YESTERDAY (2019)

12 komentar
Terkadang saya duduk sendirian di tengah malam dengan earphone terpasang sambil mendengarkan Live Forever atau Cigarettes and Alcohol, berkhayal, “Bagaimana kalau saya adalah Liam Gallagher?”. Itulah kenapa, meski mengusung konsep fantasi, karya teranyar Danny Boyle (Trainspotting, Slumdog Millionaire, 127 Hourse) ini terasa dekat. It’s relatable, at least for my imagination, cause I long for yesterday. 

Apa jadinya bila The Beatles hilang dari eksistensi? Mungkin sebagian besar menganggapnya mengerikan, namun bagi Jack Malik (Himesth Patel), itu justru anugerah. Jack menghabiskan 10 tahun menulis serta menyanyikan lagunya sendiri dari panggung ke panggung, bar ke bar, sayangnya kesuksesan tak kunjung datang.

Dia siap menyerah andai bukan karena dukungan Ellie (Lily James), sahabat lama, manajer, sekaligus cintanya. Tapi Jack enggan mengutarakan isi hatinya, tanpa tahu bahwa Ellie menyimpan perasaan serupa. Sampai suatu malam, kegelapan total menimpa seluruh dunia selama 12 detik. Lalu dalam sebuah adegan bernuansa agak mistis yang dibangun berdasarkan lagu A Day in the Life (juga merupakan lagu The Beatles paling mistis), Jack tertabrak bus.

Dia terbangun, kehilangan dua gigi, namun mendapatkan hal yang jauh lebih besar. Jack menjadi satu-satunya orang yang mengetahui The Beatles. Bersama beberapa hal lain, kuartet legendaris itu hilang dari sejarah. Jack pun mendapat ide untuk mengaku sebagai pencipta lagu-lagu mereka. Alhasil, tidak butuh lama hingga ia ditasbihkan selaku musisi jenius.

Tersimpan setumpuk opsi eksplorasi dalam konsep “what if” yang diusung, dan sejatinya naskah buatan Richard Curtis (Four Weddings and a Funeral, Notting Hill, Love Actually) bekerja dengan baik mempresentasikan situasi menghibur kala Jack menipu orang-orang, dari keluarganya sampai para figur industri musik termasuk Ed Sheeran dan sang manajer, Debra Hammer (diperankan Kate McKinnon yang piawai mencampurkan sisi kejam dan menggelitik).

Biarpun menyenangkan disimak, sukar menampik pemikiran jika Yesterday termasuk gagal memenuhi potensinya. Mendengar premisnya saja, imajinasi saya bergerak liar memikirkan bagaimana film ini memaparkan proses kreatif Jack. Tapi selain sekuen sambil lalu ketika ia mengunjungi lokasi-lokasi di Liverpool yang berperan akan terciptanya lagu The Beatles, tidak banyak yang Yesterday tawarkan.

Pun Curtis bagai enggan memberi kesempatan lebih pada Jack guna menikmati kondisi misterius itu. Dia terus menghadapi penderitaan, kesulitan, bahkan saat akhirnya sukses mendobrak dunia industri, ia langsung tersandung masalah terkait kebebasan berkarya yang dilucuti. Ketimbang artis yang bebas berekspresi, Jack adalah produk perusahaan. Terkait persoalan ini, Yesterday hadir terlampau mendekati realita.

Beruntung, sewaktu naskahnya sedikit mengecewakan, penyutradaraan Danny Boyle bersinar, membuktikan kecintaan sekaligus pemahaman tingginya perihal jiwa dalam karya-karya “The Fab Four”. Lagu pertama The Beatles yang Jack lantunkan adalah Yesterday, dan momen itu terjadi di tengah atmosfer magis, di mana semesta bagai tengah menyambut turunnya messiah dunia musik.

Demikian pula tatkala Ob-La-Di, Ob-La-Da diperdengarkan, yang sempurna memotret kebahagiaan murni nan sederhana lagu gubahan Lennon-McCartney tersebut. Penyutradaraan Boyle (ditambah beberapa referensi plus kejutan) menjadikan Yesterday sebuah penghormatan layak, walau sebenarnya film ini tidak banyak memberi penonton kesempatan berkaraoke, karena mayoritas lagu cuma diputar sejenak.

