POLTERGEIST (1982)

8 komentar
Diproduseri dan ditulis naskahnya oleh Steven Spielberg dan disutradarai oleh Tobe Hooper membuat Poltergeist menjadi salah satu film yang paling diantisipasi di masanya. Speilberg tengah meraih puncak kejayaan setelah kesuksesan Jaws dan Raiders of the Lost Ark. Bahkan di tahun yang sama dengan Poltergeist, tepatnya seminggu setelah film ini dirilis Spielberg juga akan merilis E.T. yang legendaris itu. Tobe Hooper sendiri sedang menjadi salah satu sutradara horror paling dipandang semenjak kesuksesan Texas Chainsaw Massacre dan miniseri Salem's Lot. Pada akhirnya kolaborasi keduanya memang menuai kesuksesan dimana Poltergeist berhasil meraih pendapatan diatas $121 juta dan hingga kini dianggap sebagai salah satu film horror terbaik sepanjang masa. American Film Institue juga menempatkan film ini di peringkat 84 dalam daftar 100 Years...100 Thrills. Tidak hanya itu, Poltergeist juga berhasil meraih tiga nominasi Oscar meski pada akhirnya tidak berhasil memenangkan satupun piala. Bahkan bisa dibilang film ini berhasil memperkenalkan istilah Poltergeist bagi orang-orang yang sebelumnya tidak mengerti arti dibalik kata tersebut. Sebegitu seram dan hebatkah film horror ini?

Steve (Craig T. Nelson) and Diane Freeling (JoBeth Williams) adalah sepasang suami istri yang hidup di sebuah kota kecil bernama Cuesta Verde. Mereka mempunyai tiga anak, yaitu Dana (Dominique Dunne ), Robbie (Oliver Robins) dan Carol Anne (Heather O’Rourke). Mereka berlima hidup tenang dan bahagia sampai suatu hari beberapa kejadian misterius mulai terjadi di rumah tersebut. Peristiwa poltergeist dimana benda-benda bergerak dengan sendirinya terjadi di rumah tersebut. Awalnya hal tersebut tidak terasa menakutkan, malah memberikan hiburan sendiri bagi mereka melihat sebuah kursi bisa bergerak dan hal-hal unik lainnya. Bisa dibilang pada awalnya kejadian paranormal tersebut tidaklah mengerikan dan tidak terasa adanya ancaman bagi keluarga tersebut. Sampai suatu hari gangguan tersebut berubah menjadi teror yang menyeramkan dimana semua berpuncak pada hilangnya si bungsu Carol Anne. Benarkah ada sekelompok makhluk halus yang menculik Carol Anne?

Dalam berbagai ulasan saya di blog ini sudah berulang kali saya menyatakan bahwa saya bukanlah pecinta karya-karya Spielberg. Saya tidak suka kebiasaannya yang selalu memberikan sentuhan dramatisasi berlebihan. Namun ada satu hal lagi yang tidak saya sukai dimana Spielberg seringkali terlalu dominan dalam menggarap film yang ia produseri. Hal itu terlihat jelas dalam Super 8 dimana film itu lebih terlihat sebagai karya Spielberg dibanding J.J. Abrams meskipun Abrams mengakui bahwa ia adalah penggemar karya-karya Spielberg. Hal yang sama kembali saya lihat dalam Poltergeist, bahkan pengaruhnya terasa jauh lebih besar. Tobe Hooper yang saya kenal adalah seorang sutradara horror yang tidak ragu menyajikan adegan creepy dan sadis dengan suasana yang terasa begitu "kumuh" dalam filmnya. Hal itu bisa dilihat dalam Texas Chainsaw Massacre ataupun Eaten Alive. Tapi yang terlihat disini adalah bukan film yang saya harapkan muncul dari tangan Tobe Hooper. Nyaris tidak ada adegan yang begitu mengerikan dan membuat saya merinding. Rasa seorang Tobe Hooper mungkin hanya bisa dilihat dalam satu atau dua adegan, misal saat ada seorang karakter yang berhalusinasi melihat mukanya sedikit demi sedikit terkelupas. Tapi sisanya benar-benar lebih kental rasa seorang Steven Spielberg.
Kisah tentang sebuah keluarga yang tinggal di kota kecil tentu saja sudah menjadi ciri khas seorang Spielberg, hanya saja disini kisah keluarga itu dibalut dengan formula haunted house. Dibalut dengan efek visual yang begitu canggih di jamannya memang membuat Poltergeist terasa spesial jika ditinjau dari segi teknologi. Lagi-lagi satu hal yang menjadi ciri khas dan kelebihan seorang Spielberg. Poltergeist adalah sebuah film yang well made. Tapi jika ditinjau dari kaca mata film horror, maka film ini nyaris tidak ada seram-seramnya. Dibanding sebuah film horror, film ini lebih pantas jika disebut film fantasi. Konsep tentang benda yang bergerak sendiri dan gangguan supra natural jelas sebuah dasar yang cukup menjanjikan dan bisa menjadi sebuah tontonan yang mengerikan jika digarap dengan baik. Namun sayangnya film ini dibuat supaya lebih bersahabat sebagai tontonan keluarga yang ringan. Poltergeist pada akhirnya hanya berakhir menjadi sebuah horror dalam ranah konsep, namun pada hasil akhirnya adalah sebuah film fantasi keluarga yang begitu ringan dan tidak mengerikan. Memang masih ada beberapa adegan yang cukup menegangkan, semisal adegan klimaksnya yang melibatkan tulang manusia asli, tapi tetap saja itu tidak cukup. Bahkan di sebuah adegan klimaks yang sudah cukup tegang tensinya, film ini masih sempat menyelipkan sedikit momen komedi.

