JOHN WICK: CHAPTER - PARABELLUM (2019)

28 komentar
John Wick: Chapter 3 – Parabellum bakal menjadi keluaran terbaik dalam waralaba film aksi kebanyakan. Masalahnya, seri John Wick yang dimulai lima tahun lalu bukan suguhan aksi kebanyakan. Masih digawangi sutradara Chad Stahelski, Parabellum tetap merupakan tontonan brutal sesuai harapan penonton, pula menampilkan bangunan dunia unik berisi para pembunuh taat aturan, tapi mayoritas hanya pengulangan, sebatas jembatan menuju puncak, yang sejatinya bisa film ini hantarkan.

Melanjutkan akhir film kedua, John Wick (Keanu Reeves) dideklarasikan sebagai excommunicado pasca melakukan pembunuhan di Hotel Continental selaku tempat netral. Dihargai setinggi $14 juta, seluruh pembunuh di New York tidak berpikir ulang untuk mengincar nyawanya. Bukan itu saja, High Table mengutus sang Adjudicator (Asia Kate Dillon) guna menghukum pihak-pihak yang dianggap membantu kaburnya John, termasuk Winston (Ian McShane) si manajer Continental dan Bowery King (Laurence Fishburne).

Kehebatan jajaran penulis naskah seri John Wick adalah menjalin cerita sederhana soal “mengejar dan dikejar” sembari menyelipkan keping-keping yang melengkapi latar dunianya di sepanjang perjalanan. Elemen unik tersebut masih dapat ditemui, dari diharuskannya para karakter mematuhi kode moral yang acap kali menimbulkan situasi kompleks, detail di balik layar mengenai bagaimana prosedur organisasi dijalankan, sampai pengenalan Adjudicator yang memperkaya tatanan High Table.

Seri John Wick menciptakan latar di mana para pembunuh dituntut mematuhi kode etik, dan itu membentuk kepribadian mereka menjadi mesin pencabut nyawa berdarah dingin namun bermartabat. Sisi tersebut dimanfaatkan oleh tim penulis naskah untuk mengkreasi interaksi menarik berisi baris dialog kaya yang merepresentasikan dua wajah karakternya. Kata-kata mereka boleh terdengar bermartabat (ancaman membunuh terdengar semanis ucapan customer service ke pelanggan), tapi mereka tetap individu dunia hitam bengis yang memandang nyawa begitu murah pula tak ragu menerapkan cara kotor demi mencapai tujuan.

Sayangnya, jika film pertama berfungsi memperkenalkan dunianya sementara film kedua bertujuan memperkaya, kali ini segala detail tersebut bagai pernak-pernik belaka tatkala alurnya urung bergerak ke mana-mana. Parabellum hanya pengulangan karena kita sudah pernah melihat John diburu, tersudut, dan dikhianti. Masuknya nama-nama baru termasuk Elder (SaΓ―d Taghmaoui) selaku pemimpin High Table tidak memberi dampak, karena begitu durasi usai, John berada di posisi serupa seperti di awal film. Konklusi Chapter 2 yang memberi impresi bahwa John bakal berperang melawan High Table pun tak ubahnya trik guna menjual film ketiga.

Terkait adegan aksi, Chad Stahelski dibatu penata kamera Dan Laustsen (The Shape of Water, John Wick: Chapter 2) setia mempertahankan gaya yang membuat seri ini dicintai penonton, berupa keengganan menyembunyikan detail melalui quick cut. Walau demikian, serupa alurnya, gaya gun-fu tak lagi sememukau itu selepas dua film pertama. Bos utama yang malah tampak mudah John habisi dibanding jajaran tukang pukulnya juga meninggalkan kekecewaan.

Khusus penonton Indonesia, momen sebelum klimaks jadi salah satu pemandangan paling dinanti, karena di sinilah Cecep Arif Rahman dan Yayan Ruhian berhadapan melawan John Wick. Tidak sepenuhnnya memuaskan (intensitas koreografi jelas diturunkan demi memfasilitasi Keanu Reeves), dan kehadiran keduanya cenderung berupa fan service untuk penggemar The Raid. Setidaknya mereka bernasib lebih baik ketimbang Iko Uwais yang dipermalukan dalam Triple Threat saat diberi kesempatan memamerkan jurus di beberapa poin filmnya.

