MISTERI DILAILA (2019)
Rasyidharry
Maret 14, 2019
Elizabeth Tan
,
horror
,
Kurang
,
Malaysian Movie
,
Mystery
,
Namron
,
REVIEW
,
Rosyam Nor
,
Sasqia Dahuri
,
Syafiq Yusof
,
Thriller
,
Zul Ariffin
17 komentar
Misteri Dilaila memperoleh hype sebagai
film Malaysia pertama dengan dua versi yang dirilis di bioskop secara bersamaan.
Tentu pertanyaan terbesar bagi penonton adalah, “Versi mana yang lebih unggul
dan sebaiknya ditonton?”. Bagi saya tidak dua-duanya.
Masing-masing versi menyimpan
perbedaan di thrid act, yang berjalan
sekitar 15 menit (total durasi versi pertama 81 menit, versi kedua 82 menit)
dan dibangun berdasarkan prinsip tunggal: Memberi twist sebanyak serta semengejutkan mungkin, meski logika mesti
dibuang jauh. Bahkan, semakin Syafiq Yusof (Abang
Long Fadil, KL Special Force)—selaku sutradara sekaligus penulis—berusaha membuat
konklusinya mengagetkan, semakin bertambah lubang dalam alurnya.
Premis Misteri Dilaila sesungguhnya menarik. Meminjam formula thriller-misteri yang kemungkinan bakal
mengingatkan pada karya-karya Alfred Hitchcock (ambiguitas identitas, elaborate scheme, dan lain-lain),
kisahnya terjadi saat Jefri (Zul Ariffin) dan sang istri, Dilaila (Elizabeth
Tan), mengunjungi villa warisan orang tua Dilaila—yang terlihat menawan berkat
kerja memukau tim artistik. Berniat menghabiskan waktu bersama, pasca
pertengkaran di malam hari, Jefri justru terbangun keesokan paginya untuk
mendapati sang istri telah lenyap.
Dibantu Inspektur Azman yang
diperankan Rosyam Nor melalui performa menghibur khususnya kala ia melemparkan
beberapa celetukan bernada sarkasme menggelitik, Jefri memulai pencariannya. Tapi
tak lama berselang, Imam setempat (Namron) datang bersama Dilaila, (berikutnya
dipanggil “Dilaila II”) yang kabur ke kontrakannya setelah bertengkar dengan
Jefri. Alih-alih lega, Jefri malah kebingungan, sebab sosok di hadapannya itu
punya wajah berbeda dari Dilaila yang ia kenal.
Jefri bersikeras bahwa Dilaila II
(Sasqia Dahuri) merupakan penipu, dan kita sebagai penonton pun tahu wajahnya
berbeda. Tapi tiada satu pihak pun mempercayai Jefri, termasuk Inspektur Azman
yang lama-lama menganggapnya gila. Pemicunya adalah ketidakmampuan Jefri
membuktikan kepalsuan Dilaila II. Seisi villa tak memasang foto wajahnya,
sementara telepon genggam Jefri ikut menghilang bersama istrinya. Berikutnya, Misteri Dilaila mengajak kita menebak,
apakah Jefri memang kehilangan kewarasan atau justru korban rencana jahat
terstruktur.
Zul Ariffin menjalankan tugasnya
dengan cukup baik memerankan pria kebingungan lewat gaya akting menghibur.
Seolah sang aktor sadar jika tidak sedang berada di tengah film serius dan
memilih bersenang-senang menerapkan akting penuh letupan, walau naskah buatan
Yusof gemar memaksanya berteriak dan merengek memohon pertolongan Inspektur
Azman, yang lama-kelamaan terdengar menyebalkan. Pun Jefri kerap mengambil
keputusan bodoh yang tambah menyudutkannya. Jefri mungkin jarang menonton horor,
sehingga tak tahu salah satu “aturan” dasar: Jika menemukan suatu hal penting,
apa pun yang terjadi, jangan meninggalkannya, atau hal itu bakal hilang.
Penyutradaraan Yusof membawa Misteri Dilaila bergerak solid berkat
tempo dinamis penyokong kisah yang selalu meninggalkan tanda tanya. Alhasil,
alurnya padat, bahkan tatkala di sela-sela misteri, unsur horor supranatural
minim substansi dipaksakan masuk. Jump
scare-nya, biarpun lagi-lagi dibungkus tata suara berlebihan, rupanya cukup
efektif melahirkan efek kejut, didukung riasan untuk deretan hantu yang disturbing.
Sekarang mari membicarakan dua
varian ending-nya. Saya menonton
versi pertama dahulu, lalu mendapati betapa versi tersebut penuh lubang.