Sebenarnya unsur keluarga yang dimasukkan tidaklah buruk. Sempat ada momen cukup ironis yang terasa menyentuh dimana keluarga Freeling mendatangkan paranormal untuk pertama kalinya. Disana diperlihatkan mereka sudah mulai "terbiasa" dengan gangguan makhluk halus dan hilangnya puteri mereka. Terasa sekali bagaimana impact kejadian tersebut pada psikologis keluarga Freeling. Tapi lagi-lagi bukan itu yang saya harapkan dari sebuah film horror. Segala hal seperti cerita yang mengharukan, akting bagus ataupun efek visual keren hanyalah bonus dalam film horror, karena yang paling penting adalah bisa tidaknya film tersebut menakut-nakuti saya, dan Poltergeist gagal melakukan hal tersebut. Tentu bukan tanpa alasan jika kesalahan ditimpakan pada Spielberg. Bahkan Directors Guild of America pernah melakukan investigasi tentang sejauh mana peran Spielberg dalam film ini, karena dari beberapa kru dan pemain muncul pernyataan bahwa secara de facto Spielberg adalah sutradara film ini, dan mengarahkan mayoritas scene. Tentu saja saya lebih mengharapkan more Hooper and less Spielberg dalam film ini. Salah satu film paling overrated yang pernah saya tonton.

8 komentar :

Comment Page:
krhh mengatakan...

I'm not a big fan of Spielberg's works too. Yah, gue sih kagum sama karya-karyanya dia, tapi dia terlalu komersil. Menurut gue pribadi Saving Private Ryan overrated juga, JAUH lebih bagus Schindler's List.

Rasyidharry mengatakan...

Setuju, Spielberg semakin kesini malah semakin ngikut industri, beda kayak jaman Jaws dulu dimana dia yang membuat industri itu sendiri :)

krhh mengatakan...

Iya sih, tapi gue appreciate dia aktif banget di perfilman, dan dia emang lebih bagus daripada George Lucas dan Michael Bay.

Rasyidharry mengatakan...

Seenggaknya film-film Spielberg masih punya substansi & berisi daripada Michael leBay

Anonim mengatakan...

Iya sih emang lebih bagus kalau adegan nya jangan terlalu didramatisir

Eldwin Manalu mengatakan...

Ahhaha gua juga enggak merasa terhorrorkan selama nonton film ini... Malahan beberapa dialog ada komedi nya..

Eldwin Manalu mengatakan...

Ahhaha gua juga enggak merasa terhorrorkan selama nonton film ini... Malahan beberapa dialog ada komedi nya..

Cimuk mengatakan...

Ah sicing lur