VERTIGO (1958)
Satu lagi film Alfred Hitchcock yang sering masuk daftar fim terbaik sepanjang masa. Diangkat dari novel D'entre les morts karya Boileau-Narcejac, Vertigo merupakan film yang memuncaki daftar "Top 10 Mystery" versi American Film Institute mengalahkan film-film Hitchcock lainnya seperti Rear Window (review) dan Dial M for Murder (review). Bahkan pada tahun 2012 lalu film ini memuncaki daftar polling Sight & Sound sebagai film terbaik sepanjang masa. Filmnya sendiri bercerita tentang John "Scottie" Ferguson (James Stewart), seorang detektif yang memilih pensiun dari kepolisian akibat sebuah kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pengejaran. Kecelakaan tersebut mengakibatkan tewasnya seorang polisi dan menciptakan trauma dalam diri John. Sejak saat itu ia takut akan ketinggian dan bakal merasakan pusing yang luar biasa jika berada di tempat tinggi. Tapi masa pensiun John tidak terlalu lama disaat salah seorang teman lamanya, Gavin Elster (Tom Helmore) meminta bantuannya untuk menjadi seorang private detective. Pekerjaan yang harus John lakukan adalah menguntit istri Gavin, Madeleine (Kim Novak).
Alasan Gavin meminta hal tersebut adalah karena kecurigaan yang muncul bahwa Madeleine telah dirasuki oleh arwah penasaran dan membuatnya sering berubah kepribadian bahkan berjalan-jalan sendiri tak tentu arah. Anda tidak salah baca tentang kata "arwah penasaran" tersebut. Kali ini Hitchcock memang mencoba memasukkan sedikit unsur horror dalam filmnya. Bukan saja pada selipan misteri tentang kerasukan, tapi juga pada pembangunan atmosfer dalam beberapa adegannya. Sebagai contoh adalah adegan saat John dan Madeleine sedang berada di tengah hutan dan tiba-tiba Madeleine menghilang. Beberapa momen lain seperti setting kuburan, Madeleine yang mendadak trance, sampai dream sequence dari John memang mendapat sentuhan ala film horror. Tapi itu bukan berarti Hitchcock memasukkan aspek horror melainkan karena ia tahu bagaimana cara mengemas adegan hingga menciptakan atmofer yang sesuai. Bukti bahwa Alfred Hitchcock memang seorang jenius dan julukannya sebagai master of suspense memang amat layak. Hal itu juga makin membuat Vertigo terasa sebagai sebuah tontonan yang inovatif, setidaknya pada era saat film ini pertama dirilis.
Dari sisi teknis film ini terasa inovatif karena dua hal, yaitu adegan mimpi dan penggunaan dolly zoom untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman. Dua momen tersebut sekarang termasuk dalam sequence paling terkenal tidak hanya dalam jajaran film Hitchcock tapi juga film secara keseluruhan. Film ini juga terasa inovatif dilihat dari bagaimana Hitchcock mengemas tone filmnya. Jelas sampul utama film ini adalah misteri dan thriller psikologis yang sudah jadi ciri khas sang sutradara selama ini. Kemudian ditambah juga aspek horror seperti yang sudah saya sebutkan meski dalam porsi yang tidak terlalu banyak. Kemudian yang paling mengejutkan adalah konten romansa yang cukup kental bahkan sempat mengambil alih tone film secara keseluruhan pada sepertiga bagian akhir sebelum akhirnya kembali lagi menjadi suspense pada klimaks hingga ending. Bagi saya konten romansanya memberikan efek positif dan negatif secara bersamaan. Positif karena Vertigo jadi terasa segar dengan pendekataan tidak biasa tersebut. Apalagi Hitchcock sanggup mengemas romansanya dengan cukup baik dimana rasa tragedi percintaannya cukup mengena. Lagipula sebenarnya ini bukan pertama kali Hitchcock mengubah tone film secara mendadak karena memang itu salah satu triknya. Tapi baru kali ini ia menempatkan romansa di belakang setelah suspense dengan porsi yang signifikan.
Romansanya pun bukanlah kisah cinta yang cheesy layaknya komedi romantis tahun 50-an. Masih ada unsur psikologis dan obsesif kuat yang mengiringi dengan sentral pada karakter John. Jadi meski ada percintaan yang kuat, kesan suspense dan tone yang cukup kelam masih tetap dipertahankan. Sedangkan efek negatifnya tentu saja tensi film jadi menurun. Sehebat apapun Hitchcock, amat sulit untuk membuat sebuah film tetap punya intensitas yang sama setelah berbagai ketegangan dan twist mengejutkan (yang disingkap cukup awal) milik Vertigo. Dengan tempo yang melambat, meski tidak sampai membosankan tapi cukup berpengaruh pada intensitas film secara keseluruhan. Tentu saja saya akhirnya berharap (dan yakin) bahwa Hitchcock akan menutup filmnya kembali dengan suspense yang pada akhirnya memang terjadi. Semua terasa baik-baik saja sampai adegan terakhir yang bagi saya dieksekusi kurang baik oleh Hitchcock. Pada akhirnya kesan tragis yang coba dimunculkan malah kurang terasa. Kesan awkward justru sedikit terasa pada ending tersebut dan membuat bunyi lonceng gereja dan tatapan John Stewart yang seharusnya begitu tragis dan dramati itu kurang mengena.
Tentu saja jika bicara soal twist, film ini masih punya kejutan yang tidak saya duga. Mungkin jawaban misterinya sendiri sudah sedikit tertebak, apalagi mengingat ciri khas Hitchcock tentang pelaku kriminal dalam filmnya, tapi mulai dari motif, cara dan detail lainnya tetap terasa mengejutkan. Belum lagi pengemasannya yang menarik dimana selain flashback, twist tersebut diungkap lewat cuplikan monolog karakternya. Tidak seperti Dial M for Murder yang terlalu panjang mengungkap kejutan lewat dialog hingga terasa membosankan dan memusingkan, Vertigo hanya sedikit memakai dialog dalam pengungkapan kejutannya, dan itu efektif. Pada akhirnya Vertigo memang film yang bagus dengan penggabungan berbagai genre, serta aspek teknis yang inovatif. Hanya saja film ini terasa overrated karena sering dianggap sebagai karya terbaik Hitchcock dan bagi saya masih banyak film-film sang sutradara yang jauh lebih bagus dan lebih menegangkan dari ini. Karena meski masih menegangkan, tingkat supspense dari Vertigo tidaklah setinggi film-film terbaik Hitchcock lainnya. Saya tahu banyak kritikus dan analis yang begitu menyukai film ini karena berbagai detail dan interpretasi yang mereka telaah, tapi bagi saya Vertigo "hanyalah" film bagus tapi jauh dari kata terbaik dari Hitchcock.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar