KULARI KE PANTAI (2018)
Rasyidharry
Juni 30, 2018
Arie Kriting
,
Bagus
,
Comedy
,
Dodit Mulyanto
,
Drama
,
Gina S. Noer
,
Indonesian Film
,
Karina Suwandi
,
Lil’li Latisha
,
Maisha Kanna
,
Marsha Timothy
,
Mira Lesmana
,
REVIEW
,
Riri Riza
12 komentar
Kulari ke Pantai adalah kesederhanaan spesial. Tidak
ada isu beraroma politis, konflik provokatif, maupun permasalahan sosial
kompleks dengan potensi kontroversi. Memang terdapat relevansi soal pesan
mencintai bahasa dan alam Indonesia serta orang-orang tercinta kita yang hidup
di dalamnya, tapi kemasan ringan bernuansa ceria menghasilkan tontonan yang
terasa tulus. Film yang mampu memunculkan senyum, tawa, kebahagiaan, kehangatan,
bahkan kedamaian hati, yang kini makin mahal harganya, jelas spesial. Saya pun
ingin segera ikut berlari ke pantai bersama tokoh-tokohnya.
Di tangan yang salah, Kulari
ke Pantai bisa berujung iklan layanan masyarakat dan pariwisata semata. Tapi
Riri Riza selaku sutradara beserta pengalamannya membesut Petualangan Sherina (1999) hingga Laskar Pelangi (2008) piawai mengemas rasa. Ketimbang
terang-terangan menjejalkan deretan pesan di atas, terlebih dulu dia coba
menghanyutkan penonton dalam aliran emosi positif, sehingga pesan dapat
terserap, diamini dengan sendirinya. Suasana langsung dibangun sejak momen pembuka
penuh semangat beriringkan lagu Selamat
Pagi. Musik memang berjasa membangun suasana positif film ini, tak
terkecuali lewat lagu tema Kulari ke
Pantai (juga dibawakan RAN) yang begitu nyaman di telinga, pun takkan
segera lenyap dari ingatan.
Dua sepupu, Sam (Maisha Kanna) dan Happy (Lil’li Latisha),
kembali bertemu, untuk mendapati keduanya sudah tak saling cocok. Sam, si anak
pantai asal Rote, Nusa Tenggara Timur yang hobi berselancar, merasa Happy, si
anak kota yang manja juga selalu bicara menggunakan Bahasa Inggris, telah
berubah jadi bocah sombong. Sebaliknya, Happy memandang rendah Sam dengan
segala “kekampungannya”. Cara pandang Happy mewakili standar “racun” yang kerap
dianut masyarakat modern, mulai terkait kesan keren dalam kegiatan berbahasa
Inggris, sampai anggapan bahwa kulit gelap dan rambut merah hasil terbakar
sinar matahari berlawanan dengan definisi “cantik”.
Bersama sang ibu, Uci (Marsha Timothy), Sam menyusun rencana melakukan
perjalanan berdua dari Jakarta menuju Banyuwangi guna bertemu peselancar
idolanya di pantai G-Land. Rencana itu “terganggu” oleh permintaan Kirana
(Karina Suwandi), ibu Happy, agar puterinya turut serta. Hal itu bertujuan
untuk mendekatkan lagi ia dengan Sam, sekaligus mengajarkan Happy satu-dua
pelajaran berharga supaya kemanjaannya berkurang. Melepas gadis berusia 10
tahun secara mendadak dalam perjalanan jauh meski bersama saudara sendiri
rasanya sulit dipercaya. Untungnya, babak proses, selaku titik esensial road movie, tak memiliki kejanggalan
serupa. Bagaimana para karakter berubah,
lalu saling menerima dan memaafkan, semua beralaan kuat. Setidaknya, hasil yang
didapat terjadi pasca beberapa pengalaman berharga, bukan karena ketiba-tibaan
layaknya sihir.
Kedua bintang cilik bermain apik, sanggup melontarkan baris
demi baris kalimat secara natural, pandai pula bermain emosi, tatkala masalah
mayoritas aktor cilik terkait emosi tak pernah jauh dari luapan yang datar atau
justru berlebihan. Kulari ke Pantai merupakan
debut bagi Maisha dan Lil’li, dan saya bisa melihat masa depan cerah untuk
karir film keduanya, yang bisa menjalin interaksi menyenangkan antara dua sosok
berlawanan. Walau sekilas begitu berlainan, sejatinya mereka setipe, sama-sama
mesti berurusan dengan ego masing-masing. Di antara bocah-bocah ini ada Marsha
Timothy yang tak pernah tampak bagai “alien” dalam dunia para bocah. Pasca Marlina
yang kelam, keras, nan brutal, memerankan Uci adalah bukti luasnya jangkauan
akting sang aktris.