Berkat performa kedua penampil utama, Yesterday turut menyuguhkan komedi-romantis manis khas British (baca: Richard Curtis). Himesh Patel menghidupkan protagonis likeable dan relatable yang terjebak dalam gesekan dilematis antara ambisi personal dan moral, antara cita-cita dan cinta. Sementara Lily James seperti biasa mudah merebut hati melalui pesona naturalnya. She’s so lovable, she’ll makes you believe that all you need is love.

12 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

And the legend comes alive. Lu paham lah bang maksud gue apa wkwkwkwkw. Itu scene paling memorable dalam film ini.

Ilham Qodri mengatakan...

film yg lahir dari teori konspirasi mandela effect

next, semoga ada film what if flat earth is true haha

Rasyidharry mengatakan...

Merinding bener di situ. Ngebayangin kalau beneran terjadi

Rasyidharry mengatakan...

Hahaha menarik ini. Biarpun ragu ada sineas yang cukup nakal ambil risiko "nyuapin" kepercayaan flat earther

Zulfikar Knight mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Zulfikar Knight mengatakan...

Apa yang menjadikan "A Day in a Life" menjadi lagu paling mistis the Beatles, kalau boleh tahu Mas? Menurutku malah Revolution 9 lebih serem dan eerie. Aku belum dengerin semua Beatles sih.

FZRD mengatakan...

Mistis di sini bukan berarti musiknya serem macam lingsir wengi bambank wkwkwk

FZRD mengatakan...

Ha iya gue pernah denger juga tuh konspirasinya mandela effect katanya konspirasi CERN (lembaga nuklir di eropa) yg eksperimen coba memanipulasi realita

Kalo flat earth kayanya seru bgt tuh, gue juga pernah baca kalo flat earther sebenrnya ga menganggap bumi macam piring terbang, mereka menganggap bumi masih misterius, peta dunia yg kita punya itu cuma sebagian kecil bumi yg dikelilingi dinding es kutub selatan, di balik kutub selatan itu masih ada wilayah misterius yg mereka sendiri ga tau apa, katanya dihuni makhluk2 aneh, seru tapi kalo dibikin film nanti rawan disalahgunakan oleh para flat earther untuk menjaring lebih banyak pengikut wkwkwk

Rasyidharry mengatakan...

Gimana ya, sesuatu yang susah dijelasin. Pertama kali denger, langsung merinding dan matiin lagunya. Instrumennya, suara Lennon, liriknya yang to the point tapi misterius. Bukan eerie yang gamblang macam Revolution 9, bukan kengerian yang kasat mata. Ah bingung haha. That's what art does to us

Kvinstiono mengatakan...

Baru saja nonton ini semalam dan sata sgt stuju dgn bang rasyid, dgn premis sebagus ini harusnya mampu dieksekusi dgn lbh liar lagi.

Ketiadaan unsur2 psychedelic juga cukup membuat kecewa, belum lagi lagu favorit saya
,across the universe tdk dimunculkan

Super duper terharu saat jack bertemu dgn john. It was epic and memorable.

Btw bng gw msh bngung, yg menghilang dari dunia ini randomly, atau ada pola,kok banyak unsur2 britpop yg menghilang, beatles, oasis, sampai harry potter. Apakah pink floyd juga menghilang dalam universe yesterday ? Hehehhe

Rasyidharry mengatakan...

Personally pengen sih era psychedelic nongol, tapi paham juga kalau nggak bersahabat di telinga penonton umum (this is a commercial movie afterall)

Semua yang ilang itu karena inspired by Beatles. Oasis jelas lah ya. Harpot kacamata. Coke karena Come Together (kurang make sense sih karena itu lagu ada lirik Coca Cola, buka inspirasi pembuatannya). Belum paham kalau alasan rokok ikut ilang.

aryo mengatakan...

Is it just me, atau memang scene di james corden ada yg didelete ya?