27 STEPS OF MAY (2019)
Rasyidharry
April 28, 2019
Drama
,
Indonesian Film
,
Ipung Rachmat Syaiful
,
Lukman Sardi
,
Raihaanun
,
Ravi Bharwani
,
Rayya Makarim
,
REVIEW
,
Sangat Bagus
,
Verdi Solaiman
23 komentar
Ada istilah twelve-step program, sebuah tahap-tahap panduan pemulihan masalah
perilaku (behavioral problem). Di sini,
karakter utamanya melalui 27 langkah, dalam film Indonesia langka—bahkan di
antara jajaran judul arus alternatif—yang benar-benar memanfaatkan penceritaan
bertempo lambat, yang diterapkan sutradara Ravi Bharwani (Jermal, The Rainmaker) bukan sekedar demi “gaya-gayaan”, melainkan
diperlukan agar presentasi dramanya meyakinkan sekaligus efektif.
27 Steps of May dibuka melalui pemandangan mengganggu, bukan saja akibat
pemerkosaan terhadap karakter utamanya,
juga karena, tidak peduli seberapa memikat aktingnya, memaksa Raihaanun
memerankan gadis SMP berambut kepang (trik paling klise guna memudakan usia)
adalah keputusan yang dipaksakan. Beruntung kita cuma melihat itu selama
beberapa menit sebelum filmnya melakukan lompatan waktu.
Delapan tahun berselang, May masih
terguncang, menolak keluar kamar, mengidap kelainan perilaku komplusif.
Rutinitasnya selalu sama: bangun, lompat tali, menghitung boneka yang tersusun di
lemari, menyetrika baju secara hati-hati, mengatur rapi rambutnya dengan jepit,
lalu membuka pintu kamar di mana sang ayah (Lukman Sardi) telah menanti untuk mengeluarkan
boneka-boneka buatan May yang dijual lewat bantuan seorang teman (Verdi
Solaiman).
Setahu saya, stres takkan
menyebabkan OCD (Obsessive Compulsive
Disorder), tapi peristiwa traumatis bisa memicu bila seseorang memang menyimpan kecenderungan. Kita urung melihat banyak kehidupan May sebelum
pemerkosaan, sehingga sulit memastikan akurasi unsur psikologisnya. Tapi pastinya, bukan dia semata
yang menderita. Pula sang ayah, yang merasa gagal melindungi puterinya seperti ia melindungi sebutir telur agar tak menggelinding jatuh
dari meja. Dia dikuasai amarah termasuk pada diri sendiri akibat rasa bersalah, mendorongnya bertingkah liar di arena (Dia seorang petinju). Muncul
dorongan menghajar orang lain, walau mungkin saja, ia pun
ingin dihajar sebagai bentuk hukuman bagi diri sendiri
Rutinitas May dan Ayah dipaparkan
bergantian, menghadirkan studi kasus perihal dampak peristiwa traumatis, baik terhadap
korban maupun keluarga. Hingga suatu hari keanehan terjadi. Kebakaran kecil
meninggalkan lubang pemberi ruang untuk secercah cahaya menyinari kamar May.
Sang gadis belum siap melangkah keluar dari kegelapan, memilih menjauh
bahkan menutup akses cahaya, namun seiring waktu, rasa penasarannya tersulut. Apalagi setelah May mengintip aksi sesosok pesulap (Ario Bayu) melalui
lubang itu.
Naskah buatan Rayya Makarim (Banyu Biru, Jermal, Buffalo Boys) cukup
cerdik memposisikan ketertarikan May akan trik-trik si pesulap selaku simbolisasi
teruntuk terapi yang May lalui demi mengalahkan depresi. 27 Steps of May pun berjalan layaknya terapi, ketika Ravi dengan
penuh kesabaran menyuguhkan satu per satu fase secara mendetail. Pertemuan May dengan sang pesulap
mungkin tampak aneh, tapi membawa pesan nyata. Bukan saja soal konflik batin May, pula mengenai bagaimana seharusnya cinta bersemi yang melibatkan tahap-tahap saling kenal, saling pikat, bukan sekadar penyaluran nafsu sepihak (Dengarkan wahai para lelaki).
27 Steps of May juga sebuah kenikmatan visual berkat sinematografi
garapan Ipung Rachmat Syaiful (Wiro
Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur)
yang sempurna menangkap keindahan dalam kesederhanaan milik kamar May, yang
artistiknya ditata oleh Vida Sylvia (Sweet
20, Critical Eleven). Tiada banyak barang, hanya kasur, lemari boneka,
dan tentunya lubang di dinding sebagai perlambang perjalanan May keluar dari kurungan mentalnya.
Walau mengusung tema kelam,
proses karakternya mencari kedamaian terasa magis nan memuaskan, salah satunya
berkat akting mengagumkan Raihaanun. Di awal kita melihat sorot kosong di
matanya yang secara bertahap (bukan perubahan dadakan) makin “bernyawa”. Sang
aktris memberi sentuhan-sentuhan kecil, dari mata yang mulai bercahaya sekilas
senyum simpul, atau gerakan tergesa-gesa menutup rok sebagai perwujudan kondisi
psikis May. Raihaanun menghadirkan akting subtil yang hanya bisa diimpikan
banyak pelakon seni peran.
