WAR FOR THE PLANET OF THE APES (2017)
Rasyidharry
Juli 27, 2017
Andy Serkis
,
Bagus
,
Karin Konoval
,
Mark Bomback
,
Matt Reeves
,
Michael Adamthwaite
,
Michael Giacchino
,
Michael Seresin
,
REVIEW
,
Science-Fiction
,
Steve Zahn
,
Terry Notary
,
Woody Harrelson
38 komentar
Sulit menciptakan sekuel bagus. Apalagi dalam konteks blockbuster ketika mayoritas sekuel dibuat demi mengeruk keuntungan komersil (yang mana tidak keliru). Dan banyak sekuel memaksakan arah ketimbang meneruskan tahapan proses karakternya secara natural. Seri reboot Planet of the Apes jadi satu contoh langka, membawa penonton mengamati tokoh-tokohnya tumbuh dari kera korban eksperimen yang memberontak di Rise, membangun kehidupan sembari makin belajar arti menjadi makhluk berakal di Dawn, lalu berkulminasi pada War di mana peperangan tak semata soal baku hantam fisik, pula bergulat dengan perasaan.
Beberapa tahun pasca Dawn yang memanaskan konflik dua spesies, Caesar (Andy Serkis) memimpin koloni kera tinggal di pedalaman hutan sambil terus menghindari pasukan militer manusia yang semakin berhasrat memusnahkan ia dan rakyatnya. Dari pemandangan paling pertama, War dengan Matt Reeves selaku sutradara langsung memamerkan sihirnya. Opening kala manusia dibantu beberapa kera mantan pengikut Koba (dipanggil Donkey) menyerbu koloni Caesar adalah kesunyian mencekik yang senantiasa mengisi filmnya. Reeves berani membisukan momen demi momen, dan itu pilihan bijak sebab mayoritas kera berkomunikasi lewat gerak tubuh, dan War berfokus pada mereka.
Pun kesunyian itu urung membosankan. Pertama berkat tambah mumpuninya efek motion capture. Begitu nampak meyakinkan para kera sampai terasa magical, seolah tengah menyaksikan primata nyata dengan intelegensi sudah berkembang pesat. Kedua tentu terkait akting. Tanpa mengesampingkan penampil lain, Serkis jelas menonjol. Sang aktor menghidupkan, bahkan menghembuskan hati dalam segala tutur kata sampai guratan rasa terkecil berupa tatapan mata atau perubahan ekspresi mikro. Diwakilinya gejolak kompleks dalam diri si pemimpin yang terjebak di tengah tanggung jawab melindungi segenap rakyat dan emosi personal. Yes, this time it's personal.
Semua diawali penyergapan tengah malam yang bergerak demikian intens menggiring kita menuju tragedi. Michael Giacchino mengkreasi musik yang bisa diapresiasi tinggi baik dari keunikan gaya maupun rasa mencekam yang tertuang tegas. Di luar dampak peristiwanya, musik Giacchino memastikan momen ini tersaji sebagai horor. Dan bukan terakhir kali scoring menyegarkan kaya rasa berhasil dia berikan. Kejadian tersebut mendorong Caesar nekat memburu pimpinan militer yang hanya kita kenal sebagai Kolonel (Woody Harrelson, dalam performa yang mengingatkan pada Kolonel Kurtz-nya Marlon Brando di Apocalypse Now). Di sini kerumitan dilematis Caesar nampak. Untuk pertama kali sepanjang franchise ini penonton diajak meragukan keputusannya.
Akhirnya ditemani Maurice (Karin Konoval), Rocket (Terry Notary), dan Luca (Michael Adamthwaite), perjalanan Caesar dimulai. Menunggangi kuda melintasi bentangan alam luas yang ditangkap begitu indah oleh sinematografi Michael Seresin, War bagaikan suguhan western. Hanya saja gurun gersang nan benderang digantikan lokasi bersalju yang dingin pula kelam. Pun kisah para kera mencari rumah baru demi kehidupan lebih baik sejalan dengan esensi setumpuk film western masa lampau. Reeves membawa perjalanan ini dalam tempo cukup lambat namun bukan diseret sekaligus terasa padat sebagaimana naskah tulisannya bersama Mark Bomback enggan menyisakan celah. Tensi melambat di antara aksi tak berujung kekosongan melainkan pembangunan intensi menuju aksi berikutnya, membuat penonton sulit memilih kapan saat tepat sejenak ke kamar kecil.
