THE GANGSTER, THE COP, THE DEVIL (2019)
Rasyidharry
Mei 24, 2019
Action
,
Crime
,
Don Lee
,
Kim Mu-yeol
,
Kim Sung-kyu
,
Korean Movie
,
Lee Won-tae
,
Lumayan
,
Ma Dong-seok
,
REVIEW
16 komentar
Premis soal dua sisi berlawanan
yang bersatu untuk mengalahkan musuh bersama selalu jadi favorit saya. Entahlah.
Situasi tersebut terdengar keren. Dan aksi-kriminal karya Lee Won-tae (Man of Will) yang bakal dibuat ulang
oleh Sylvester Stallone ini berhasil memuaskan kegemaran saya akan konsep di
atas.
Sebagaimana dinyatakan judulnya,
ada tiga pihak besar di sini: gangster, polisi, dan pembunuh berantai alias “The Devil”. Jang Dong-soo (Ma Dong-seok)
adalah gangster ternama yang menjalankan bisnis mesin arkade ilegal. Sosoknya
kalem, beradab, namun tak segan bertindak brutal kepada lawan. Pada perkenalan
kita terhadapnya, Jang sedang memukuli samsak yang di dalamya bukan berisi
pasir, melainkan seorang pria.
Demi memuluskan bisnis, tentu Jang
perlu menyuap aparat. Biar demikian, tidak seperti atasannya, polisi kita, Jung
Tae-suk (Kim Mu-yeol), menolak bermain kotor. Tapi ini adalah film Korea
Selatan, sehingga karakter paling bersih pun bukan orang suci. Jung merupakan
polisi temperamental yang gemar menentang atasan dan memukuli gangster tatkala
dibuat kesal oleh kemacetan lalu lintas.
Jung ingin menangkap Jang, namun di
samping intervensi atasannya, ia pun sibuk menangani beberapa kasus pembunuhan.
Berkaca pada kemiripan modus operandi tiap peristiwa (pemakaian pisau,
melibatkan tabrakan mobil, dan lain-lain), Jung percaya bahwa semuanya
dilakukan satu orang, alias pembunuhan berantai. Sayang, tidak satu pun orang
mempercayai intuisinya. Sampai di suatu malam, di bawah guyuran hujan, sang
iblis (Kang Kyung-ho) menyerang target berikutnnya: Jang Dong-soo.
Jang selamat, namun berita soal bos
gangster yang terluka parah akibat tusukan orang asing jelas melukai
reputasinya di dunia hitam. Jang pun berhasrat menghabisi sang pembunuh. Dia
memiliki banyak sumber daya, tapi tidak dengan petunjuk-petunjuk berharga
seperti DNA atau sidik jari. Sebaliknya, kepolisian mempunyai petunjuk
tersebut, tapi kekurangan sumber daya. Itulah pemicu bergabungnya dua kubu.
The Gangster, The Cop, The Devil awalnya bergerak cukup lambat, dan
beberapa titik sejatinya bisa dipersingkat guna menguatkan dinamika tanpa harus
menghilangkan substansi, tapi kecerdikan naskah yang juga dibuat oleh sang
sutradara mampu meniadakan rasa bosan dengan mengeksplorasi bagaimana ketiga
sisi memainkan permainan penuh tipu daya.
Jang memanfaatkan aliansi dengan
polisi untuk keuntungan bisnis, sementara si pembunuh pun enggan berdiam diri,
memainkan trik guna menghancurkan kedua pengejarnya. Intrik semacam itu memicu
konflik-konflik yang tak pernah terasa dipaksakan, karena...well, film ini melibatkan psikopat,
gangster licik, dan polisi yang pelan-pelan bersedia mengesampingkan idealisme,
sehingga permainan pikiran penuh tipu daya kotor tentu tak terhindarkan.
Beberapa konflik menggiring
investigasi ke arah baru, beberapa lainnya memicu baku hantam. Pastinya baku
hantam khas Korea yang mengedepankan
nuansa “mentah” pertarungan jalanan ketimbang koreografi cantik. Itu asalan
saya menyukai aksi buatan sineas Negeri Ginseng. Karakternya cenderung
melemparkan pukulan dahulu baru berpikir kemudian (atau tidak sama sekali),
menciptakan sense of urgency layaknya
perkelahian di dunia nyata. Gaya tersebut memfasilitasi pesona Ma Dong-seok
a.k.a. Don Lee dengan postur intimidatif, bogem mentah yang bisa meremukkan
tulang sekali pukul, dan seringai yang akan membuat lawannya diselimuti ketakutan.
