REVIEW - SPIDER-MAN: NO WAY HOME

25 komentar

Selepas Avengers: Endgame, saya berujar, "I've never seen anything like this". Wajar saja, mengingat statusnya sebagai kulminasi perjalanan satu dekade lebih. Tapi bahkan setelah itu, Spider-Man: No Way Home mampu memancing respon serupa. Sekali lagi Marvel Studios mendobrak batas kemustahilan. 

Di berbagai lokasi (termasuk studio tempat saya berada), para penonton bersorak, tertawa, menangis, bertepuk tangan. Pemandangan yang makin asing akibat pandemi. No Way Home melakukannya sebagai fan service bagi penonton multigenerasi. No Way Home ibarat rumah, bukan saja untuk penggemar Spider-Man, pula mereka yang merindukan theatrical experience.  

Ditulis oleh Chris McKenna dan Erik Sommers, kisahnya meneruskan akhir Far from Home (2019), kala identitas Peter Parker (Tom Holland) selaku Spider-Man terungkap, seketika menjadikannya musuh publik. Satu-satunya jalan keluar yang ia temukan adalah, meminta Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) merapal mantra penghapus ingatan orang-orang akan identitasnya. 

Kita tahu akhirnya mantra tersebut kacau akibat interupsi Peter. Kita tahu, karena itu gerbang multiverse terbuka. Kita tahu banyak musuh lama dari versi Raimi dan Webb kembali. Semua telah diungkap di materi promosi, dan lebih baik jika anda tetap tidak "buta" akan hal-hal lain. 

No Way Home merupakan fan service, di mana kata "service" tak berhenti di ranah trivial. Semakin anda mengenal Spider-Man, baik versi komik maupun layar lebar, semakin anda bakal menyadari, bahwa film ini sukses menangkap esensi tokohnya. 

Menyenangkan melihat Otto Octavius / Doctor Octopus (Alfred Molina) dan Norman Osborn / Green Goblin (Willem Dafoe) terlibat banter, Flint Marko / Sandman (Thomas Haden Church) masih mementingkan keluarga, atau bagaimana Max Dillon / Electro (Jamie Foxx) dan Curt Connors / Lizard (Rhys Ifans) memperkenalkan identitas satu sama lain. Tapi tak kalah menyenangkan saat mendapati No Way Home memahami betul siapa Spider-Man. 

Serupa julukan "friendly neighborhood" miliknya, juga kalimat "with great power comes great responsibility", si manusia laba-laba bukan cuma menumpas kejahatan, namun menebar kebaikan. Terdengar serupa, tetapi tak sama. Poin tersebut turut ditekankan filmnya, terutama terkait cara Peter menyikapi kedatangan tamu-tamu tak diundang dari dunia lain. 

Bertugas memperluas cakupan MCU tak membuat film ini lalai mengurus semestanya sendiri. Di antara gejolak multidimensi, No Way Home tetap kisah remaja. Tetap berpusat di Peter dan orang-orang terdekatnya. Apa masalah utama Peter selain menghadapi setumpuk villain? Dia, bersama MJ (Zendaya) dan Ned (Jacob Batalon), dipersulit ketika mendaftar kuliah, selaku dampak terungkapnya identitas Spider-Man. Sementara May (Marissa Tomei) mengesahkan posisi sebagai pemberi motivasi personal Peter dalam aksi heroiknya. 

Spider-Man memang sejatinya cerita coming-of-age. Peter mengalami pendewasaan pasca melewati fase-fase seperti kita, termasuk percintaan. No Way Home mematenkan Peter-MJ sebagai salah satu pasangan terkuat MCU. Lalu di akhir cerita, tampak jelas Peter jauh lebih dewasa dibanding saat muncul pertama kali dalam Captain America: Civil War lima tahun lalu. Jadilah trilogi Homecoming sebuah kisah yang utuh. 

Kebaikan hati dan kepintaran. Begitu filmnya mendefinisikan Peter Parker. Dua aspek tersebut membentuk paruh keduanya, yang mengetengahkan sisi ilmiah Peter ketimbang kemampuan baku hantam (walau di sebuah kesempatan, sisi ini pun dimanfaatkan secara cerdik guna menerapkan kejeniusan Peter di bidang sains ke dalam aksi). Pacing-nya tersendat, namun bisa dimaafkan karena kesesuaiannya menggambarkan esensi penokohan seorang Peter Parker. 

Melewati babak kedua, No Way Home enggan melepas cengkeramannya. Keseruan, kejutan, fan service, campur aduk. Lupakan kekurangan perihal penyuntingan yang ada kalanya tampak tergesa-gesa, sebab di titik itu No Way Home memenuhi hakikatnya sebagai blockbuster: membuat penonton berdecak kagum. 

Aksinya kelas satu. Bukan cuma mengandalkan fan service, Jon Watts terbukti makin matang mengarahkan kemeriahan spektakel, termasuk dengan tidak menjadikan Doctor Strange glorified cameo belaka, juga dipakai menciptakan aksi unik selaku ciri "sang penyihir". Beginilah semestinya crossover. Tidak asal menumpuk karakter, pula menerapkan kekhasan masing-masing. 

Tentu third act-nya tak tertandingi. Di situ segala macam rasa memuncak. Entah dari aksi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dapat tersaji, atau hadirnya konklusi emosional, tidak hanya untuk trilogi Homecoming, pun semua cabang cerita yang membentang selama hampir dua dekade. Ya. Semua. Baik persoalan yang urung dituntaskan, penebusan dosa, proses mengatasi duka serta rasa bersalah, dan lain-lain. 

Sempurna? Mungkin belum. Seperti saya singgung di atas, ada beberapa celah seputar pacing dan penyuntingan. Tapi sepanjang 2021, atau bahkan dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada blockbuster dengan pencapaian setara Spider-Man: No Way Home, yang benar-benar menunjukkan alasan mengapa theatrical experience mustahil tergantikan. Suatu pengalaman komunal, di mana puluhan, bahkan ratusan orang, berbagi rasa tanpa perlu saling mengenal atau berinteraksi langsung, disatukan oleh layar raksasa yang menampilkan keajaiban bernama "sinema". 

25 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Willem Dafoe disini terbaik aktingnya mnrt saya...walo saya lbh suka Alfred Molina yg hangat pas makan bertiga ama Peter di Spider Man 2 masih kebayang2...����

Udin mengatakan...

Gue nangis pas scene peternya tobey ketemu doc ock dan musik responsiblity theme diputar. Langsung dah kenangan spider-man 2 pas gw msh smp terngiang 😭

Anonim mengatakan...

Iya bgtt woii, pas sd sering bgt diputer di bioskop transtv wkwkwkw

hilpans mengatakan...

Berat sekali untuk meninggalkan bioskop setelah menonton film ini...terlalu deep..spider2&3 Tobey&no way home ..mengoyak hati dan menciptakan kenangan terngiang dan membekas

Anonim mengatakan...

Fanboy mcu berulah ������

Mnurut gw nih film lom bisa di katakan "sangat bagus". Gw yg habis nnton mkir berasa ada yg kurang Entah dari segi joke,battle, emosional ny juga berasa kurang. Battle dgn sekaliber 3 spidey seharusny di bkin lebih heboh lagi. Adegan muncul ny andrew tobey aj berasa kurang memorable & berkesan mnurut gw (lah nongol ny gtu doang) dari segi grafis & music jelas epic. Malahan adegan tom vs osborn yg awal-awal yg paling keren.

Rasyidharry mengatakan...

Siap berulah 👍

Anonim mengatakan...

Gw yg stelah ngeliat trailer dr strange 2, jadi hampir ngelupain nwh kwkw

Chan hadinata mengatakan...

Cocoknya dikasi judul
Spiderman : second chance
Karakternya dikasi kesempatan menebus dosa masing2,, paling kerasa ketika andrew garfield nyelamatin MJ Tom holland..
Speechless😢

Syaeful Basri mengatakan...

film MCU phase 4 terbaik so far

Chan hadinata mengatakan...

Asli sih ini..
Euforianya langka
Excited,, clappung,, said "yes" kyk lg nonton bola dan sy yakin pasti bnyk yg terharu/nangis..
Sungguh beruntung dpt experience sperti ini(lagi)

Unknown mengatakan...

Kata " Tobey pas dia bilang "my back" Mengingat kan gw pada saat dia jatuh ketika ingin mencoba kembali kekuatan nya di film spiderman 2 nostalgia nya kerasa banget anjeeeerr, pas gw tonton tuh film juga ada rasa senang, sedih, tegang, dll wah pokonya no way home film terbaik sepanjang 2021

wins mengatakan...

Duh, di komentar nya spoiler semua, untung dah nonton 2 jam yang lalu... Any way, adegan nyelametin Zendaya yang menurut ane paling menyentuh, mimik Andrew begitu menyayat hati...

Muhammad Faisal Aulia mengatakan...

Harusnya dibuat tiga jam, masih banyak yang perlu di Explore ataupun dikenang

-Kkodorami- mengatakan...

SPOILER!!

William dafoe sukses banget meranin villaim di NWH ketimbang hadi support-hero di aquaman.

Sisi "sadis/pyshco" tetap ada meskipun udah belasan tahun dari spiderman 1. He deserve something award for his act!!

Adegan iconic dimana peter one, peter two, peter three bikin nostalgia dab MCU put meme on that. Lol

Last scene paling berkesan tentu aja terbayarnya Andrew Garfield save MJ, dan saat goblin stubbed Tobey padahal tobey udah halangin Tom Holland buat bunuh GreGoblin. Sekali lagi william dafoe respect !!

Chan hadinata mengatakan...

*clapping😁

Unknown mengatakan...

Cant say anymore.

Udin mengatakan...

Siap berulah 🦅🦅

Anonim mengatakan...

Dulu gw mikirnya ditolong skrull jadi peter aja mungkin beres ya...tinggal peter asli jadi spiderman.kayak skrull pas jadi nick fury dulu...hahaha

Jambo Art mengatakan...

Siap berulah...

Badminton Battlezone mengatakan...

Satu pertanyaan,kalo Doc Oc,Green Goblin bisa hidup kembali. Knapa Gwen tidak hidup lagi :(,ada yg bisa bantu jawab?

Andrew Garfield tetap dapat tempat dihati gw as a spiderman,kasian dia dibully sampe bilang ouchhh that hurt lol

Achmad mengatakan...

Venom nya Tom Hardy sebenarnya ada di universe nya siapa ? atau punya universe sendiri ?

Anonim mengatakan...

Saya kok malah kebalik ya... Gak asik liatnya ��
Karena villains nya udah ketauan semua gregetnya, dan ini aja film MCU yg jagoan 'nyari musuh'

agoesinema mengatakan...

Ada yg bisa jelasin kenapa Venomnya Tom Hardy ikutan ngilang? Apa karena mantranya Dr.Strange? Bukannya utk mengembalikan makhluk dari universe lain harus dikumpulin/ditangkap dulu, seperti Lizard, Dr.Octopus, Sandman, Electro dan Green Goblin yg harus dikumpulin dulu sama Spider-Man?

Anonim mengatakan...

Justru kemunculan yg sederhana itu menunjukkan kesederhanaan spiderman, ga diglorify kaya scene portal endgame, spiderman sejatinya merakyat dan lebih dekat dengan orang2 biasa, makanya biasa aja

Hafizz mengatakan...

Mungkin itu scene masih di dunia asli venom, ngilangnya ke dunia mcu