Sekalinya aksi yang dijanjikan hadir, Reeves tidak mengecewakan. Walau belum sebombastis Dawn (adegan penyergapan gudang senjata dengan putaran kamera 360 derajat di tank masih action terbaik franchise ini), setidaknya keasyikan konsisten diciptakan, bahkan sebatas kera-kera kecil bergelantungan di bentangan kabel layaknya pertunjukan sirkus pun menarik. Selain itu, tiap gelaran aksi selalu memberi dampak penting bagi emos karakternya, bukan sekedar ledakan hampa. Semakin menyenangkan ketika War tidak melulu memancarkan aura depresif. Selipan humor sesekali mengisi di saat tepat. Menyegarkan tanpa mendistraksi. Tampil pula Bad Ape (Steve Zahn) yang berkat kesesuaian timing serta penokohan likeable tak berujung jadi comic relief perusak suasana macam Jar Jar Binks (berisiko ke sana bila ditangani secara salah).
Bertempo cukup lambat juga bernuansa dingin bukan berarti minim rasa. Reeves menolak berlebihan mendramatisir, juga tidak meredam emosi. Seolah meracik penuh kasih sayang, sang sutradara mengandalkan sensitivitas tutur, sembari tidak terburu-buru memastikan rasa yang coba disampaikan merasuk di hati penonton. Reeves membuktikan bahwa dramatis dapat terasa artistik nan elegan melalui keputusan mempercantik ekspresi perasaan daripada sepenuhnya menahan itu. Kelemahan mungkin muncul sewaktu third act-nya lebih mementingkan ragam penuturan filosofis daripada menumpahkan puncak aksi. Sedikit anti-klimaks tapi bukan masalah. Masih menyenangkan. Tatkala kera bertambah cerdas sedangkan sebaliknya manusia menjadi primitif, tinggal tersisa satu persamaan. Rasa. Itulah pemersatu yang semestinya meruntuhkan perbedaan. War for the Planet of the Apes adalah penutup trilogi mengesankan yang turut memberi kritik tepat sasaran terhadap isu sosial masa kini sekaligus menawarkan solusi.
Review ini disponsori UC Web. Ulasan film ini di UC Web dapat anda kunjungi di: http://tz.ucweb.com/7_25r9y
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
38 komentar :
Comment Page:Aku sampe dibuat nangis di beberapa scene, endingnya juara sih mas, menurutku.
Nanya donk mas (awas berbau spoiler).
1) Menurut mas,endingnya ini sengaja dibikin related sam planet of the apesnya mark walberg ngga? Soalnya disini diceritain kalo umat manusia menjadi primitif karena virus,sedangkan di POTA yg lama manusianya juga jadi primitif.
2)menurut mas setelah perang,virus,bencana apakah ada manusia yang tersisa (punah) selain nova?
Oh iya konklusinya kuat itu :)
1.Lebih tepatnya ke series original jaman 60-70an. War ini juga ambil beberapa unsur dari Battle for the Planet of the Apes (1973)
2.Sure. Pasti ada. Baik militer atau sipil
Bagi yg blm nonton film sebelumnya apa bisa menikmati film ini atau harus menonton 2 film sebelum nya ya.
Ini tar ada lanjutanya ga?
Filmya depresif dan lebih bnyak mikir ya si caesar nya..ampe ikut depresif ane yg nonton.
Bisa gan,diawal2 dijelasin di prolog scara singkat kok dari seri 1-2. Cuman kl lgsg ntn yg ketiga,menurut ane kurang feel empatinya sama si caesar.gimana perjuangan dia membangun dan mempertahankan ras apes dan keluarganya
Yak, bener itu. Pasti paham tapi kurang terikat emosinya :)
Harusnya sih nggak, sudah closure yang sempurna, apalagi Box Office-nya biasa aja.
menurut ane nih trilogi cocok bersandar dengan "dark knight" walau belum se-epic "The Rings trilogy" om..menurut om?
Karakter Koba di Dawn mirip kaya Joker di Dark Knight. Di film ketiga masih terngiang2 wajah dan kelakuan bengisnya..
