DOREMI & YOU (2019)
Rasyidharry
Juni 21, 2019
Adyla Rafa Naura Ayu
,
Andi Rianto
,
BW Purba Negara
,
Devano Danendra
,
Ence Bagus
,
Fatih Unru
,
Indonesian Film
,
Jujur Prananto
,
Lumayan
,
Mila Rosinta
,
Musical
,
Nashwa Zahira
,
REVIEW
,
Teuku Rifnu Wikana
,
Toran Waibro
2 komentar
Siapa sangka sineas di balik arthouse tentang perjalanan wanita lanjut usia mencari makam sang suami berjudul Ziarah (2016), berujung menghasilkan salah satu film anak Indonesia
terbaik selama beberapa tahun terakhir, yang pula pantas disebut sebagai salah
satu musikal lokal modern paling meghibur. Doremi
& You ibarat ajang pembuktian versatilitas seorang BW Purbanegara.
Bagi saya, musikal yang baik adalah
pertemuan kreativitas dengan keindahan tak tergambarkan, yang mampu
menggerakkan rasa meski tanpa peristiwa penuh drama. Doremi & You menampilkan itu sedari momen pembuka tatkala para
tokoh utama bersatu dalam nomor musikal berlatar lingkungan sekolah.
Di situ, BW Purbanegara bukan sebatas
mengumpulkan sebanyak mungkin siswa untuk menari di lapangan sekolah, melainkan
menempatkan mereka di berbagai titik peristiwa, yang masing-masing menyimpan
elemen unik. Dipandu koreografi sarat kreativitas garapan Mila Rosinta (Another Trip to the Moon), kita
berkesempatan menyaksikan siswa-siswi menari dalam sapuan cat tubuh warna-warni
atau menggunakan peralatan pramuka sebagai properti. Sungguh momen pembuka yang
efektif merebut atensi.
Naskah hasil tulisan BW bersama
Jujur Prananto (Ada Apa Dengan Cinta?,
Pendekar Tongkat Emas, Petualangan Menangkap Petir) sejatinya tidak
melakukan banyak modifikasi formula, yang mana bukan kewajiban dalam tontonan
ringan bagi anak semacam ini. Kisahnya mengangkat tentang persahabatan empat
murid SMP: Putri (Adyla Rafa Naura Ayu), Anisa (Nashwa Zahira), Markus (Toran
Waibro) dari ekstrakulikuler paduan suara, dan Inung (Fatih Unru) dari
ekstrakulikuler teater.
Suatu sore, akibat kecerobohan di
tengah perjalanan sepulang sekolah, mereka menghilangkan uang iuran jaket tim
paduan suara sebesar tiga juta rupiah. Demi menggantinya, mereka memutuskan
mengikuti Doremi & You, sebuah lomba tarik suara yang menjanjikan uang
sebesar 10 juta rupiah bagi sang pemenang. Anda mungkin merasa kejadian
tersebut bukan akhir dunia, tapi ingat, keempatnya adalah bocah SMP. Bayangkan
anda berada di usia mereka (ditambah bukan berasal dari keluarga kaya), masalah
serupa pasti bakal memberi tekanan luar biasa.
Tapi karena semakin dekatnya UAS,
si guru paduan suara (Ence Bagus) melarang adanya kegiatan ekstrakulikuler dan menolak
permintaan menjadi pelatih. Alhasi, Putri meminta pertolongan Reno (Devano
Danendra), siswa SMA yang berposisi sebagai asisten pelatih paduan suara.
Sebuah ide yang terbentur ketidaksukaan teman-teman Putri terhadap Reno, yang
menganggapnya dingin, galak, menyebalkan, dan pretensius. Reno sendiri awalnya
menolak tawaran itu.
Masalah belum berhenti. Karena
kegagalan di UAS berpotensi membuat beasiswanya dicabut, Anisa dilarang turut
serta oleh sang paman (Teuku Rifnu Wikana) yang keras, sementara Markus
mendapati bisnis jasa badut ayahnya mulai sekarat. Naskahnya cukup rapi guna
memposisikan konflik-konflik itu selaku pondasi penokohan ketimbang distraksi.
Kehadirannya justru memperkaya cerita alih-alih menghilangkan fokus.
Adegan pembuka beriringkan lagu Hari ini Indah tetap jadi favorit saya,
namun bukan berarti momen lainnya lemah. Harmoni
melahirkan musikal berskala lebih kecil tapi dengan romantisme besar,
sedangkan usaha melagukan beberapa dialog, walau tak selalu sukses (sesekali
berujung cringey), mayoritas sukses
menambah dinamika menyenangkan dalam interaksi karakternya, termasuk menghadirkan
tawa.
Klimaks berlatar kompetisi Doremi
& You (didahului twist yang
sebenarnya kurang substansial) menampilkan kepiawaian Andi Rianto (30 Hari Mencari Cinta, Arisan!, Kartini)
memadukan ragam musik nusantara. Keragaman memang salah satu pesan utama
filmnya, yang menekankan “unity in
diversity”. Keempat protagonis memiliki latar kultural berbeda, pun perspektif
Doremi & You tentang musik
mengandung pesan serupa, yang diwakili sempilan obrolan antara Reno dan Putri
mengenai perbedaan cara memakan bubur ayam.
Penonton anak bisa memetik pesan
berharga dari hal-hal tersebut, di samping selipan pernak-pernik lain, misalnya
pelajaran perihal mencari informasi via membaca buku yang kini mudah
dilakukan berkat fasilitas daring. Anak-anak pun berkesempatan menikmati
jajaran idola seusia unjuk gigi memamerkan talenta. Toran menggelitik, Nashwa tampil
baik melakoni mome dramatik, Fatih penuh warna seperti biasa, dan Naura “membabat
habis” seluruh nomor musikal berbekal aura bintang tak terbantahkan. Sebagai
penampil yang (sedikit) lebih dewasa, Devano membuktikan bahwa ia jauh lebih hidup
ketimbang saat dipaksa memerankan remaja (sok) keren di Melodylan.
Kelemahan muncul sewaktu BW menempatkan terlalu banyak shot tak perlu, yang bakal lebih berguna dalam suguhan “arus
samping” sebagai media membangun atmosfer dan kesadaran penonton akan latar sebuah
peristiwa, tapi justru melemahkan kelincahan gerak tontonan ringan macam Doremi & You. Tapi itu bisa
dipahami. Film ini merupakan transisi bagi sang sutradara, dan sungguh transisi
yang memuaskan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 komentar :
Comment Page:Adegan di film indonesia kalo ikut "lomba"...yg ga bagus biasanya penonton nya.muka flat pas tepuk tangan....
Fatih Unru tuh anaknya Yaya Unru ya bang? Abis Stand up comedy keknya dia balik ke habitat ya. Calon aktor masa depan, walau kayaknya secara tampilan kurang disukai industri film
Posting Komentar