Eksistensi elemen horornya dijelaskan secara bodoh, sedangkan penjabaran twist perihal identitas Dilaila II tampil
menggelikan akibat mengandalkan sederet ketidaksengajaan dan variabel yang
mustahil dikontrol agar bisa terjadi sedemikian rupa. Kejanggalan malah
bertambah setelah fakta sesungguhnya diungkap.
Namun ketika saya merasa versi
pertamanya buruk, versi keduanya menampilkan keburukan yang lebih memabukkan.
Kejutannya makin konyol, demikian pula karakternya yang menggiring diri mereka
sendiri ke dalam situasi rumit hanya untuk memperoleh hal sederhana. Saya
berasumsi, Yusof menulis versi pertama dulu, kemudian memikirkan cara agar
versi kedua jauh berbeda. Dia perlu meluangkan lebih banyak usaha memperbaiki
konklusinya ketimbang sibuk menerapkan mask
transition (transisi adegan memakai objek bergerak), walau harus diakui,
gaya penyuntingan itu merupakan pilihan artistik menarik.
VERSI 1
VERSI 2
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
17 komentar :
Comment Page:njir ada 2 versi segala wkwk
btw, masalah film malaysia masih di belakang indonesia dan thailand ya
film2 hits mereka levelnya ga lebih baik dari film-film indonesia di masa dark age
Penasaran sih.. tapi di malaysia film ini sudah jutaan penonton dan ada kontroversi kalo film ini plagiat dari vanishing act.. agak disayangkan
Perbedaannya ada dimana?
FILEM INI COPY PASTE VANISHING ACT... COBA CARI 90% SAMA PERSIS
Terima kasih reviewnya berhasil menyelamatkan duit saya 75 ribu dari CGV GI. nyari bioskop yang murah aja, kebetulan cinemaxx lagi diskon.
Tumben beda penilaian dari cine crib, bang?😁
Oh jelas. Di Asia Tenggara, Indonesia salah satu yang paling oke.
Tuh sudah dijelaskan di review mana yang beda. Tapi kalau detailnya ya bakal spoiler
Haha GI mah film bagus juga rasanya kemahalan. Nonton di sana cuma kalau screening atau ngincer 4dx
Sering beda kok kita. Kemaren aja Aria kesel nonton Captain Marvel 😂
Mas Rasyid,
Saya pikir ver1 itu seri 1, dan ver2 itu seri 2..
Kirain, harus nuntun ver1 dulu baru lanjut ver2..
Sampai hari ini belom nuntun dua dua'nya sih..
Mas, review film Leak donk, mau nuntun tapi takutnya model film Wahana Rumah Hantu..
Aslee, WRH itu film paling buruk seumur hidup saya, wkwkwkkwkwk..
Kalau mau nonton, pilih versi 1 aja. Paling nggak masih fun biarpun ngaco.
Leak sayangnya nggak tayang di Jakarta sih
padahal pengen nonton, bang. tapi drop dah baca review-nya. kalo dipaksain nonton, ntar malah kecewah...
film plagiat vanishing act, poster plagiat a tale of two sisters
Film Vanishing Act bisa diunduh di mana ya? Aku cari yang sub indo hampir di semua web film gak nemu. Pengin nonton filmnya sebelum nonton Misteri Dilaila biar tau di mana "copy paste"nya.
Udah pada tahu dan liat belum trailer film MIDSOMMAR-nya Ari Aster (Hereditary 2018)?
Kan lagi heboh tuh di kolom komentarnya pada ributin script-nya yang bocor di internet, nah iseng2 karena penasaran saya ikutan download dan ternyata setelah baca sedikit saya justru semakin penasaran dan akhirnya jadi baca sampai selesai. Jujur ceritanya asli bikin merinding, benar2 gila dan bikin deg2an, adegan openingnya saja sdh sangat kelam dan depresi. Saya sempat refleks tutup mulut pas baca scene "di pantai." Pokoknya storytelling-nya mantap, adegan gore-nya cukup banyak dan menyayat.
Kalau memang filmnya tdk banyak modifikasi dr script asli maka saya berani bilang MIDSOMMAR lebih mengerikan (berbalut keindahan) daripada Hereditary.
Jadi nggak sabar pengen nonton langsung!! Hehehehe
BTW Ini link film Vanishing Act https://www.youtube.com/watch?v=o02yhQkJMX8 yang mau nonton, nemu di youtube.
Trailernya masih teaser. Udah nonton dari kapan hari. Perihal script yang bocor di media mungkin aja itu bagian dari strategi pemasaran. Mungkin.
Posting Komentar