Parabellum justru paling mengundang decak kagum ketika pertarungan terjadi tanpa melibatkan senjata api. Lemparan puluhan pisau yang menancap di sekujur tubuh korban, buku tebal yang mampu mematahkan leher, sampai pemakaian kuda dan anjing, membuat saya antusias menebak-nebak metode eksekusi macam apa yang akan dipakai. Aksi adu bacok dibungkus koreografi memukau plus tata artistik memanjakan mata inilah bukti kepantasan John Wick sebagai seri aksi langka yang mampu mendefinisikan “The Art of Violence”.

28 komentar :

Comment Page:
Mikhael Hans mengatakan...

Seharusnya film aksi semacam john wick tidak lebih dari 3 seri sih bang wkwl entah aksi apa yang akan dibawakan john wick di seri ke 4, mungkinkah dia bergabung dengan avengers menggantikan black widow ?

Bayu mengatakan...

Bang adegannya ada yg dipotong ga..?

Netizen Baik Hati mengatakan...

Om Keanu :3

aan mengatakan...

Menurut saya..yg menarik bukan sisi aksinya.tp universe kriminalnya.kl skill aksi nya masih lbh mematikan robert mc call nya denzel w di equalizer sih...

Gantono mengatakan...

Dari ending ngasih isyarat bakal ada lanjutan, bukan trilogi lagi deh, tetralogi jadinya (tergantung antusias penonton juga sih kaya venom). Lagian dari semua yang buru Mr. Wick cuma mereka dua yg masih tanpa luka fatal dan hidup, Tiger Chen aja sekelompok ama mob laen nasibnya. Dikira mo perang total lawan organisasi tahunnya.......

Wakanda Forever mengatakan...

Menurut gue masih tetap menarik sih, selama masih bisa mengembangkan cerita. Contoh fast furious... berawal dari film balapan mobil sekarang sdh menjelma mjd franchise full action dgn cerita yang mungkin baru bisa berakhir di dunia asgard πŸ˜‚

tegar mengatakan...

menurut saya film ini semakin akhir, semakin kendor kadar aksinya.ketika adegan pisau, buku, kuda membuat beberapa penonton bertepuk tangan. tp adegan tarung akhir dgn marc dacascos sangat tidak sesuai ekspektasi, cemen lah malah. adegan dgn duo indonesia jg terlihat tidak intens, karena bang keanu terlihat kalah cepat dengan duo indonesia. tp penghargaannya duo indonesia tidak di buat mati, sama seperti iko uwais di film man of tai chi.

Anonim mengatakan...

John wick menarik karena one sequence dan asassin universenya. Sudah sepantasnya itu jadi bahan jualan utama. Kalau benar seperti yang om bilang tidak ada peningkatan di chapter 3. Rasanya ini akan menjadi membosankan

Anonim mengatakan...

Setuju dengan beberapa komentar diatas, john wick ke 3 ini bisa dibilang mengalami penurunan kualitas cerita. Saya pribadi merasa terkagum kagum pada babak awal cerita, namun pada babak penutup saya mulai merasa "is this just like that?".

Bagaimanapun john wick dan segala pernak pernik dunia gelapnya adalah sesuatu yang sangat unik dan menarik untuk diikuti. tapi kini pertanyaanya, akankah terus seperti ini? kita sama-sama sudah melihat john dikejar, dikhianati dan hampir mati. tapi akankah hanya itu yang akan disuguhkan kembali? saya harap di installment berikutnya john wick bisa menghadirkan penutup yang menyudahi akhir perjalanan mr. wick.

Rasyidharry mengatakan...

