THE EXPENDABLES 3 (2014)

Tidak ada komentar
Setelah The Expendables sukses mewujudkan mimpi para penggemar film action dengan menggabungan para aktor laga veteran, sekuelnya diluar dugaan sanggup tampil lebih baik dan menjadi salah satu film aksi paling menghibur yang pernah saya tonton. Bisa dibilang The Expendables 2 adalah apa yang selama ini dinantikan para penggila action dengan menghadirkan rangkaian adegan aksi eksplosif, nama-nama besar yang semakin banyak, sampai sentuhan komedi yang banyak mengambil referensi dari filmografi para aktornya. Karena itulah beban dari film ketiganya sebenarnya cukup berat, karena paling tidak harus menyamai kualitas film keduanya. Meski beberapa nama seperti Chuck Norris, Bruce Willis dan Van Damme tidak kembali, Expendables 3 masih menghadirkan nama-nama besar lain seperti Wesley Snipes, Antonio Banderas, Mel Gibson hingga Harrison Ford. Sedangkan beberapa darah muda seperti Kellan Lutz, Glen Powell, Victor Ortiz sampai juara UFC wanita Ronda Rousey turut meramaikan film ini. Kehadiran mereka menurut Stallone adalah untuk menjadi daya tarik bagi para penonton muda termasuk anak-anak. Hal itu jugalah yang membuat film ketiga ini mengincar rating PG-13 daripada R meski saya ragu anak-anak tertarik untuk menonton orang-orang tua berotot saling berkelahi dan adu tembak.

Kali ini tim Expendables ditugaskan oleh agen CIA bernama Max Drummer (Harrison Ford) untuk menghalangi rencana pengiriman bom ke Somalia oleh seorang pedagang senjata misterius yang terkenal kejam. Karena kekurangan orang, akhirnya direkrutah Doctor Death (Wesley Snipes) seorang ahli medis yang juga merupakan salah satu anggota asli dari Expendables. Misi tersebut awalnya berjalan lancar sampai akhirnya diketahui bahwa sang pedagang senjata adalah Conrad Stonebanks (Mel Gibson) yang tidak lain merupakan salah satu pendiri Expendables selain Barney Ross (Sylvester Stallone). Bagi Barney hal ini mengejutkan karena ia selama ini menduga bahwa Stonebanks telah lama tewas. Tidak hanya itu, dalam baku tembak yang terjadi Stonebanks juga menembak Caesar (Terry Crews) dan membuatnya harus dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Dalam situasi inilah Barney yang merasa tidak ingin membahayakan nyawa teman-temannya memilih membubarkan tim dan memilih untuk merekrut anak-anak muda dalam misi menangkap Stonebanks. Dengan bantuan Trench Mauser (Arnold Schwarzenegger), Barney dan tim barunya ini mulai memburu Stonebanks, meninggalkan para Expendables tua, meskipun pada akhirnya sudah bisa ditebak bahwa orang-orang tua itu tetap akan dibutuhkan guna menghentikan Stonebanks.
Sebenarnya baik naskah maupun adegan aksi yang ditampilkan dalam film-film Expendables tidak pernah luar biasa, apalagi pada masa dimana The Raid menjadi pujaan para penggila action seperti sekarang. Yang membuatnya spesial dan menghibur adalah karena adegan aksi tersebut dilakukan oleh para bintang laga legendaris yang pernah besar di era 80 sampai 90-an. Film pertamanya begitu biasa, hanya saja itu adalah pertama kalinya kita meihat Stallone, Statham, Jet Li, Lundgren, Willis dan Arnie dalam satu film sehingga tetap terasa menghibur. Sedangkan film keduanya makin memahami apa sebenarnya esensi dari Expendables, yaitu memberikan kesenangan-kesenangan tak berotak dan tidak terlalu menganggap serius filmnya. Siapa yang tidak terhibur melihat Chuck Norris menghabisi sepasukan musuh sendirian lalu mengolok-olok dirinya sendiri? Siapa juga yang tidak tersenyum lebar saat Willis berkata "I'll be back" dan dibalas "Yippie Kai Yai" oleh Arnie? Sayangnya setelah melewati film kedua yang amat memuaskan, Expendables 3 seolah melupakan segala formula sukses dan esensi tersebut. Bahkan sebenarnya ditinjau dari susunan pemainnya, Mel-Ford-Banderas-Snipes tidaklah semegah Willis-Norris-Van Damme yang mereka gantikan.

