FRANK (2014)
Menyebut Frank sebagai film yang aneh mungkin terkesan terlalu "standar", tapi memang begitulah film ini. Disaat kamu punya seorang aktor dengan nama besar plus wajah komersil yang sudah dikenal di penjuru dunia tentu saja hal terakhir yang akan kamu lakukan adalah menyembunyikan wajahnya sepanjang film. Sebagai contoh kita bisa lihat film Judge Dredd yang dibintangi Sylvester Stallone dimana sang sutradara lebih memilih mengorbankan helm ikonis sang hakim dariada wajah sang aktor utama. Maka saat ada yang melakukan sebalinya dengan mudah keputusan itu akan disebut aneh, tidak biasa atau mungkin gila. Tapi memang hal itulah yang dilakukan Lenny Abrahamson dalam film terbarunya ini. Wajah Michael Fassbender tentu saja merupakan "barang jualan" yang begitu berharga, tapi di film ini selama mayoritas kemunculannya sang aktor akan mengenakan sebuah topeng berwujud kepala manusia kartun berukuran besar. Saat itulah ia bertransofrmasi menjadi sosok Frank yang terinpirasi dari Frank Sidebottom, comic persona dari komedian sekaligus musisi Chris Sievery.
Film ini dibuka lewat perkenalan kita dengan Jon (Domhnall Gleeson), seorang pemuda yang begitu ingin menjadi musisi sekaligus penulis lagu besar. Setiap hari selalu ia isi dengan menulis lirik dan membuat komposisi lagu. Tapi seberapa keraspun ia mencoba, Jon selalu gagal menciptakan lagu bagus seperti yang ia inginkan. Sampai suatu hari kesempatan untuk menjadi musisi besar datang disaat Jon mendapat tawaran untuk menjadi keyboradist sementara dari band eksentrik bernama "Soronprfbs". Tidak hanya punya nama dan musik yang aneh, Soronprfbs juga diisi oleh para personel yang eksentrik. Tapi yang paling aneh tentu saja sang frontman, Frank dengan topeng kepala besar dan segala tingkah laku uniknya. Pada akhirnya Jon tidak hanya menjadi seorang additional panggung biasa tapi turut terlibat dalam proses penggarapan album dari Soronprfbs di sebuah kabin di tengah hutan. Mulai dari situlah Jon harus berhadapan dengan banyak hal mulai dari proses eksentrik yang dilakukan Frank, ketidak akurannya dengan Clara (Maggie Gyllenhaal), sampai ambisinya yang tidak pernah padam untuk menjadi musisi besar.
Frank tidak hanya aneh karena sosok titular character-nya yang aneh luar dalam, karena para karakter pendukungnya pun tidak kalah anehnya. Mulai dari Clara yang obsesif sampai Don (Scott McNairy) sang manager yang doyan berhubungan seks dengan manekin semuanya aneh. Semakin aneh lagi saat kita mulai diperdengarkan proses dan lagu-lagu yang dibuat oleh Soronprfbs. Musik-musik yang hadir dalam film ini adalah tipe eksperimental yang jauh dari kesan catchy plus lirik-lirik aneh. Disaat lagu-lagu dari Radiohead, Sigur Ros sampai Bjork terdengar "waras" maka anda tahu bakal seaneh apa lagu milik Frank tersebut. Jika anda pernah mendengar lagu-lagu dari album David Lynch bahkan menyukainya lagu-lagu di film ini cocok untuk anda Tapi uniknya, musik-musik aneh tersebut justru benar-benar bisa saya nikmati. Jika sebuah keanehan ditampilkan dengan tanggung, maka hal itu berakhir kurang baik tapi saat keanehan tersebut ditotalkan sampai ke tingkat yang cukup tinggi, maka hal itu justru menarik untuk disimak, begitulah musik dalam film ini. Seolah belum cukup, komedi yang dihadirkan juga penuh keanehan dan kegilaan. Terlebih lagi Lenny Abrahamson sering menempatkannya dengan timing tidak terduga yang menciptakan efek WTF luar biasa. Apakah lucu? Tentu saja, karena saya tertawa, setidaknya setelah mengeluarkan sepatah dua patah sumpah serapah.
Dibalik segala keanehan dan komedinya, Frank ternyata memiliki sebuah drama yang cukup menyentuh. Hal itu berhasil dibangun berkat karakter yang likeable dan naskah yang bagus karya Jon Ronson dan Peter Straughan. Pergesekan antara Jon dan Frank yang bertolak belakang memang menjadi daya tarik utama. Jon adalah seseorang dengan ambisi besar untuk menjadi terkenal. Saat itulah ia rela melakukan segalanya, mengorbankan semuanya untuk memenuhi ambisi tersebut. Ditambah lagi lagu-lagu miliknya adalah lagu "mainstream", sesuatu yang membuat Frank berkata "The music's shit". Disisi lain Frank dengan mental illness yang ia miliki nampak sebagai seseorang yang begitu polos dan murni. Dia juga ingin disukai banyak orang, tapi tidak seperti Jon, Frank menginginkan hal itu karena ia ingin dicintai oleh banyak orang dengan jalan menampilkan jenis musik yang juga ia cintai. Dengan kata lain, film ini adalah kisah pergesekan antara orang yang ingin dicintai, dan orang yang melupakan cinta untuk menggapai ambisi. Momen paling menyentuh hadir saat Frank dan Jon "manggung" bersama dan bagian ending saat Frank menyanyikan I Love You All.
Bicara soal akting, Frank membuktikan kehebatan seorang Michael Fassbender, karena disaat wajahnya tertutup dan segala ekspresi tidak tampak ia tetap bisa menghidupkan karakter Frank menjadi sosok yang simpatik dengan gestur dan intonasi dialog yang terbatas. Topeng yang ia kenakan pun pada akhirnya bukan membatasi tapi justru memperkuat rasa simpati saya pada sosok Frank dan semakin memperlucu tiap momen komedik yang dilakukan Fassbender. Saya sering dibuat tertawa membayangkan seperti apa wajah keras dan cool sang aktor saat ia tengah melakukan berbagai gerakan-gerakan aneh. Maggie Gyllenhaal pun turut memberikan akting bagus dan lagi-lagi saya paling terhibur melihat berbagai gestur uniknya saat tengah perform bersama Soronprfbs. Tapi sebenarnya semua aktor dan aktris yang bermain dalam film ini menampilkan akting yang mengesankan. Entah yang punya porsi besar macam Domhnall Gleeson sampai yang perannya minim seperti Carla Azar. Beginilah Frank yang dengan segala keanehannya tetap bisa terasa hangat dan menyentuh, tentunya dengan caranya sendiri sama seperti Frank yang merupakan seorang jenius lewat caranya sendiri. Penuh kejutan dan momen mendadak, Frank memang sesekali terasa kurang ter-develope tapi dengan sempurna menjadikan filmnya lebih dinamis dan bergerak liar tanpa kita duga. Sinkron dengan segala keliaran lainnya yang hadir dalam film ini. Sampai detik ini pun saya masih memutar ulang lagu-lagu yang ada dalam soundtrack-nya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar