REVIEW - THE GUILTY

9 komentar

Sekitar dua tahun lalu ada berita tentang wanita korban kekerasan rumah tangga, yang menelepon 911 dengan berpura-pura memesan pizza. Sang petugas cepat tanggap, lalu mengikuti "akting" si pelapor, yang akhirnya berhasil diselamatkan. Artinya, penerima panggilan darurat dituntut bisa berpikir cepat, taktis, pula stabil secara mental. Bayangkan jika di situasi tersebut, ia mendadak kebingungan dan cemas. 

The Guilty, selaku remake film Denmark berjudul sama rilisan tahun 2018, punya skenario demikian. Protagonisnya, Joe Baylor (Jake Gyllenhaal), adalah anggota LAPD yang sedang mendapat jatah jaga malam di pusat panggilan darurat. Dia tampak kalem, cenderung kurang peduli atas laporan-laporan yang masuk. Melalui beberapa telepon yang ia terima, termasuk dari Sersan Bill Miller (disuarakan oleh Ethan Hawke), kita tahu bahwa Joe tengah terlibat kasus (detailnya baru diungkap di babak akhir), di mana persidangan bakal digelar esok hari. 

Penantian tersebut membuat Joe dihantui kecemasan. Inhaler tak pernah lepas dari tangannya, pun ia kesulitan mengontrol emosi, terutama saat datang panggilan dari Emily (Riley Keough), yang mengaku diculik oleh mantan suaminya. Joe berjuang keras mencari keberadaan Emily, namun prosesnya tidak mudah. Selain persoalan teknis, ketidakstabilan psikisnya pun berpengaruh. 

The Guilty berpotensi mengeksplorasi isu soal kinerja aparat yang kurang bertanggung jawab kala bertugas. Tidak hanya terkait panggilan tersebut, juga kasus yang Joe tunggu persidangannya. Kita melihat Joe mengambil beberapa keputusan yang menimbulkan konsekusensi negatif, pun ada situasi luar biasa kelam nan mencengangkan di alurnya (yang cuma bisa kita dengar lewat telepon).  

Tapi, dengan cara yang "sangat Hollywood", naskah buatan Nic Pizzolatto melucuti kegelapan-kegelapan di atas (ironis, karena dibuat oleh penulis True Detective yang menyoroti sisi tergelap manusia), guna menyulapnya jadi kisah "meaningful" berkonklusi penuh harapan, mengenai "broken people helping broken people" dan penebusan dosa. Saya tidak membenci happy ending. Bahkan lebih menyukainya ketimbang akhir menyesakkan. Tapi dalam kasus ini, pilihan tersebut justru menghapus bobot narasinya.

Sebagai thriller, keberadaan Antoine Fuqua (Training Day, Olympus Has Fallen, The Equalizer) merupakan jaminan. Walau mayoritas berlatar di belakang kursi, di mana penonton hanya mendengar deskripsi peristiwa daripada melihatnya langsung, Fuqua tetap mampu menyuguhkan thriller eksplosif meski tanpa ledakan, berkat tempo cepat, teriakan-teriakan, dan twist memuaskan. Bukan (cuma) soal mengejutkan, tapi twist-nya turut menjelaskan beberapa detail yang sempat muncul. Ada "remah-remah roti" disebar di sepanjang durasi.

Ketika menulis "teriakan-teriakan", tentu saya merujuk pada akting Jake Gyllenhaal, yang melepaskan segenap tenaga di tiap kesempatan. Tidak salah. Lagipula, seperti keseluruhan filmnya, metode itu selaras dengan tujuan filmnya, yakni mengubah thriller psikologis Eropa, jadi tontonan ala Hollywood yang lebih bersahabat bagi penonton luas. Ada satu adegan, ketika Joe meminta Emily untuk tenang sambil menarik napas panjang. Secara bersamaan, Joe ikut menarik napas. Entah sadar atau tidak, Joe juga sedang menolong dirinya sendiri. Akting Gyllenhaal lebih subtil di bagian tersebut, dan bagi saya, justru itulah momen terbaiknya.

The Guilty memang solid, baik di departemen penyutradaraan maupun akting, terkait kontribusinya membangun intensitas. Tapi berkaca pada film aslinya, pula potensi penceritaan yang dapat dicapai, film ini ibarat seorang murid yang bisa memperoleh nilai A andai belajar giat, namun memilih jalan lebih mudah, bersantai, dan akhirnya mendapat nilai B. Mencukupi, tapi bisa jauh lebih baik.


(Netflix)

9 komentar :

Comment Page:
Chan hadinata mengatakan...

Nonton yg versi aslinya.. cukup bikin shock sih dgn twistnya.. (wlopun sdh bisa nebak)
Kalo versi ini punya efek yg sama gak??

riozacky mengatakan...

Yg aslinya bisa ditonton dimana ya? Yg legal
Lagi tertarik sama Denmark, habis namatin Chestnut Man

Chan hadinata mengatakan...

Amazon prime

Anonim mengatakan...

Penampilannya Ethan Hawke cuman suara donag ya?

Rasyidharry mengatakan...

Mirip, sampe sekitar 10 menit terakhir yang dibikin jadi "Hollywood banget"

Rasyidharry mengatakan...

Suara doang. Dan masuknya tetep extended cameo sih

Acha mengatakan...

Plot twist nya apa sih mas? Saya nonton yg versi hollywood nya, ending nya seperti itu aja, biasa

Rasyidharry mengatakan...

SPOILER:



1) Oliver udah mati
2) Pelakunya ternyata Emily yang sakit jiwa

Versi US nambah 1 twist lagi, yang malah bikin impact-nya ilang: Oliver masih hidu

Nukidos mengatakan...

Hollywood banget tuh kayak gimana mas?