THE IMPOSSIBLE (2012)

2 komentar
Bencana tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu tentunya masih belum lepas dari ingatan. Saya masih ingat saat itu saya berusia 12 tahun, terpaku di depan layar televisi karena merasa ngeri dengan apa yang saya saksikan. Saya ingat betul sempat menangis melihat kondisi para korban di layar televisi. Total sekitar 230.000 orang meninggal dunia saat itu, dimana lebih dari setengahnya setengahnya berasal dari Indonesia. Hingga sekarang pun dampak bencana tersebut masih terasa khususnya dampak psikologis yang dialami para saksi mata yang selamat. Tapi di balik peristiwa memilukan tersebut beredar banyak cerita tentang kejadian-kejadian luar biasa yang dialami oleh korban yang selamat. The Impossible karya sutradara Juan Antonio Bayona menceritakan satu dari sekian banyak kisah luar biasa dan sulit untuk dipercaya yang terjadi pada bencana alam tersebut. Film yang naskahnya ditulis oleh Sergio G. Sanchez ini dibuat berdasarkan kisah nyata dari Maria Belon yang bersama suami dan ketiga anaknya berhasil selamat dari bencana tsunami tersebut. Sosok Maria Belon sendiri dalam film ini menjadi Maria Bennett yang diperankan oleh Naomi Watts dengan akting luar biasa yang membawanya meraih nominasi Best Actress untuk kedua kalinya di ajang Oscar. 

Maria Bennett beserta suaminya Henry Bennett (Ewan McGregor) dan tiga orang anak mereka masing-masing Lucas (15 tahun), Thomas (8 tahun) dan Simon (6 tahun) sedang berlibur di Thailand untuk merayakan Natal di sana. Awalnya semua berjalan menyenangkan penuh dengan kehangatan dalam liburan keluarga. Sampai pada tanggal 26 Desember 2004 datanglah bencana tersebut. Saat itu Maria dan semua anggota keluarganya tengah berada di kolam renang. Gelombang raksasa menerjang dan memisahkan mereka semua. Tentu saja dengan membaca judulnya pun saya yakin semua penonton pasti sudah tahu akan berjalan kearah mana film ini. Bahkan saya yakin mayoritas orang sudah bisa menebak ending dari film ini. Mungkin sekilas akan terasa cheesy, terlalu berlebihan dan klise. Tanpa bermaksud spoiler, dari judulnya sudah terlihat kelima anggota keluarga ini akan bertemu lagi lewat jalan yang tidak terduga setelah mengalami perjuangan berat. The Impossble memang punya naskah yang biasa saja dan jika tidak dieksekusi dengan baik hanya akan menjadi tontonan cheesy penuh dramatisasi berlebihan yang alurnya predictable.

Film ini beruntung punya sutradara seperti Juan Antonio Bayona. Bayona yang punya dasarnya sutradara film horror (The Orphanage) tahu betul cara mengeksekusi adegan tsunami dengan luar biasa. Gelombang raksasa yang menyapu daratan dengan dahsyat itu ditampilkan dengan sangat bagus, detail, nyata dan mengerikan. Diluar penggabungan efek CGI dan penggunaan tangki air raksasa yang baik hingga membuat adegan tsunami dan banjirnya begitu nyata, Bayona mampu menyajikan momen tersebut begitu menggetarkan, mengerikan sekaligus menyedihkan. Tsunami yang menenggelamkan orang-orang dan menghancurkan semua yang ada itu berhasil mengikat emosi saya saat melihatnya. Ini bukan sekedar adegan banjir raksasa yang asal menghancurkan seperti film-film Roland Emerich, ini sebuah adegan bencana alam yang sanggup membuat penonton ikut merasakan kengerian dan kesedihannya. Secara visual adegan ini berada di level yang sama dengan Hereafter milik Clint Eastwood, tapi secara emosi, The Impossible jauh diatasnya. 
Kemudian saat film ini menunjukkan bagaimana para survivor bertahan, Bayona masih sanggup mempertahankan hal-hal tersebut. Saya masih dibuat merinding saat ombak besar berhenti menyapu dengan melihat kerusakan dimana-mana dan bagaimana luka fisik yang diderita korbannya. Ini bukan sekedar luka pelengkap seperti yang biasa kita lihat di film-film Hollywood lainnya. Ini adalah luka yang mampu membuat saya ikut merasakan perihnya. Tanpa perlu dramatisasi berlebihan saya sudah dibuat terenyuh oleh momen demi momen yang disajikan disini. Penonton akan dibuat begitu emosional melihat Maria berusaha bertahan dari sapuan ombak, lalu kemudian berusaha juga menyelamatkan Lucas. Tentu saja The Impossible adalah sebuah tearjerker, namun tidak dieksekusi secara berlebihan. Dari awal saya sudah dibuat menangis disaat Maria dan Lucas menyelamatkan Daniel, bocah cilik yang terjebak dibawah reruntuhan. Begitu miris rasanya melihat bocah tersebut menangis mencari orang tuanya dan menjerit saat merasakan sakit di tubuhnya. Setelah itu masih banyak adegan demi adegan yang mampu membuat saya menangis akibat sedih dan rasa haru, seperti saat Lucas membantu orang-orang disekitarnya, dan tentunya saat ia bertemu dengan kedua adiknya menjadi momen yang membuat semua air mata saya tumpah.

