PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019)
Rasyidharry
Januari 11, 2019
Aghi Narottama
,
Ardy Octaviand
,
Artika Sari Devi
,
Basmalah Gralind
,
Chaery Eka Wirawan
,
horror
,
Husein M. Atmodjo
,
Indonesian Film
,
Jelek
,
REVIEW
,
Shandy Aulia
16 komentar
Posternya seolah bicara, “Perjanjian dengan Iblis adalah b-movie menghibur yang enggan tampil
terlalu serius”. That’s why I’m sold.
Trailer-nya menampilkan materi dengan
nuansa jauh berbeda, tapi beberapa momen menjanjikan bisa ditemui. Secara
khusus, cuplikan kemunculan hantu berbentuk bayangan tampak cukup mengerikan.
Mungkinkah memasuki 2019, MD Pictures bersama Pichouse Films selaku anak
perusahaannya, memutuskan untuk mulai menyeimbangkan kualitas dan kuantitas
(sekitar 11 judul horor siap tayang tahun ini)?
Tapi begitu film dimulai, tidak
butuh waktu lama bagi saya menyadari, bahwa Perjanjian
dengan Iblis adalah satu lagi sajian berkualitas jongkok. Setelah sekian
banyak dicekoki horor lokal buruk, saya sudah hafal polanya. Kisahnya akan
diawali perkenalan dengan sebuah keluarga kecil yang dirundung permasalahan
klise. Entah sang ayah lalai memberi kasih sayang akibat disibukkan urusan
pekerjaan, momongan yang tak kunjung hadir, meninggalnya salah satu anggota
keluarga, ketidakharmonisan antara mereka, atau gabungan beberapa elemen di
atas.
Di sini, karakternya tengah
berlibur ke Pulau Bengalor. Bara (Aghi Narottama) merasa liburan ini diperlukan
demi merekatkan hubungan sang puteri, Lara (Basmalah Gralind) dan istri
barunya, Anisa (Shandy Aulia). Walau Anisa telah berjuang keras, Lara yang amat
merindukan mendiang ibunya, terus membencinya meski enam bulan telah berlalu
sejak pernikahan dilangsungkan.
Bermodalkan naskah buatan Husein M.
Atmodjo (Midnight Show, 22 Menit)
bersama Ardy Octaviand (Coklat Stroberi,
3 Dara, Stip & Pensil) yang juga menduduki kursi sutradara, elemen
dramanya—sesuai dugaan—tampil tak meyakinkan sekaligus membosankan, diisi
presentasi konflik dangkal plus baris dialog miskin kreativitas. Beginilah
rutinitas horor buruk negeri ini (khususnya produksi MD/Pichouse). Kita akan dibuat
bosan selama kurang lebih setengah jam, menanti teror dimulai, namun begitu
teror tersebut datang, eksekusinya gagal memberi penebusan setimpal.
Drama keluarga melelahkan ini turut
dibarengi akting kaku bagai kayu dari Aghi Narottama yang selama ini lebih kita
kenal sebagai komposer (Pengabdi Setan,
Sweet 20, Kafir: Bersekutu dengan Setan), juga Shandy Aulia yang sebatas
mengulangi penampilan-penampilan di film sebelumnya. Semua tampil dalam suasana
serius, bukan keburukan yang disengaja selaku bentuk senang-senang. Sehingga
ketika satu demi satu momen “lucu” terjadi, saya yakin itu adalah hasil filmmaking buruk alih-alih usaha
merangkai b-movie.
Terornya dimulai saat sekelompok
setan mengganggu malam hari Anisa dan lara. Bara, yang tak mengalaminya,
bersikap skeptis, bahkan meninggalkan mereka ke Jakarta karena urusan pekerjaan
mendadak. Keduanya dijaga oleh wanita pengurus villa bernama Rengganis, yang
diperankan Artika Sari Devi, yang dengan kharismanya, jadi satu-satunya
penampil yang menarik disaksikan.