Paruh awal film ini sebenarnya cukup menghibur dengan adegan aksi yang seru berkat sosok Wesley Snipes. Karakter Doctor Death di awal memang mencuri perhatian dengan segala kegilaan dan kenekatannya ber-parkour ria, mengingatkan saya pada karakter Blade milik Snipes. Tapi setelah itu semua daya tariknya mengendur. Film aksi yang menghadirkan sebuah tim selalu punya daya tarik dalam adegan perekrutan timnya, tapi tidak dengan film ini. Di tengah para aktor laga legendaris, apa menariknya melihat Stallone dan Kelsey Grammer satu per satu menemui rekrutan muda Expendables? Pertama jelas karena para bintang mudah ini bukan siapa-siapa dibandingkan para orang tua Expendables. Kedua, karakter mereka sama sekali tidak menarik. Akhirnya sekitar 15 menitan adegan perekrutan itu terasa terlalu lama, buang-buang waktu dan membosankan. Belum lagi saat akhirnya keempat anak ingusan ini lebih banyak mendapat screen time dibandingkan mereka yang tua. Ronda Rousey memang mencuri perhatian lewat kemampuan bertarung yang ia miliki, tapi tiga orang sisanya benar-benar membosankan termasuk Kellan Lutz. Statham tidak berkesempatan pamer kemampuan pisaunya, Lundgren yang di film pertama adalah orang gila dan di film kedua begitu lucu kali ini hanya pajangan, Arnie tidak lebih dari kamus quote berjalan, Jet Li? Dia masih saja disia-siakan.
Tidak hanya itu, Terry Crews yang selalu mencuri perhatian dengan mulut besarnya itu hanya terbaring di rumah sakit saja, sedangkan Randy Couture yang kurang menarik justru "dipertahankan". Wesley Snipes sempat begitu mencuri perhatian diawal sebelum akhirnya makin berkurang porsinya di akhir meski dia merupakan salah satu anggota asli Exxpendables dan seharusnya membuat dia juga punya "ikatan" dengan Stonebanks. Antonio Banderas mungkin yang paling menghibur dengan karakternya yang banyak omong. Tapi bukan itu yang saya harapkan dari Banderas. Bukankah lebih keren menjadikannya sebagai seorang pembunuh yang bersenjatakan senapan di dalam case gitar? Sedangkan Mel Gibson sebenarnya bermain bagus sebagai sosok villain. Caranya mengintimadasi tidak kalah dari Jean Villain di film kedua. Sayangnya perkelahian terkahirnya di klimaks dengan Stallone benar-benar buruk. Berlangsung sangat singkat tanpa ada greget sama sekali. Begitu jauh dibandingkan pertarungan Stallone-Van Damme yang cukup seru dan menghadirkan tendangan khas JCVD. Tentu saja ini amat mengecewakan mengingat karakter Stonebanks dikisahkan sebagai musuh paling berbahaya sekaligus paling personal bagi Expendables. Pada akhirnya baik aspek "paling berbahaya" dan "paling personal" sama sekali tidak terjamah, karena adegan Stallone marah-marah dengan ekspresi aneh kepada Mel Gibson tidak bisa dimasukkan sebagai eksplorasi konflik.

Satu lagi hal yang mengecewakan adalah karena film ini terasa terlalu serius. Expendables 2 terasa menghibur karena tidak ragu melontarkan berbagai macam jokes konyol dengan timing sempurna sambil sesekali mengolok-olok jajaran cast-nya. Film ketiga ini memang masih punya beberapa one-line lucu seperti "Let's get to the chopper" atau "knife before christmas", dan Wesley Snipies pun sedikit mengolok-olok kehidupan nyatanya, tapi secara keseluruhan film ini kurang interaksi yang menghibur antar karakternya. Tidak usah film keduanya yang kaya akan hal itu, bahkan film pertamanya pun memiliki interaksi ikonis antara Stallone-Willis-Schwarzenegger di gereja, sedangkan film ketiganya benar-benar miskin akan hal itu. Padahal aspek itulah yang menyelamatkan kualitas naskah dari franchise ini yang selalu dangkal kalau tidak mau dibilang bodoh. Tanpa sentuhan meta jokes tersebut, naskah Expendables 3 hanya berakhir menjadi naskah yang bodoh dan penuh lubang tanpa ada guilty pleasure di dalamnya. Salah satu yang paling mengganggu adalah karakternya yang muncul dan pergi "sesuka hati". Film keduanya memang memperlihatkan Chuck Norris, Arnold dan Willis muncul dan menghilang tiba-tiba, tapi seperti yang saya bilang ada kesenangan yang membuat saya memaafkan kebodohan tersebut. Sedangkan disini saat Arnie, Ford dan Jet Li tiba-tiba muncul tanpa alasan jelas, yang terasa hanyalah plot hole yang bodoh.

Dengan mudah The Expendables 3 menjadi yang terburuk dalam franchise ini. Nampaknya Sylvester Stallone lupa esensi sesungguhnya dari membuat Expendables, yakni mengumpulkan para aktor veteran untuk tampil dalam sebuah film aksi brainless yang bodoh, tidak serius tapi menyenangkan. Jadi keputusan untuk memberikan lebih banyak screentime pada bintang mudanya yang membosankan. Diantara mereka berempat saya harap hanya Ronda Rousey yang dipertahankan di film berikutnya. Saya harap film keempatnya kembali mengerti bagaimana cara untuk bersenang-senang. Kabarnya Pierce Brosnan dan Hulk Hogan bakal bergabung, tapi franchise ini butuh suntikan banyak hal baru supaya lebih segar. Mungkin membawa para Expendables ke Asia untuk bertemu dengan Jackie Chan, Donnie Yen, Tony Jaa, atau mungkin Iko Uwais? 

Tidak ada komentar :

Comment Page: