GERALD'S GAME / BRAWL IN CELL BLOCK 99 / GOOD TIME
Rasyidharry
November 13, 2017
Bagus
,
Bruce Greenwood
,
Carla Gugino
,
Crime
,
Don Johnson
,
Drama
,
horror
,
Jennifer Carpenter
,
Lumayan
,
Mike Flanagan
,
REVIEW
,
Robert Pattinson
,
S. Craig Zahler
,
Safdie Brothers
,
Vince Vaughn
18 komentar
Karena serangkaian kesibukan, banyak sekali film yang belum ditonton dan ditulis. Permintaan mengulas judul-judul di luar rilisan bioskop mendorong saya merasa perlu tetap membuat review, tapi karena penulisan review penuh seperti biasa butuh waktu 2-4 jam, mustahil rasanya menerapkan itu di semua film. Akhirnya saya memilih review pendek khusus bagi FILM NON-BIOSKOP, di mana tiap artikel memuat tiga judul, walau tak menutup peluang review panjang bakal sesekali dibuat, tergantung filmnya.
GERALD'S GAME (2017)
Merupakan adaptasi novel berjudul sama karya Stephen King, Gerald's Game mengisahkan sepasang suami istri, Gerald (Bruce Greenwood) dan Jessie (Carla Gugino) yang menghabiskan akhir pekan di kawasan terpencil, dengan tujuan menyelamatkan pernikahan mereka. Permainan seks nakal yang direncanakan Gerald berujung ancaman maut begitu kisahnya secara cerdik menghasilkan teror dari jalur tak terduga. Ini bukti ketajaman insting horor King yang oleh Mike Flanagan dan Jeff Howard mampu diterjemahkan dengan baik, termasuk beragam metafora, semisal soal kekangan pria terhadap wanita yang tertuang rapi. Horor psikologis, thriller satu lokasi, sampai sedikit bumbu supernatural tumpah ruah. Pada unsur supernatural, Flanagan mumpuni menyusun kesan atmosferik. Sementara jelang akhir, sang sutradara tidak ragu memberi gore eksplisit nan detail yang dapat membuat penonton mengalihkan tatapan. Gugino memikat, nyaris seorang diri memanggul beban menyampaikan ketegangan hingga rasa sakit. Dia pun tak kalah solid melakoni fase dialogue-based filmnya, tatkala naskah Gerald's Game jeli mengolah psikis Jessie dalam presentasi tentang kematian, pernikahan, dan masa lalu traumatik. (4/5)
BRAWL IN CELL BLOCK 99 (2017)
This is a weird movie for some reasons. Pertama karena Vince Vaughn melawan typecast, tampil intimidatif, bahkan saat kamera menyoroti sisi belakangnya, memperlihatkan kepala botak berhiaskan tato salib. Kedua, terkait tone. Brawl in Cell Block 99 dibuka bagai drama realis kelam mengenai Bradley Thomas (Vince Vaughn) yang dihantam pemecatan lalu perselingkuhnya sang istri (Jennifer Carpenter). Sutradara S. Craig Zahler (Bone Tomahawk) merangkai tempo lambat plus nuansa low-key. Namun begitu setting berganti, filmnya bertransformasi, menampilkan penjara maximum security tak masuk akal dengan Tuggs (Don Johnson) sebagai kepala penjara keji nan komikal, sampai kekerasan over-the-top saat kepala manusia dengan mudahnya remuk seperti kue. Uniknya, aura kontemplatif bertahan sepanjang film, yang akan seketika menguap sewaktu Bradley terlibat baku hantam. Brawl in Cell Block 99 tak ubahnya Riki-Oh versi gritty. Kisah Bradley terasa ironis, sebab sejak awal ia berniat memperbaiki hidupnya dan sang istri, hanya untuk dipaksa berjuang pindah dari sel "nyaman" menuju "lubang neraka". Sempat muncul inkonsistensi tone, tapi hawa menusuk penjara kumuh, kekerasan tinggi, pula terjaganya intensitas, berujung menghasilkan b-movie menyenangkan. (3.5/5)
Disutradarai Safdie Brothers, Good Time merupakan drama spesial karena bisa tampil kritis tanpa perlu menjadi ekstrimis. Karakternya melanggar hukum atas nama persaudaraan, namun kriminalitas tidak dijustifikasi. Si karakter adalah Connie (Robert Pattinson), yang mengajak adiknya, Nick (Ben Safdie), selaku penderita gangguan mental untuk merampok bank. Connie mendukung Nick, membuatnya merasa berharga dan berguna, memanusiakannya. Tatkala terjadi kekacauan dan Nick tertangkap polisi, Connie bersedia menempuh segala cara demi membebaskannya. Kisah kasih persaudaraan ditekankan, tapi tanpa glorifikasi tindak kejahatan, memastikan ada harga yang wajib dibayar. Estetika "hipster" pada scoring synth ala 80-an serta pencahayaan warna-warni yang kini makin klise masih diandalkan, namun setidaknya, di departemen musik Oneohtrix Point Never memberi modifikasi berupa aransemen liar pula trippy. Serupa karakternya, Good Time bergerak bak tengah berlari berkat pengarahan chaotic nan dinamis Safide Brothers. Tidak melulu sprint, tapi cukup menjaga kerapatan intensitas. Sementara Robert Pattinson dengan jenggot berantakan langsung menggebrak sejak awal kemunculan, senantiasa menggoncang situasi lewat performa paling powerful sepanjang karirnya. (4/5)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
18 komentar :
Comment Page:Misi bang, mau nanya nih. Ud prnh ntn The Invisible Guest (Contratiempo)?