Sebagaimana telah disebut, 27 Steps of May bukan sekadar soal
korban, juga betapa rasa bersalah turut menguasai keluarga. Perasaan yang acap
kali justru sama sekali tak membantu korban. Ayah May terjebak dalam kesakitan
luar biasa, berusaha mencari pelampiasan, berujung menelantarkan sang puteri
yang butuh uluran tangan. Dinamika dua manusia terluka itu bertambah kompleks,
sewaktu May pelan-pelan membaik, sedangkan sang ayah sebaliknya, seolah betah
mendekam dalam penderitaan.
Tatkala perilaku komplusif May
berkurang, sang ayah justru menganggap ada kesalahan. 27 Steps of May mengingatkan jika kesedihan tersebut manusiawi,
meski tak semestinya kita menemukan kenyamanan dari menghukum diri. Apalagi sewaktu membantu
korban semestinya jadi prioritas. Saya memakai kata “mengingatkan”, sebab film
ini tidak melontarkan kritik pedas, melainkan “tepukan lembut di pundak”. Sebuah kasih hangat yang diwakili konklusi menyentuh, di mana
Raihaanun menyulap sebaris kalimat sederhana menjadi ungkapan mengharukan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
23 komentar :
Comment Page:Nonton dmn bang?
Di Jogja Asian Film Festival (JAFF)
Bakalan tayang di bioskop komersil ga ya? Bagus nih trailer ny jg
Hope so, walau susah karena gayanya yang sama sekali nggak komersil. Tapi Siti & Turah aja bisa tayang, harusnya ini bisa. Waktunya yang entah
Kalo liat dtrailer...akting Raihanun..mengingatkan pada akting Ladya Cheryl dfilm fiksi ayo kebun binatang. Ladya sama Raihanun..cocoklah ya buat film film festival..akting mengagumkan
Waw ..nilainya hampir smpurna 4.5 bang kalo d bndingin ave maryam film ini lbh mudah d cerna ga?
@Zamal Gampang dicerna kok. Mungkin yang bikin rada "susah" ya temponya yang lambat, tapi dinamis banget.
Gue yang belum jadi bapak aja ikut ngerasain beban si bapak. Sesek dada denger kalimat terakhir may itu. Ahaha
Wah naiknya naik setengah dari review abang yg dulu.. Asikk
Welcome pemeran wanita terbaik
Soalnya ave maryam dialognya kaya bnyak kiasan2 gtu haha
Oh ini cenderung gamblang kok. Malah lebih banyak main non-verbal
Dulu awalnya 4.5 juga, selang berapa hari dikoreksi karena ngerasa bermasalah sama peran Ario Bayu (bahkan sempet mau jadi 3.5). Tapi kemarin nonton lagi, akhirnya tercerahkan
Tahun ini Raihaanun nongol 2x. Peristiwa langka yang patut dirayakan 😁
Sudah tayang di XXI dan CGV sejak 27 April 2019..
Kenapa nggk tayang 27 May aja yak Mas, biar "pas" sama judulnya..
Lagian klo tayang 27 April pasti ada efek film End Game juga yg bakal mengurangi jumlah penonton film ini..
Dia , drimna aja yah.. ekting pling smpurna klo mnrt aku raihanun ..tp knapa nmya tdak bgtu d knal sihh
Wah bang rasyid harus liat episode baru GOT battle of winterfell mungkin salah satu paling ambisius epik spanjang pertelevisian hmpir sebanding battle of helms deep nya LOTR dan bikin goosebumps kaya final battle nya endgame, mnurut gua salah satu yg harus diapresiasi lebih buat perfilman terutama di bidang serial tv
Ya memang jarang main film, dan sekalinya main, bukan film mainstream macam 27 Steps of May ini.
Karena Mei itu puasa, kuburan buat film Indonesia. Mau setelah lebaran juga udah nggak ada slot. Penuh banget film kita itu, seminggu 3-4 judul. Begini malah pas. Bisa jadi counterprogramming, dan "pelarian" orang yang kehabisan tiket Endgame. Lagian 27 April pas women's march. Momennya cocok
Kalau film Happy Birthday Everyday yg diperankan Raihaanun sama Anjasmara itu, gagal produksi atau memang tidak ditayangkan di bioskop sih? Krn kalaupun tdk tayang di bioskop, pasti tetap trdaftar di situs perfilman nasional macam filmindonesia.or.id, tpi nyatanya tidak ada. (maaf OOT hehe)
Sebenernya web filmindonesia juga nggak se-update itu kok. Mereka cuma cantumin film yang bakal tayang dalam waktu dekat dan/atau udah fix tanggal tayangnya. Tapi kalau Happy Birthday Everyday memang ada masalah yang saya nggak bisa ungkap di sini.
Wah sayang, pdhl trailernya bikin penasaran. Thx mas rasyid
Bang kalo nontonnya sama ortu ga masalah? Apa bikin awkward?
Posting Komentar