Deretan jump scare-nya tidak cukup baik, namun
saya mengapresiasi usaha yang diluangkan, di mana para hantu tidak sekadar
“setor muka”. Bahkan, beberapa kali sang sutradara mampu memunculkan mereka
dari lokasi tak terduga guna mengirim sedikit efek kejut. Setidaknya Ardy
Octaviand masih bersedia mencari timing
yang tepat, juga memperhatikan pembangunan tensi. Pun tata rias garapan Chaery
Eka Wirawan (Petak Umpet Minako, Night
Bus) jelas lebih unggul dibanding jajaran “hantu muka bubur basi” di luar
sana. Hanya saja, seluruh usaha di atas belum berhasil menghasilkan produk yang
layak disebut “baik”.
Saya tidak terkejut begitu mencapai
babak akhir, sewaktu naskahnya coba merangkum konklusi berbagai poin plot, Perjanjian dengan Iblis terjangkit
penyakit kronis horor medioker dalam negeri. Keburukannya tak tertahankan
akibat dipaksa hadirnya suatu twist
tanpa pondasi memadahi ditambah upaya menyatukan berbagai rahasia dan misteri
Pulau Bengalor yang berujung berantakan. Hanya menyelipkan penjelasan sekilas yang
urung tersusun rapi, para penulisnya seolah tak lagi peduli. Jadi mengapa kita
harus peduli?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
16 komentar :
Comment Page:Ga tertarik nonton IP Man bang?
Si Shandy Aulia gak bosen apa main film horor dengan kualitas ala kadarnya terus-menerus? Kenapa dia gak coba open casting supaya bisa dapat peran yang lebih beragam, daripada terikat kontrak jalan di tempat
G bikin review Keluarga Cemara?
@Eduard dia udah bikin pas tayang di JAFF (Jogja netpac Asia Film Festival)
Ngomong-ngomong Shandy Aulia, saya malah keingat Herjunot Ali setipe juga tuh sejak era film 2 cm, doi ngga pindah-pindah dari Soraya dan Hit Maker (anak perusahaan Soraya), banyak karakter utama yang dipaksakan dan harus dia yang main, contoh Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, hehehe
yang terbaru Antologi Rasa dia jadi karakter utama Haris Risjad, hehehe
2cm??
Kalau Herjunot Ali masih mendingan lah, gak melulu main film horor walaupun terikat kontrak yang sama. Dari segi akting meskipun kelihatan dipaksakan, masih lebih oke dari Shandy.
@Puja Shandy pindah ke MD ternyata sama aja. Peran-peran begitu lagi yang diambil. Junot kalau udah main adegan dramatis nggak tahan pengen ngelempar layar. Suzzanna kemaren dramanya nggak sekuat seharusnya ya karena Junot.
@Puja FYI, Soraya sama Hitmaker masih "Saudaraan", jadi bisa main film dari 2 PH tersebut tanpa ganti kontrak.
Hahahaha maafkan saya , 5 cm maksudnya, maklum kurang ion
Entah ya , mungkin opini saya pribadi , sejak era 5 cm yang sukses besar , makin kesini film2 yang Junot main jadi peran utama , kaya kurang greget gitu aktingnya, ngga terlalu istimewa , di film Kapal van der Wijck malah karakter pendukung yang menonjol yang diperankan Reza Rahadian , Supernova super nope akting Junot, maafkan para penggemar Herjunot Ali, sejauh ini peran dia setipe, belum ada yang istimewa dan membuat saya tertarik kadang saya malas nonton film kalau dia yang main, hehehe
FYI , film dia bareng Soraya yang baru Antologi Rasa doi jadi peran utama lagi , menarik juga melihat apakah masih terjebak dengan peran yang sama atau berbeda , will see . ..
@Puja Di Antologi Rasa kayaknya beda........model rambutnya hahaha
gue malah ketawa yang pas adegan dia ngusir suzanna terus nangis
please deh adegan nangis junot tuh ganggu banget
waktu van der wijk juga jadi kurang sedih
saya lebih sedih denger dialog nya di youtube tanpa liat aktingnya yg nangis ampe keluar iler
Nah ini bener. Jadi konyol dia di Suzzanna. Perlu diajarin akting yang nggak pake mlongo dia ini.
Kalo tenggelamnya kapal van der wijck masih cocok lah
Posting Komentar