LONG SHOT (2019)
Rasyidharry
Mei 06, 2019
Andy Serkis
,
Bob Odenkirk
,
Charlize Theron
,
Comedy
,
Dan Sterling
,
Jonathan Levine
,
Liz Hannah
,
Lumayan
,
O'Shea Jackson Jr.
,
REVIEW
,
Romance
,
Seth Rogen
6 komentar
Serupa banyak komedi-romantis
modern belakangan, Long Shot coba
membangkitkan genre yang tengah sekarat tersebut melalui penyesuaian terhadap
formulanya. Walau masih seputar kisah cinta dua manusia dengan latar berbeda, di
sini peran “sosok terpandang pemilik kekuatan dan kekuasaan” dipegang karakter
wanita, sedangkan sang pria adalah rakyat jelata yang dianggap tidak pantas
mendampingi si wanita. Long Shot tak
ubahnya “reverse Pretty Woman” (terdapat
referensi-referensi untuk film karya Garry Marshall itu).
Fred Flarsky (Seth Rogen) merupakan
jurnalis idealis yang dikenal lewat tulisannya yang berani melontarkan kritik
pedas bagi para konglomerat. Keteguhan Fred memeluk idealisme sejatinya kerap
membawa masalah, seperti saat media tempatnya bekerja diambil alih oleh pebisnis
kotor bernama Parker Wembley (Andy Serkis dalam riasan tebal yang sulit dikenali).
Membenci sepak terjang Parker, Fred pun memutuskan keluar. Fred yang kehilangan arah
mengunjungi sahabatnya, Lance (diperankan O’Shea Jackson Jr. dalam pesona
sekuat sang ayah), yang membawanya ke sebuah pesta. Di sanalah Fred bertemu
Charlotte Field (Charlize Theron), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang
dahulu pernah menjadi pengasuhnya.
Long Shot berlatar di versi fiktif Amerika Serikat yang tak
terlampau jauh dari realita. Presidennya, Chambers (Bob Odenkirk), adalah pria
bodoh yang memperoleh ketenaran sebagai aktor serial televisi. Presiden
Chambers memilih tak berpartisipasi pada pemilu 2020 demi mengejar impiannya di
dunia film, membuka jalan bagi Charlotte mencalonkan diri, untuk menjadi
Presiden wanita pertama Amerika Serikat.
Sebagai modal pencalonannnya,
Charlotte menginisiasi program lingkungan yang ia harapkan mendapat dukungan
dari para pemimpin negara-negara dunia. Tapi ia lebih dulu mesti mencari
penulis agar pidatonya lebih hidup, lucu, dan terdengar dekat di telinga masyarakat
awam. Secara mengejutkan Charlotte memilih Fred, didasari kekaguman atas
tulisannya yang berani sekaligus menggelitik, juga fakta bahwa ia telah lama mengenal
Charlotte. Dari situlah romansa penuh kemustahilan di antara mereka bersemi.
Long Shot adalah cerita soal banyak hal, dari feminisme,
permainan politik, hingga hal rumit namun dekat dengan keseharian, yakni
mengatur idealisme. Fred dan Charlotte menghadapi situasi pengambilan keputusan
yang menguji prinsip masing-masing. Tapi film ini bukan (cuma) berpesan agar
kita memegang teguh prinsip, melainkan ajakan agar tak dibutakan prinsip,
sehingga enggan meninjau perspektif lain, yang bisa menghalangi kita melihat
sisi positif berbagai hal. Kondisi itu menimpa Fred dan banyak individu yang
percaya jika mereka memperjuangkan kebaikan. Fred menuduh Charlotte “melacurkan”
idealisme demi kekuasaan. Tapi Fred menolak menilik dari perspektif Charlotte,
yang sejatinya mengincar hasil jangka panjang dengan dampak lebih signifikan.
Biarpun mengusung isu-isu berat, Long Shot tidak melupakan statusnya
sebagai komedi-romantis. Penyutradaraan Jonathan Levine (50/50, Warm Bodies) cukup subtil, di mana ia mampu memunculkan aura
romantis melalui situasi sederhana tanpa meledakkan dramatisasi secara
berlebihan. Dibuat oleh penulis The
Interview (Dan Sterling) dan The Post
(Liz Hannah), naskahnya pun bak gabungan gaya kedua judul tersebut: konflik
politik dalam balutan komedi khas Seth Rogen yang berisik, seringkali chaotic, dan dipenuhi humor dewasa.
Tidak semua humornya tepat sasaran,
mengingat ide-idenya sendiri tak sepenuhnya baru maupun tajam. Alhasil Long Shot bergantung pada penghantaran para
pemain. Rogen tampil seperti biasa memerankan pria canggung bermulut besar,
yang mana tak banyak menolong. Beruntung filmnya memiliki Charlize Theron, yang
seperti Charlotte Field, dapat melakukan apa saja. Theron membabat habis
seluruh momen komedik berkat totalitas serta kesempurnaan timing, sambil sesekali menghembuskan cukup emosi untuk menjadikan Long Shot tontonan dengan hati.
Selaku kisah seputar gender,
keputusan menukar keklisean peran gender milik formula klasik komedi-romantis
terbukti tepat, sekaligus membuat film ini penting disimak khususnya oleh para
pria. Long Shot adalah
komedi-romantis berisi karakter pria yang tidak ciut nyali menghadapi wanita
yang lebih kuat di segala lini. Alih-alih minder, sang pria justru membantu
sepenuh hati dan berusaha agar tidak menjadi beban. If every man acts and thinks that way, maybe this movie’s last moment
won’t be such a long shot.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:Termasuk lumayan ya...masih agak dendam ama rogen gara2 merusak green hornet dulu...hahaha
Yah, bukan fans Rogen juga sih. Sering annoying dia. Film-filmnya banyak keangkat sama pemeran ceweknya, termasuk ini
Makasih gan infonya saya jadi paham.
Waktu Charlotte masih teler trus harus negosiasi lewat telpon buat bebasin pilot, mirip banget ama Julia Robert.
Termasuk the Neighbors kah bang?
Oh yes, mau di film apa pun, selalu kurang demen sama Rogen. Di situ Efron & Byrne yang lucu banget
Posting Komentar