THE CLOSET (2020)
Rasyidharry
Maret 05, 2020
Cukup
,
Ha Jung-woo
,
Heo Yool
,
horror
,
Kim Kwang-bin
,
Kim Nam-gil
,
Korean Movie
,
Park Sung-woong
,
REVIEW
Tidak ada komentar
Apa kaitan keluarga disfungsional
dengan lemari? Ada anak yang menjadikan lemari sebagai tempat sembunyi saat
semua tekanan terlampau berat, ada pula mereka yang dikurung di lemari sebagai
bentuk hukuman dari orang tua. Lemari jamak jadi sarana menakut-nakuti dalam horor,
tapi jarang yang memberinya substansi seperti The Closet, sebuah kisah saat penderitaan bocah-bocah memanggil sesosok
arwah.
Sang-won (Ha Jung-woo), seorang
arsitek, dan puterinya, Yi-na (Heo Yool), baru pindah ke rumah baru yang
berdekatan dengan alam. Kepindahan tersebut bertujuan untuk memperbaiki hubungan
mereka yang canggung, pasca kecelakaan maut yang menelan nyawa istri Sang-won. Akibat
kecelakaan itu pula Sang-won kerap terkena serangan kepanikan. Masalahnya, Yi-na
selalu diam. Boneka-boneka impor mahal yang menurut Sang-won diinginkan
puterinya, sama sekali tak disentuh.
Di situlah masalahnya. Komunikasi
nyata tidak pernah terjadi, dan Sang-won tak pernah menanyakan, apa yang
sebenarnya Yi-na mau. “Orang tua menentukan hal terbaik bagi anak tanpa mencari
tahu apa keinginan si anak”. Kim Kwang-bin selaku sutradara sekaligus penulis
naskah menyelipkan konflik—yang entah sudah diangkat berapa ratus ribu kali oleh
film dari beraneka genre—ke dalam pola horor formulaik yang punya elemen-elemen
alur familiar: Yi-na mulai berubah setelah bertemu “teman” yang berasal dari
lemari kamarnya, hingga kemudian ia menghilang. Bahkan third act-nya kembali menghadirkan perjalanan memasuki alam lain.
The Closet memang punya kisah klise. Pembedanya terletak di
subteks perihal pola asuh dan penelantaran anak, yang selepas terkuaknya
jawaban misteri, terasa semakin kelam nan menyakitkan. Terlebih, pengadeganan Kwang-bin
(yang menyertakan senyum menyeramkan Park Sung-woong) mampu menguatkan nuansa disturbing pada momen tersebut.
Seringkali, horor di kehidupan sehari-hari memang tidak kalah mengerikan dibanding
teror makhluk halus. Ada pula sentilan mengenai media framing, yang sayangnya sekadar numpang lewat.
Sebagaimana menu kegemaran
Guillermo del Toro, The Closet menampilkan
tragedi, ditambah hantu-hantu sedih yang sejatinya (juga) merupakan korban. Hantu-hantu
yang dihidupkan oleh tata rias yang tampak cukup realistis. Desainnya mungkin
tak seberapa kreatif (bola mata putih, luka-luka di sekitar mata), tapi
setidaknya menyimpan arti, bukan cuma “agar wajah mereka kelihatan rusak”, mengingat
hantu di sini dipanggil “The Blinded”.
Tapi elemen tragedi itu memberi
dampak negatif di klimaks, tatkala Kwang-bin lebih fokus menampilkan
melodrama daripada membangun ketegangan. Padahal, sepanjang durasi, sang
sutradara telah menunjukkan kapasitas mengemas teror melalui beberapa jump scare yang berhasil mengejutkan
berkat ketepatan timing, meski
terkadang volume musiknya berlebihan.
Di luar genre horor yang selalu
diminati, daya tarik terbesar The Closet jelas
keterlibatan Ha Jung-woo. Bersama Kim Nam-gil yang memerankan Kyung-hoon si
pengusir setan, dia melahirkan dynamic
duo, yang bermodalkan kepribadian berlawanan keduanya (Sang-won serius,
sementara Kyung-hoon gemar bercanda dan sering bersikap semaunya), kerap
memproduksi interaksi menarik, bahkan tak jarang menggelitik, termasuk sebuah
humor meta tentang film terbesar Ha
Jung-woo.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar