mengancam nyawa sang prajurit jika ia berperang dengan memikirkan hal tersebut. Tentu saja dalam medan perang sudah pasti pihak yang kita bela akan kita anggap sebagai yang paling benar dan apa yang musuh lakukan selalu salah. Itu juga yang membuat saya cukup tergelitik melihat bagaimana para prajurit disini begitu bernafsu membunuh begitu banyak musuh tapi begitu satu saja teman mereka terbunuh seolah musuh telah melakukan sebuah dosa yang begitu besar dan tak terampuni. Semua pertanyaan moral tersebut tersaji dengan baik disini meskipun tidak sampai begitu mendalam karena Saving Private Ryan memang lebih menekankan pada momentum perangnya tapi selalu berusaha supaya tidak pernah kehilangan hati. Masing-masing karakter utamanya juga berhasil ditampilkan dengan baik dengan ciri ataupun dilema masing-masing meski tidak terlalu ditonjolkan tapi tetap efektif. Hal itu membuat momen saat ada karakter yang terbunuh, kematiannya tidak terasa lewat begitu saja. Mulai dari Jackson (Barry Pepper) si sniper dengan kemampuan luar biasa yang selau berdoa, Fish (Adam Goldberg) yang seorang Yahudi dan sering berkata seenaknya, sampai Upham (Jeremy Davies) yang baru pertama terjun ke medan perang dan mengalami ketakutan luar biasa. Tentunya ada juga Vin Diesel sebagai Caparzo walaupun sayangnya hanya muncul sebentar. Saving Private Ryan memang tidak terlalu mendalam untuk urusan mengangkat ambiguitas moral dan horor dalam perang, namun semua itu tetap ada. Akhir ceritanya juga sangat mudah ditebak, tapi proses menuju akhir itulah yang menyenangkan. Lagipula momen perang sebelum ending juga punya tingkat keseruan yang tidak kalah dengan opening-nya. Sebuah film perang yang begitu seru tanpa pernah kehilangan bobot ceritanya.

4 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

untuk menyadarkan satu manusia harus mengorbankan nyawa 7 orang. agar ryan menghargai hidupnya dan menjadi pribadi yang baik. itulah yang saya tangkap dari film ini. tadi malam baru pertama x nonton film ini dgn konsentrasi. ibarat dalam hidup kita " kita harus kehilangan beberapa pekerjaan untuk mendapatkan pekerjaan yang tepat dan terkadang kita harus kehilangan orang yang kita sayangi dan cintai untuk mendapatkan cinta yang bisa kita bagi pada seseorang "

Anonim mengatakan...

mantep gan (y)

Furiosa mengatakan...

mantep infonya, makasih deatilnya

Unknown mengatakan...

Keren reviewnya