Karakter Rocket walau jarang disorot, tapi dia keliatan banget karaketr "The Very Loyal Old Man". Apalagi pas dia baru pulang desa bareng Blue Eyes..
Karakter Maurice stabil bgt dari Rise sampe War. Tipe Menteri Penasehat yang bijak, dan harus diakui dia lebih lama belajar tentang manusia daripada Caesar.
Dan saya selalu suka frasa : APE DO NOT KILL APE & APE TOGETHER STRONG
All Hail Caesar!!
Lebih mirip ke The Dark Knight, kalau LOTR kan satu event besar dipecah jadi 3, kalau Apes & TDK lebih ke perkembangan karakter antar-waktu
Yes, selalu merinding tiap kalimat itu diucapkan :)
penonton dgn ekspektasi WAR (sesuai judul) pasti bakal kecewa..haha..ini kisah caesar ditutup dgn sempurna..four thumbs up!! nangis bombay..huhuuuu
Ooo begitu ya...berarti harus tonton dlu film sebelum nya.
Kemungkinan gitu, tapi bisa juga udah terlanjur terikat emosinya sejak serbuan si kolonel, jadi fine aja :D
Sebaiknya sih gitu :)
*nimbrung
Menanggapi Maurice sebagai tipe menteri penasehat, di film2 klasiknya, memang biasanya posisi menteri penasehat dan/atau politisi dan pemikir posisinya dipegang oleh orangutan. Ini trilogi rasa2nya memang menghormati banget source materialnya.
Setelah mencari dan membaca beberapa ulasan-ulasan lain di blog lain. Ulasan di blog ini yang paling Wow
Sayang, gak sempet mengikuti beberapa film terdahulunya
Betul, beda sama versi Tim Burton yang bikin malu :D
Wow! Hehe thanks menyempatkan mampir. :)
Mostly franchise Apes ini bagus kok, mau yang modern atau klasik, kecuali versi Burton
Saking kecenya akting serkis sebagai caesar, pas nonton civil war kan ada tokoh yg dimainin serkis tuh.. Awalnya saya ga ngeh yg meranin si serkis. Saya cuma mikir "kaya pernah liat orang ini di film apa ya... Kayanya planet of the apes deh" haha
Wah berarti muka Serkis mirip kera? :D
Lanjutannya kan sudah ada => Planet of the Apes (1968)
Haha nah itu Caesarnya-sudah bersabda
Pengen nntn tapi blum smpet juga..recomend kan..2 film sblmnya udah nntn ..tapi lupa lagi jlan ceritanya haha kayaknya hrus d refresh
Pengen nntn tapi blum smpet juga..recomend kan..2 film sblmnya udah nntn ..tapi lupa lagi jlan ceritanya haha kayaknya hrus d refresh
Bener atau salah serkins yg jdi gollum juga di LOTR?
Bener...jadi king kong juga ya kalo ga salah aktor spesialis mocap....d star wars juga
Kalo 2 film sebelumnya udah nonton tinggal cari qucik recap di youtube banyak kok buat pengingat. Atau nonton lagi lebih bagus :)
Betul, raja mocap dia. Gollum, King Kong, Snoke di Star Wars, dia semua
Haha..maksud saya sih si serkis berarti mantep bgt jadi aktor. Ekspresi makro mikronya pas jd caesar oke punya.
Nah itu yang orang sering lupa/nggak mau tahu soal mocap. Tanpa ekspresi mikro yang kuat digitalisasi nggak akan sebagus itu.
bad ape bisa bikin susasan yg lumayan tegang lumayan mencair hhe
salah satu film apes yg seru dan endingnya bikin terharu.
Hebat Bad Ape itu, bisa kasih sentuhan humor yang pas setelah konsisten tegang
saya baru ngeh..orangutan kan asalnya dari Indonesia ya. Brarti kita musti bangga, di trilogi ini ada "tokoh" indonesia jadi tokoh penting. Hidup Mauriceeeee!
Kalo ga salah ada scene penjahatnya bilang "orang utan" wkwkwkwkkwk
Gue baru nonton film ini versi bluray nya yang udah beredar.
Menurut gue film ini cerita nya depresif banget yah, sempat juga sih mata gue berkaca2 saking peduli nya gue ama karakter kera.
Posting Komentar