Gmn menurut bang rasyid?
Ga cape bang ngejawab pertanyaan yg itu-itu saja?
"Udah nonton itu bang? Kapan review film ini?"
Aku kan cmn nanya, ini jg pertama kalinya saya nanya begini. Saya jg ga minta bang rasyid utk mereviewnya, cmn mnt pendapat aja. Maaf kalau saya salah 😊
@nouvaleka Wah belum nonton kalau itu
@Anonim Selama orangnya nggak melulu nanya itu nggak masalah. Dari ribuan pembaca tiap hari wajar kok kalau selalu ada yang tanya begitu :)
Maksudnya film non-bioskop itu, film yg gak rilis di bioskop? Bioskop indo aja ato di US juga gamasuk?
Btw awal-awal ikutin blog ini, pengen juga nanya ttg review film lama,, tapi makin kesini makin ngerti mas rasyid tetaplah manusia biasa :D nge-review film yg baru rilis aja udh capek, gimana film yg udh agak lama kan? Yang penting tetap semangat bang!
@Anonim & @Rasyidharry hehehe..... ane yg selalu komen kaya gtu...... maafin ane bang Rasyid....
Wahhhh rekomendit banget tuh bang Contratiempo. Pgn tau pendapat bang rasyid wkwk. Kalau sempat nonton (meskipun ga sempet bikin review) tolong kasih pendapatnya ta bang wkwk.
@nouvaleka Soon, kalau nggak review di blog palingan twit review :)
@Billy ah sorry, kurang jelas ya. Maksudnya yang nggak tayang di Indonesia.
Dulu film lama ditulis, tapi seiring berusaha memperbaiki tulisan, waktu yang dibutuhin makin banyak, sampai sekarang cuma sempet full review film bioskop. Thanks! :)
@Budi haha that's okay, toh artinya tulisan di blog ini jadi pertimbangan nonton pembaca
Baru kelar nonton Good Time tadi dan ngerasa tekniknya kaya film Nocturnal Animals ya mas, itu semacam teknik apa ya namanya? mkasih sebelumnya Mas Rasyid...
Film superhero indonesia "Valentine" yg rilis 23 nov, bkal d review gak bro?
@Ungki Teknis sebelah mananya kah yang dimaksud? Soalnya kalau diibaratkan, Good Time itu kayak "dipaksa lari, Nocturnal Animals "dicekik" hehe
@Taufik Oh jelas, jarang-jarang ada film superhero lokal :)
Wind River bakal direview gak nih Oom?
Sebagai moviefreak (maksudnya nonton semua film-ngerti ato nggak- belakangan) gw wajib nanya film yg belum diputar:
Bad Mom Christmas bakal direview kah?
Film Ngerti= Film Bagus
Contoh : Titanic, Capt America
Film Nga Ngerti=Film Jelek
Cintoh: Interstellar, Cloud Atlas
Gitu ya?
Hihihi
Mksudnya soal endingnya itu loh Mas Rasyid...he
Saya pikir sih tidak masalah jika menanyakan "Apakah Bang Rasyid sudah film bla bla bla". Saya pun sering bertanya seperti itu karena hanya ingin melihat sudut pandang seorang blogger perfilman, khususnya Bang Harry yang punya alur penulisan menarik untuk saya pribadi. Bukan karena ingin melihat review dulu baru nonton filmnya.
Nggak masalah kok, termasuk alasan "baca review baru nonton" pun nggak salah. Guna review memang beragam. Thanks by the way, dibilang alur penulisannya menarik hehe
kok aku gagal paham ya nonton good time...menurut saya cerita nya biasa saja atau saya yg kurang dpt maksud film itu
Posting Komentar