SHY SHY CAT (2016)
Setelah sukses membangun karir di Jakarta, Mira (Nirina Zubir) mesti pulang ke kampung halamannya di Sindang Barang guna memenuhi janjinya pada sang abah (Budi Dalton). Dahulu Mira berjanji jika di usia 30 tahun belum juga mendapat jodoh, ia akan dinikahkan dengan teman masa kecilnya, Otoy (Fedi Nuril). Mengetahui penolakan Mira pada perjodohan tersebut, dua sahabatnya, Jessy (Acha Septriasa) si bintang film esek-esek dan Umi (Tika Bravani) yang menderita anxiety, menawarkan bantuan untuk menggagalkan rencana itu. Namun pada praktiknya, mereka justru semakin menambah pelik masalah, belum lagi kala Mira dikejutkan oleh rencana Abah mewariskan padepokan silat milik keluarga pada Otoy.
Bangunan situasi dalam "Shy Shy Cat" bagai momen ketika kita berkumpul dengan para sahabat: asyik, berisik, seringkali berujung kegilaan tak terkendali. Jajaran cast-nya total menggila menangani adegan komikal. Nirina Zubir dengan kecerewetan yang telah menjadi cirinya, perpaduan respon ekspresif dan kehebohan Tika Bravani, eksploitasi kejenakaan sensual Acha Septriasa, saling berpadu mengisi tiap babak penceritaan. Bahkan Titi Kamal sebagai Inul yang notabene lebih kalem dibanding tiga tokoh utama pun mendapat satu kesempatan untuk lepas kontrol walau momen itu agak out-of-character.
Monty memang tidak banyak membatasi laju liar komedi yang selalu dipacu mendominasi durasi. Beberapa pihak mungkin bakal merasa humornya overkill, tapi tak bisa dipungkiri, semangat bersenang-senang filmnya menularkan keceriaan pula bagi penonton. Namun akibat menghabiskan mayoritas durasi untuk bercanda, "Shy Shy Cat" bagai kekurangan waktu menggali paparan drama. Padahal seperti telah disinggung sebelumnya, naskah karya Monty dan Adhitya Mulya punya setumpuk penuturan isu menarik berupa rangkaian problematika sederhana yang (mungkin) karena kesederhanaan itu terhitung jarang diangkat ke layar lebar.
Di samping soal pernikahan (perjodohan dan kawin muda) serta "persahabatan kontra percintaan", melalui karakter Otoy, film ini menyuarakan masalah pembangunan daerah oleh cendekia lokal yang menuntut ilmu di kota besar sampai kritikan terhadap ketidakseimbangan urusan duniawi dengan akhirat (baca: agama) Otoy mengambil S1 agama dan S2 bisnis demi meraih keseimbanan tersebut. Suatu bahasan menarik, namun minimnya waktu eksplorasi membuat semua berakhir hanya pada penyampaian di permukaan tanpa penggalian lebih lanjut. Beberapa hal lain ikut terkesan mendadak seperti pengembangan karakter Umi bagaimana ia ikut memperebutkan Otoy juga usahanya mengatasi anxiety pula konklusi berbalut predictable twist yang terasa unearned sehingga urung menyentuh emosi.
Untungnya kepekaan Monty dalam merajut adegan dramatis which is one of his strongest point masih terjaga. Berkat itu beberapa gejolak konflik mampu mencengkeram perasaan dengan salah satu contoh nyata pada puncak pertengkaran antara Mira-Jessy-Umi. Tentu performa para pemain turut berperan besar, semisal kepiawaian Tika Bravani menempatkan kapan kecemasan karakternya mesti berujung komikal atau dramatik, juga setetes air mata Titi Kamal yang menyiratkan kepedihan terpendam. Mereka sukses memadukan komedi dengan drama, sama seperti "Shy Shy Cat" secara keseluruhan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:Wooow..jajaran castny keren keren semua... Apakah aksi2 komikalny mengundang gelak tawa yg petjah..dan apakah sisi konflikny bikin diam terpana... Mantaps deh mas monty tiwa di tahun ini
Saya merasa endingnya terlalu dipaksakan dan terburu-buru
Minggu depan Monti tiwa lagi and Acha lagi.. Film yg sdah aq tunggu 2 tahun semoga ngak ngecewain
Acha dan tika juara nya disini...mereka asli somplak banget..
Bagus banget nih film
Puas nontonnya
Kocak abis
salah satu film terbaik tahun 2016
best semua yg pemainnya
download film horor
Better than warkop dki...wkwkw..imho...cmiiw..
Posting Komentar