The Gangster, The Cop, The Devil mulai menambah kecepatan begitu
durasi mendekati satu jam, tatkala investigasi menemukan titik terang, sementara
kerja sama kepolisian dengan gangster mulai terjadi secara langsung. Menarik
melihat bagaimana mereka mengawali penyelidikan sebagai dua sisi koin yang
saling benci, sebelum perlahan terjalin kedekatan, saling berbagi minuman,
bahkan menertawakan lelucon masing-masing sambil duduk bersama di satu meja.
Tapi titik balik sesungguhnya
terjadi selepas satu momen (saya menyebutnya “adegan payung”) yang melambungkan
intensitasnya secara gila-gilaan sekaligus menghantarkan substansi premisnya. Dibarengi
sentuhan dramatik Don Lee yang kembali mampu menghembuskan hati meski memerakan
penjahat brutal, kita melihat sekat pemisah antara gangster dan si pembunuh.
Walau melakukan tindak kriminal, Jang masih memiliki hati. The Gangster, The Cop, The Devil bukan kisah mengenai usaha
mengalahkan lawan yang lebih kuat, melainkan dua kelompok dengan keburukan
masing-masing, yang bergabung untuk melawan pihak lain yang jauh lebih busuk.
Konklusinnya, yang terjadi pasca sebuah
kejar-kejaran mobil menegangkan, membawa filmnya menginjak ranah drama ruang
persidangan. Di situ The Gangster, The
Cop, The Devil agak memaksakan diri menyatukan begitu banyak kelokan dan
kejutan, namun setidaknya, kejutan-kejutan itu memberi kepuasan saat tiap tokoh
menemui akhir yang pantas mereka dapatkan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
16 komentar :
Comment Page:Dari judulnya..saya malah mikir yg kerja sama itu polisi dan pembunuh vs gangster.teryata salah...hahahah
Lah? Ini udah rilis di sini? Bukannya baru tayang di Cannes, kalo ini udah tayang Parasite bakal tayang di indonesia ga mas rasyid?
Kalau itu mah udah biasa, jadi good vs evil π
Jangankan itu, belum tayang aja hak remake udah dibeli Stallone. Parasite udah konfirmasi tayang di non-XXI
@RasyidHarry the power of Don Lee & Korean Brutal & Violence Cinema
Oyes, dan bener keputusan Stallone bikin remake tapi yang main tetep Don Lee
Setuju sama bang rasyid. Film ini idenya brilian menggabungkan dua entitas berbeda, polisi dan gangster. Di tgh film saya sempat berpikir bahwa dua entitas ini menyatu dan tidak ada lagi buffer di antara mereka berdua. Tapi sayang ya koreo berkelahinya standar aja dan jalan cerita untuk menangkap the devil juga biasa saja.
Koreonya sih memang Korea selalu gitu. Bukan keindahan yang diutamakan, tapi "rage". Coba aja perhatiin, karakter film sono pasti kalau berantem udah kayak mau makan orang dan sampai titik penghabisan π
Akhirnya Korea bawa pulang Palme D'Or, wkwk. Cepet" filmnya tayang di Indonesia
Dan (semoga, eh, harus) segera dapet nominasi Oscar pertama
Hanya tayang di xxi ya mas?
Kebalik, malah gak tayang XXI. Karena film Korea (biasanya) diimport CBI Pictures, cuma tayang CGV, Cinemaxx, Flix
Maaf bang...ini peetanyaan telaaaat...saya masih bingung di pembicaraan antar Jang dan si iblis di shower itu apa maknanya?si iblis jadi rekan Jang atau mau permainan 3 nyawa apa maksudnya?
Btw seringai Don Lee pas turun dari mobil di penjara memang keren....hahahha
Wah tolong ingetin lagi situasinya. Ingatan saya ini parah π
Saya juga bingung akhir ceritanya saat saat adegan di shower itu.
Jadi ngeganjel bgt pgn paham :'(
Tanggung bang kenapa gak 4 bintangπ
Posting Komentar