Jalur yang diambil naskah buatan Gina S. Noer
(Habibie & Ainun, Posesif), Mira Lesmana (AADC?, Laskar Pelangi), Riri
Riza, dan Arie Kriting (5 Cowok Jagoan: Rise of the Zombies), sebenarnya bukan
jalur terbaik. Alurnya diisi setumpuk rintangan yang berdesak-desakan dalam durasi
112 menit, namun mayoritas tak mempunyai konflik mendalam. Gempuran permaalahannya tipis, mudah terselesaikan, tapi menumpuk sampai terasa penuh sesak. Sisanya
lebih banyak menampilkan kegiatan jalan-jalan plus eksplorasi suasana destinasi
alam. Untung, guliran kisahnya berhasil menangkap esensi indah sebuah
perjalanan. Menemukan tempat baru, orang-orang baru, lalu menjalin persaudaraan
baru pula dengan mereka.
Terpenting, sebagai film anak, Kulari ke Pantai tampil menyenangkan. Komedi yang ditangani Arie
Kriting tampil efektif, sewaktu tiap lokasi konsisten menyimpan “ranjau” yang
siap meledakkan gelak tawa. Saya bakal selalu mengingat Kulari ke Pantai sebagai salah satu film yang paling sukses
memanfaatkan talenta jajaran komika yang tampil dalam porsi secukupnya.
Kuantitas bukan prioritas utama, melainkan kualitas, berkat penokohan unik
dilengkapi hook yang disesuaikan
dengan kelebihan tiap komika. Kemungkinan besar Mukhidi (Dodit Mulyanto) si
pemilik homestay yang berisik akan
jadi favorit penonton. Saya tidak masalah menginap di tempat Mukhidi selama
bisa merasakan kebahagiaan dan kedamaian sebagaimana dirasakan tokoh-tokoh film
ini.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
12 komentar :
Comment Page:Akhirnya dirilis juga reviewnya. Setuju dengan reviewnya, "kesederhanaan spesial". Nonton film ini gampang ikut masuk kebawa suasananya. Gak nyangka bakal dikasih bintang 4, wow. Alasan mas Rasyid apa nih sampai memberikan rate tinggi untuk ukuran film anak2 seperti ini?
Asyik mesti 'ku lari ke bioskop' pada kesempatan pertama , ini bisa jadi hiburan sehat bermanfaat buat anak anak, adik adik yang masih libur sekolah.
Sangat senang sewaktu nonton terisi penuh dengan anak-anak, bahkan anak-anak sebelah saya setelah film usai berceletuk "pih besok nonton lagi ya!" Membuktikan bahwa film ini memang diterima dan bahkan disukai oleh target utamanya. Adegan ketika Marsha Timothy kesal kepada Happy menjadi puncak emosi yang membuncah tapi diselungi dengan aksi konyol Suku_Dani. Ada emosi tersulut, ada tawa masuk
List Best Movies in 2018 so far mana mas? Ga bikin? Wkwk
Untung kepala buntungnya gak dibawa yah ama marsha timothy..
Product placementnya sdikit menggnggu mas berasa etalase toko hehe
Selebihnya,, salah satu film anak terbaik sih
@Lucius Kenapa bintang 4 sederhana aja, coba sebut film Indonesia belakangan yang simple tapi bisa kasih perasaan positif semurni ini. Susah kan?π
@Okiyadi Betul, bring the kids!
@Ungki Oh pas nonton malah sampe ada bocah yang joget. Ikut seneng lihatnya
@Chan Sering jadi masalah sih product placement. Urusan gini malah Raditya Dika yang jago. Secara sering ngurus endorsement di yutub
Waaaah baru mau nonton malem ini. Btw, ada hubungannya sama Milly&Mamet nggak, sih? Selain Miles. Soalnya ada promonya pake tagline Kulari Ke Pantai ketemu Milly&Mamet.
@Heru sebelum film ada teaser, di tengah film ada kejutan kecil :)
Kira-kira ada perasaan yang sama nggak seperti waktu menonton Laskar Pelangi?because personally itu adalah masterpiece Riri Riza hingga sekarang sesuka apapun saya pada Athirah atau AADC 2.
Oh ya,boleh mampir dan minta masukanya dong tentang blog review saya di http://secondsinestesia.blogspot.com/ postinganya masih sedikit sekali tapi saya mencoba aktif lagi sih,btw tulisan dan blog saya juga ada sedikit influence dari bang rasyid hehe.Thanks
@Bobby Belum sampai ke level Laskar Pelangi sih, karena konfliknya juga nggak sedalam & sedinamis itu.
Udah dibuka, dan ya, I can see that we're aiming for the similar style hehe. Nggak ada masukan, soalnya bantuan terbesar yang bisa didapat reviewer ya tonton film & baca review sebanyak mungkin. Thanks by the way, kehormatan bisa kasih influence π
Cameo Mili dan Mamet gak penting bgt ya menurutku... apa Miles mau nunjukin film ini masih satu universe gitu?
Tp overal film ini cukup menghibur khususnya keluarga yg punya anak perempuan. Anak laki2 gw tdk begitu antusias hanya adegan kentut aja yg dia terbahak bahak. Humor yg lainnya lebih dipahami org dewasa
@agoesinema Ya emang nggak ada maksud apa pun kecuali main-main. Namanya juga cameo, just for fun π
Posting Komentar