The Impossbile mengusung kisah mengenai harapan. Bagaimanapun beratnya kondisi seseorang, cahaya harapan belum akan padam jika orang tersebut juga belum mengenal kata menyerah. Dalam menghadirkan hal tersebut, The Impossible bisa saja terasa cheesy, apalagi ada beberapa momen yang memperlihatkan kebetulan demi kebetulan yang dialami tokohnya. Tapi momen-momen tersebut punya porsi yang pas sehingga tidak terasa berlebihan. Apalagi saya tahu bahwa The Impossible adalah sebuah kisah nyata yang betul-betul nyata, bukan sekedar interpretasi penulis naskahnya yang berdasar kisah nyata. Dari situ saya tidak lagi terlalu mempermasalahkan kebetulan demi kebetulan yang terjadi karena semuanya adalah hal yang sungguh-sungguh terjadi dan justru menyadarkan saya bahwa hal yang nampaknya mustahil masih bisa terjadi jika kita tidak pernah berhenti menyimpan harapan dan usaha. The Impossible juga menunjukkan bahwa seberat apapun kondisi kita tetaplah buka mata untuk penderitaan orang lain. Saya terenyuh melihat bagaimana film ini beberapa kali memperlihatkan bahwa kebahagiaan seseorang bisa muncul dengan melihat orang lain bahagia berkat bantuan mereka. Seperti sebuah momen sederhana saat Henry mendapat pinjaman handphone dari korban lainnya.

Bicara soal akting tentunya Naomi Watts jadi yang paling mencuri perhatian. Lihat bagaimana ia berteriak ketakutan disaat sedang bertahan di pohon begitu tsunami menghantam. Itu bukanlah teriakan ketakutan ala screaam queen Hollywood yang tengah dikejar pembunuh berantai, itu adalah sebuah ketakutan seseorang yang baru saja digoncang peristiwa luar biasa menyeramkan yang nyaris merenggut nyawanya. Kemudian momen demi momen yang dimiliki Watts berhasil ia jalani dengan luar biasa, termasuk momen dimana ia "hanya" perlu terbaring lemah dengan polesan make-up yang menghilangkan wajah cantiknya tersebut. Ketiga aktor ciliknya juga tampil dengan akting yang baik dan mampu membuat saya tersentuh dengan porsi mereka masing-masing. Ewan McGregor juga tampil baik, hanya saja momen kemunculannya tidak sekuat momen milik Naomi Watts.

The Impossible adalah sebuah disaster movie yang tidak hanya tampil begitu megah dalam eksekusi bencananya, namun juga mampu terasa begitu emosional dan menyenuh. Mungkin terasa sulit dipercaya, namun ini adalah sebuah kisah nyata tentang bagaimana keajaiban terjadi dan memang pada kenyataannya di dunia nyata ini masih banyak kejadian-kejadian yang bahkan lebih terasa mustahil daripada dalam film sekalipun. The Impossible juga secara tersirat masih menyadarkan pada kita bahwa Maria dan keluarga hanya satu dari sekian banyak keluarga yang mengalami bencana tersebut. Ada yang sama-sama selamat dan mengalami kejadian tidak disangka seperti mereka, namun ada juga yang pada akhirnya harus berpisah dengan orang-orang tercinta mereka.


2 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Love this movie!!!!

Rasyidharry mengatakan...

Yap, great movie :)