RUMPUT TETANGGA (2019)

6 komentar
Sejauh ini, meski masih menyisakan sedikit kepahitan, 2019 adalah tahun yang menjanjikan bagi industri perfilman Indonesia. Banyak judul berkualitas paten buatan sineas kawakan, tapi hal paling menyenangkan adalah ketika beberapa pihak yang identik dengan produk bermutu jongkok, mulai melahirkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan. Setelah minggu lalu MD Pictures merilis Sunyi, kini giliran RA Pictures—salah satu rumah produksi dengan reputasi paling negatif—melepas drama-komedi yang biarpun tetap menyimpan setumpuk kekurangan, sanggup tampil menghibur, bahkan menghangatkan hati.

Kita pernah berada di posisi Kirana (Titi Kamal). Dihantui ketidakpuasan, penyesalan, dan ingin menjalan kehidupan berbeda sesuai impian. Kirana merupakan ibu rumah tangga, sementara suaminya, Ben (Raffi Ahmad) bekerja di bidang jual-beli mobil. Kehidupan mereka berkecukupan, cukup bahagia, meski Kirana kerap kerepotan mengurusi kedua anaknya. Alergi sang puteri, Windy (Aqila Herby), terhadap kacang membuatnya harus selalu waspada, sedangkan puteranya, Rega (Daffa Deddy), mengidap disleksia. Kirana kekurangan percaya diri, merasa status sebagai ibu rumah tangga tak cukup mentereng, apalagi selepas pertemuannya dengan seorang kawan lama, Diana (Donita). Diana adalah konsultan PR ternama yang hidup bergelimang kemewahan dan masih melajang. Kirana menginginkan kehidupan semacam itu.

Mengusung premis fantasi menarik soal “hidup yang tertukar” seperti Freaky Friday, The Change-Up, dan lain-lain, Rumput Tetangga enggan terburu-buru membawa alurnya memasuki materi jualan utamanya itu. Digarap oleh Alim Sudio (99 Cahaya di Langit Eropa, Chrisye, Kuntilanak), naskahnya bergerak penuh kesabaran, terlebih dulu memantapkan pondasi, mendeskripsikan betapa beratnya keseharian Kirana supaya penonton bisa memahami frustrasinya.

Memasuki sekitar setengah jam, barulah elemen fantasi diperkenalkan. Di malam reuni SMA, Kirana bertemu Madam Sri Menyan (diperankan Asri Welas lewat kejenakaan khas yang tak pernah gagal mengocok perut lewat kata-kata tanpa saringan), peramal yang sanggup mengabulkan permintaan Kirana. Pagi berikutnya, Kirana terbangun di apartemen mewah, menyandang gelar CEO perusahaan sekaligus konsultan PR nomor satu, memiliki segala yang telah lama diimpikan. Hanya satu yang sekarang tidak ia punya: keluarga.

Sebaliknya, kini Diana menjadi ibu rumah tangga, istri Ben, sekaligus ibu bagi Windy dan Rega. Seperti telah judulnya tuliskan, mudah menebak ke mana Rumput Tetangga bakal berujung: Kirana akan menyadari betapa ia terlalu dikuasai rasa iri dan selalu merasa “rumput tetangga lebih hijau”. Tapi mudah ditebak atau tidak bukanlah soal. Terpenting adalah bagaimana film karya Guntur Soeharjanto (Jilbab Traveler, Ayat-Ayat Cinta 2, Belok Kanan Barcelona) ini menjadi drama-komedi menyenangkan yang lancar menyampaikan pesan sambil memainkan perasaan.

Sejatinya Rumpu Tetangga berpotensi turut mengolah kisah seputar pemberdayaan wanita, tepatnya membahas bahwa ibu rumah tangga bukan profesi memalukan, terlebih jika itu dijalankan tanpa paksaan alias merupakan pilihan. Cukup disayangkan, naskahnya urung mengeksplorasi isu di atas secara mendalam, tapi toh memang bukan itu fokusnya, melainkan tentang mensyukuri kehidupan.

Dramanya bergerak dengan baik, dihiasi ketepatan Guntur Soeharjanto memilih lagu-lagu pengiring seperti Yang Kumau-nya Krisdayanti atau Andai Aku Bisa milik Chrisye, yang berkontribusi menambah bobot emosional beberapa momen, tatkala Titi Kamal memamerkan talentanya memadukan comic timing dengan akting dramatik. Saya yakin anda akan menemukan banjir pujian bagi Titi di ulasan-ulasan lain, sehingga biarkan saya turut menekankan betapa bagusnya penampilan Gading Marten sebagai Indra, asisten Kirana (dan Diana), bukti betapa kualitasnya di Love for Sale bukan kebetulan. Gading punya sensitivitas yang berguna menghadirkan akting subtil, sehingga ia mampu banyak bicara meski tanpa tuturan kata.

Unsur fantasi pun dipresentasikan lumayan rapi, saat berbagai tebaran petunjuk bisa ditemukan sepanjang durasi sebelum kebenaran sesungguhnya terungkap. Sayang, mencapai babak ketiga, naskahnya keteteran. Berbagai lubang serta ketidakjelasan aturan perihal “tukar-menukar hidup”, datang silih berganti begitu twist diungkap. Mencuat pula beberapa tanya, misalnya, “Mengapa Madam Sri Menyan harus berteka-teki tentang cara kembali ke kehidupan semula?”. Beruntung filmnya memiliki protagonis likeable ditambah cerita yang mendapat eksplorasi memadahi, di mana saya mampu diyakinkan jika kehidupan lama Kirana memang layak diperjuangkan. Alhasil, biarpun telah tercium sedari awal filmnya bergulir, Rumput Tetangga memiliki penutup yang memuaskan.

6 komentar :

Comment Page:
Mofan Rizaldi mengatakan...

Di CGV sini ga tayang... Menyebalkan! Padahal dah nungguin kapan tauuu...

Maskur mengatakan...

Nungguin review ave maryam

Rasyidharry mengatakan...

Udah ditulis dari JAFF tahun lalu. Coba cari aja

Vsf mengatakan...

Polis Evo nya Raline Shah gk di review nih?

hilpans mengatakan...

Kalo ada Titi Kamal plus donita auto wajib nonton ini mah...memanjakan mata hihi

Hadi mengatakan...

Kemarin liat trailernya di tv swasta sih kyknya ok. Apalagi ada eye candy si Donita.