Oh kalau koreografi dan eksekusi aksi John Wick jelas lebih oke, lain cerita ya kalau bahas skill bela diri karakternya. Tapi bener, universe JW itu bagus banget

Rasyidharry mengatakan...

Nggak akan terasa. Cuma satu yang kelihatan, itu juga langsung disusul adegan lebih sadis yang nggak dipotong

Rasyidharry mengatakan...

Selama laku akan tetep lanjut. Tapi narasinya harus segera dikelarin. Udah mulai seret

Rasyidharry mengatakan...

Nah makanya. Story arc lawan High Table mestinya diselesaiin di sini. Baru lanjut lagi eksplor dunia/musuh baru.

Rasyidharry mengatakan...

Mati pun sebenernya nggak masalah, malah kalau aksinya oke, itu jadi respect ke karakternya. Kalau ini jadi sebatas fan service doang

Rasyidharry mengatakan...

End it, and move to another chapter. Dunia JW ini kaya banget. Bisa lebih dari sekadar High Table

rahmadamazing mengatakan...

Gw nonton buta banget.
Ga pernah nonton jw 1 atau 2.
Alhasil tidur di tengah2 film


Rencana mau nonton jw12 dulu baru nonton lagi yg ke 3 di bioksopπŸ˜‚πŸ‘Œ

rahmadamazing mengatakan...

Btw ada yang aneh pas adegan john wick sama si cewek.

Cewenya kan punya 2 anjing.
Nah bosnya minta anjingy buat di pelihara, terus di tembak anjingnya.
Si cewe pun marah. Tapi kenapa pas adegan tembak2 kejar2an sadis itu si anjingnya idup lagi ( harusnya sisa 1)

Rasyidharry mengatakan...

Wah sayang bener. Ayo tonton lagi 😁

Rasyidharry mengatakan...

Kan Sofia bilang, "He shot my dog", bukan "He kills my dog" 😁

rahmadamazing mengatakan...

Loh gimana 🧐🧐
Anjignya imun peluru gitu πŸ˜‚. Bener2 harus nonton jw 2 ini mah saya

Fajar mengatakan...

Anjingnya pakai rompi anti peluru.

Gary Lucass mengatakan...

Gimana nih bang tanggepan terpilihnya robert pattinson jadi Batman apakah gamble dari pihak WB ato emang tepat (kenapa ga armie hammer ya)

Rasyidharry mengatakan...

Berarti ini Batman yang dark, maybe even darker than Nolan's. Ini asumsi ngelihat peran R-Patz pasca Twilight sih. Tapi jelas dia punya charm, dan aktor yang komitmen tinggi, jadi pasti bisa belajar bela diri. Tinggal satu: Itu dagu cocok nggak dipasang topeng Batman. Affleck jelek bener soalnya pas pakai topeng.

aryo mengatakan...

Bos utama yang malah tampak mudah John habisi dibanding jajaran tukang pukulnya juga meninggalkan kekecewaan.

Right.

agoesinema mengatakan...

Sebelum melangkah ke John Wick 4, Ada baiknya produser film dan penulis cerita JW ini merilis spin off nya dulu ttg Sofia assassins wanita yg membantu JW, atau prekuel ttg hubungan mereka di masa lalu yg msh misteri.

Dengan begitu JW bisa menjadi universe seperti halnya Conjuring yg sukses dgn spin off nya

Dan oya sy setuju klimaks dari film ini adalah di awal film, pertarungan JW dan gengnya Tiger Chen itulah yg terbaik. Selebihnya hanya pengulangan2 dari seri sebelumnya

agoesinema mengatakan...

Oya dengar2 para pecinta film action berharap seri ke 4 JW nantinya memasang Chow Yun Fat sebagai antagonis utamanya secara beliau lah sang master Gun Fu (tembak2an dgn style)

Rasyidharry mengatakan...

Mau prota/anta, he's more than welcome. Bisa jadi antagonis. John butuh lawan yang sebanding

Anon mengatakan...

Gimana ni bang komentarnya soal donnie yen yang jadi new cast member di next project jw 4? Hehehee excited sih saya sejujurnya