RUMAH MALAIKAT (2016)

3 komentar
Saya sering menyebut bahwa hal terpenting dari horor adalah filmnya menyeramkan, tapi bukan berarti naskah sama sekali tak dibutuhkan. Berbeda dengan drama, poin utama naskah dalam horor tidak perlu sampai menggali cerita dan karakter melainkan cukup sebagai motor penggerak alur, sehingga penonton memiliki sesuatu untuk diikuti sembari menunggu kehadiran teror. Karena selain horor eksploitasi dan slasher (they only need extreme exploitation and creative kills) ketiadaan motor tersebut berpotensi menghasilkan repetisi, apalagi jika mengandalkan sosok hantu selaku sumber teror. Kekurangan serupa sayangnya menimpa "Rumah Malaikat".

Film terbaru sutradara sekaligus penulis naskah Billy Christian ("Tuyul", "Kampung Zombie") ini merupakan film horor paling saya tunggu tahun ini. Poster, trailer, dan usungan premisnya telah menjelaskan alasannya. Judul film merujuk pada nama panti asuhan dengan Ibu Maria (Roweina Umboh) sebagai kepala pengurus. Di sanalah Alex (Mentari De Marelle) tengah melakukan penelitian bagi skripsinya. Demi memperoleh waktu lebih bersama anak-anak panti (subjek skripsi), Alex menawarkan diri bekerja menggantikan seorang pegawai yang tidak tahan menghadapi keanehan panti tersebut. Tidak butuh waktu lama sampai Alex menemui kejanggalan serupa.
Anak-anak di "Rumah Malaikat" banyak yang berpenampilan aneh (memakai kain penutup mata sampai paper bag sebagai topeng) begitu pula perilakunya. Mulai dari cara bicara misterius, mendadak muntah, atau bercerita mengenai masa lalu panti asuhan lewat cara mengerikan. Tentu hiperbolis, namun demikian kebutuhan film bertema creepy children. Berbekal mannerism tersebut serta rumah tua berisi sekumpulan lukisan bernuansa "zaman Belanda", semestinya film ini dapat membangkitkan bulu kuduk melalui pembangunan atmosfer, sayangnya Billy Christian terjebak dalam pengemasan jump scare klise.

"Rumah Malaikat" tersusun atas sekumpulan sequence, di mana setiap sequence hanya berfungsi menjadi set-up bagi deretan jump scare beriringkan musik berisik milik Rizal Peterson. Pola yang paling sering diulang adalah Alex melihat penampakan hantu, terdiam, Bi Arum (Dayu Wijanto) datang mencuri perhatiannya, lalu begitu berbalik lagi, hantu telah menghilang. Situasi ini terus berulang, semakin melelahkan, menyebalkan dan repetitif seiring bergulirnya durasi. Sangat disayangkan, sebab di beberapa adegan, Billy Christian  dibantu sinematografi Joel F. Zola plus tata artistik Ferry Macan yang senantiasa membuat "Rumah Malaikat" enak dipandang  kentara punya insting merangkai creepy imagery, sebut saja ayunan kaki anak-anak di bawah meja makan atau sosok di bathtub. 
Akibat cara pengemasan di atas dan penyuntingan Andhy Pulung yang membuat lompatan antar momen tersaji terlampau cepat, sulit bisa terserap oleh adegannya. Billy Christian pun bagai kekurangan ide dalam pengembangan cerita, menjadikan jalannya alur terasa kosong, sekedar berisikan jump scare. Padahal melihat third act-nya, terdapat begitu banyak sisi mampu digali, sebutlah motivasi Alex, karakter Ibu Maria dan Ario (Agung Saga), putera Bi Arum yang difabel, dan tentunya mengenai Rumah Malaikat sendiri yang menyimpan disturbing backstory. Bahkan anak-anak penghuni panti berbekal ciri unik masing-masing juga layak mendapat sorotan lebih. 

Terdapat cukup bekal untuk menyajikan investigasi sederhana, menebar benih misteri beserta petunjuknya perlahan demi menghindarkan kehampaan cerita daripada menumpahkan semua di third act. Bayangkan, "Rumah Malaikat" berusaha (tiba-tiba) memaparkan, lalu menjelaskan setumpuk plot point dalam waktu sekitar 20 menit. Alhasil ketimbang menjelaskan apalagi menguatkan, konklusinya justru membingungkan, meninggalkan lubang. Penutupnya semakin mengecewakan akibat klimaks berupa perkelahian yang clumsy. Saya tetap merekomendasikan anda menonton "Rumah Malaikat" karena penggarapan well-made dan potensi besar yang tersimpan, hanya jangan berharap filmnya berhasil menakut-nakuti. 

3 komentar :

Comment Page:
Frox mengatakan...

Ikut promosi mas
Maklum Pemula
Review film Rumah Malaikat Versi ane http://weird-student.blogspot.co.id/2016/11/review-film-indonesia-rumah-malaikat.html?m=1
Makasih mas

barham mengatakan...

bang Rasyid ada punya line ?

Ulik mengatakan...

Lagi2 masalah pengemasanya