KICK-ASS 2 (2013)
Tiga tahun lalu, Matthew Vaughn sukses menghadirkan Kick-Ass, sebuah film adaptasi komik mengenai superhero tanpa kekuatan super yang berhasil mendapatkan respon positif serta meraih kesuksesan finansial yang lumayan. Sebuah kesuksesan yang cukup untuk menghasilkan sebuah sekuel. Kali ini Matthew Vaughn hanya menjadi produser setelah memutuskan untuk terlibat dalam franchise X-Men yang sibuk dan memberikan kursi penyutradaraan dan penulisan naskah kepada Jeff Wadlow. Tentu saja sekuelnya masih akan melanjutkan ciri khas yang telah dibangun film pertamanya, yakni komedi satir, tingkat kekerasan yang cukup tinggi, serta sosok gadis berusia 15 tahun yang jago membunuh orang dan bermulut kotor yaitu Hit Girl yang masih dimainkan oleh Chloe Moretz. Kisahnya masih melanjutkan apa yang terjadi pada film sebelumnya dimana kemunculan Kick-Ass mulai menginspirasi banyak orang untuk turun ke jalan dan memerangi kejahatan dalam balutan kostum superhero buatan mereka sendiri.
Ironisnya disaat mulai banyak yang terinspirasi dengan aksinya, David Lizewski (Aaron Taylor-Johnson) sang Kick-Ass justru telah berhenti melakukan kegiatannya membasmi kejahatan. Namun lama kelamaan Dave merasa bosan dengan kehidupan normal tersebut dan meminta Mindy (Chloe Moretz) untuk melatihnya menjadi seorang superhero yang tangguh. Itulah yang menjadi bekal Dave untuk kembali beraksi dan akhirnya bergabung dengan grup superhero bernama Justice Forever yang dipimpin oleh mantan mafia bernama Colonel Stars and Stripes (Jim Carrey). Sayangnya Dave harus kecewa saat Mindy menolak ajakannya bergabung karena terlah berjanji kepada Marcus (Morris Chestnut) yang kini menjaganya sepeninggal sang ayah untuk tidak lagi menjadi Hit Girl. Mindy sendiri tengah berusaha untuk menjadi gadis normal yang bergaul dengan teman-teman seusianya. Disisi lain, Chris D'Amico (Christpher Mintz-Plasse) masih menyimpan dendam terhadap Kick-Ass yang meledakkan sang ayah dengan bazoka. Menanggalkan jubah Red Mist sang superhero, Chris berubah menjadi supervillain pertama bernama The Motherfucker yang kemudian merekrut para penjahat untuk membentuk grup supervillain bernama The Toxic Mega-Cunts. Tujuan utamanya satu, yaitu membunuh Kick-Ass.
Disaat banyak orang begitu memuji Kick-Ass dengan segala tingkat kebrutalan, bahasa kasar serta komedi satirnya, saya sendiri tidak terlalu terpukau. Ya, film pertamanya adalah tontonan unik yang menyoroti hal berbeda dari kehidupan superhero di dunia nyata. Saya sendiri tidak terlalu terkejut dengan tingkat kesadisannya yang bagi saya masih biasa saja (jauh lebih ramah dibanding komiknya) juga tidak terlalu mempermasalahkan karakter Mindy yang mengucapkan kata cunt di film tersebut. Sudah banyak karkater anak kecil yang jauh lebih muda dari Hit-Girl mengucapkan bahasa yang lebih kasar dalam film. Namun memang harus diakui pembawaan Chloe Moretz membuat kata tersebut menohok, sama seperti saat Samuel L. Jackson berkata mother fucker!. Singkatnya Kick-Ass adalah hiburan yang menyenangkan namun tidak terlalu memenuhi ekspektasi saya yang begitu tinggi. Sedangkan dalam Kick-Ass 2 saya tidak lagi memasang ekspektasi tinggi apalagi setelah filmnya mendapat respon negatif dari para kritikus.
Kick-Ass 2 menampilkan lebih banyak porsi drama dan memang ada begitu banyak aspek yang coba disinggung, tidak lagi hanya sekedar obsesi remaja menjadi superhero. Disini kita akan melihat bagaimana seorang superhero bersinggungan dengan konsekuensi "pekerjaan" mereka yang tidak hanya membahayakan nyawa mereka tapi juga orang-orang tercinta di sekitar mereka. Juga ada konflik seputar kehidupan sosial remaja, konflik yang terbangun antara sahabat sampai keluarga. Tapi Jeff Wadlow terasa sedikit serakah dalam merangkai kisahnya. Dengan berfokus pada konflik diri Kick-Ass sekaligus Hit-Girl, filmnya berulang kali berpindah fokus. Belum lagi melihat fakta bahwa tiap karakter tidak hanya diperkenalkan pada satu konflik yang akhirnya malah membuat masing-masing dramanya tidak berakhir maksimal. Dampak yang seharusnya lebih terasa dari berbagai konflik tersebut terasa berlalu begitu saja seolah semuanya mudah dilupakan oleh tiap-tiap karakternya. Sangat disayangkan padahal beberapa kali momen tragis yang ada terasa menusuk namun dampak yang mengiringi kejadian tersebut sama sekali tidak mengena dan konflik yang telah dibangun berakhir cukup hambar.
Masih seputar "kebanyakan", film ini menampilkan berbagai macam karakter superhero dengan keunikan kostum dan basic karakter yang sebenarnya unik tapi lagi-lagi semuanya tidak mendapat porsi yang sesuai dan berakhir hanya sebagai pelengkap yang terlupakan. Bicara soal jumlah hero yang banyak, saya geli melihat bagaimana tiba-tiba puluhan hero yang menyerbu markas The Toxic Mega-Cunts bisa tiba-tiba hilang saat pertarungan telah berakhir. Pengecualian mungkin ada pada sosok Mother Russia yang sukses menjadi sosok villain yang begitu mengancam. Ambil contoh superhero yang tergabung dalam Justice Forever dimana mereka masing-masing punya masalah masing-masing yang memacu mereka menjadi superhero tapi pada akhirnya semua itu tidak lebih dari sekedal tempelan tak berarti. Yang paling saya sayangkan tentu saja kemunculan Jim Carrey yang begitu minim dengan karakter yang kurang tergali sebagai sosok superhero mantan mafia yang mengkalim sebagai pengantu Kristen yang "terlahir kembali". Padahal di beberapa momen saya merasa Carrey mampu memanggul beban yang jauh lebih berat untuk membuat sosok Colonel Stars and Stripes jauh lebih menarik lagi.
Tapi untungnya Kick-Ass 2 masih punya rangkaian adegan aksi seru yang brutal dengan darah dimana-mana serta tingkat kesadisan yang memuaskan. Memang tidak se-stylish film pertama tapi saya suka bagaimana kesadisannya menciptakan sebuah hiburan yang seru, menyenangkan sekaligus menghadirkan kekelaman tersendiri. Tentu saja lagi-lagi bicara adegan aksi brutal yang seru kita harus berterima kasih kepada sosok Hit-Girl yang masih begitu keren disini. Pertarungannya dengan Mother Russia di klimaks jauh lebih seru dibandingkan momen (yang diharapkan) epic saat puluhan anggota Justice Forever menyerbu markas The Toxic Mega-Cunts. Bagi Chloe Moretz film ini makin membuat saya menyukai sosoknya yang juga dengan luar biasa memerankan Mindy yang harus bergulat dengan kehidupa sosialnya. Subplot Mindy dengan kehidupan sosialnya mau tidak mau membuat saya teringat pada sosok Carrie yang nantinya akan diperankan oleh Chloe Moretz. Penampilannya disini membuat saya optimis akan hasil akhir film tersebut.
Ada begitu banyak hal yang tidak terpapar dengan maksimal lainnya seperti kisah cinta Dave dengan....wanita manapun di film ini, hingga konflik antara Dave dan sahabatnya yang kemudian sempat berpaling kepada The Toxic Mega-Cunts. Seharusnya itu menjadi sebuah ironi yang bisa tergarap lebih maksimal disaat sahabat sang superhero justru berbalik berada di pihak musuh besarnya. Satir yang dihadirkan pun terasa kurang menggigit termasuk kaos bertuliskan I Hate Reboot yang dikenakan Dave. Tapi bagi saya dengan segala kekurangannya, Kick-Ass 2 tetaplah hiburan yang sangat menyenangkan dengan segala kebrutalan yang ada dan penampilan yang (lagi-lagi) memikat dari seorang Chloe Moretz.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar