REVIEW - CATATAN SI BOY

21 komentar

Karakter Mas Boy adalah personifikasi fantasi. Ganteng, baik, kaya, rajin salat pula. Perempuan ingin mendapatkannya, laki-laki bermimpi menjadi dirinya. Tapi hampir empat dekade sejak Catatan Si Boy (1987) pertama kali menghiasi layar lebar, apakah penokohan serba sempurna itu masih relevan? Bisakah remake ini memodernisasi tanpa mengubah esensi karakternya?

Melalui naskah buatannya, Upi memberi solusi. Boy (Angga Yunanda) tetap memiliki segudang keistimewaan. Di sebuah pesta tahun baru, Boy berdiri di balkon rumah megahnya sambil mengamati kemeriahan di sekelilingnya. Bermodalkan karisma natural, Angga tampak bak Jay Gatsby versi remaja dengan kearifan lokal. Sekilas dilihat, ia masih sempurna. 

Upi tak melucuti kelebihan-kelebihan khas Boy, namun memanusiakan karakternya dengan sebuah pernyataan: Boy adalah manusia biasa yang bisa dikalahkan oleh patah hati. Tatkala hubungannya dengan Nuke Syifa Hadju) kandas akibat penolakan ayah sang kekasih (Lukman Sardi), Boy hancur. Dia tidak marah atau kesal, melainkan hancur. 

Sepeninggal Nuke yang berkuliah di luar negeri, Boy coba menjalin hubungan dengan mahasiswi baru bernama Vera (Alyssa Daguise). Bukan demi pelarian atau memaksakan diri beranjak dari patah hati. Bukan pula ajang pamer kuasa sebagai laki-laki idola. Boy benar-benar mengira ia bisa memulai lembaran baru bersama Vera.

Upi memastikan Vera menjadi karakter yang simpatik. Di hari-hari pertama kuliah, pasca menjadi koran perundungan oleh Ocha (Carmela van der Kruk) yang cemburu, Vera berkata, "Aku balik ke Indonesia pengen punya temen, bukan punya musuh". Dari situ simpati mampu dibangun. 

Romansa Boy dan Vera memang tak berlangsung mulus. Keduanya kerap cekcok, dan tidak butuh waktu lama bagi kita menyadari ketidakcocokan mereka. Tapi sama seperti ayah Nuke yang tidak otomatis menjadi figur jahat akibat enggan memberi restu, Vera pun demikian. 

Penolakan ayah Nuke pada Boy memang wujud pengekangan hak puterinya. Sebuah kesalahan. Tapi sikap itu timbul karena sejatinya ia orang baik, yang kesal setelah anak buah ayah Boy coba menyogoknya. Begitu pula Vera, yang sulit menerima kecintaan Boy akan tinju. Kemarahannya adalah kesalahan, tapi itu tak menjadikannya jahat. Vera dan Boy hanyalah pasangan yang tidak cocok.  

Upi mampu menekankan kompleksitas tiap karakter, memodernisasi mereka, tanpa harus melakukan perombakan total. Sayangnya, bukan berarti naskah Catatan Si Boy tanpa cela. Alurnya klise, pula tak sanggup menjustifikasi durasi yang mencapai 126 menit. Kalau bukan karena jajaran pemain, termasuk Elmand sebagai Emon yang cukup menghibur, Arya Vasco sebagai Jeffry si antagonis, serta Michael James sebagai Andi si sahabat sejati yang rela pasang badan, film ini bisa terasa menjemukan.  

Di departemen penyutradaraan, berbekal pengalamannya, Hanung Bramantyo tak kesulitan menampilkan nuansa "mahal" yang senada dengan identitas protagonisnya. Tapi ada kalanya ia seperti orang tua yang berusaha keras (kemudian gagal) untuk nampak muda. Kesan itu paling kentara di sebuah dance battle menggelikan antara Vera dan Ocha. Apakah eksistensi Catatan Si Boy sebagai remake yang ingin memberi sentuhan modern dapat diterima? Ya. Tapi apakah ia mampu menandingi status klasik pendahulunya? Sayangnya tidak. 

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Film kelas FTV 👎👎👎👎

Anonim mengatakan...

dikira film sampah

ternyata

benar-benar sampah, sekelas pejabat di ceramahi si boy tentang zona integritas

prettttt

Rendy Tanudirja alias Boy

Anonim mengatakan...

Upi emang keren

alur cerita mengalir lancar...bagus

Anonim mengatakan...

bagus filmnya, gue udah nonton

Anonim mengatakan...

alamak mas boy turun layar kalah sama setan sampah lantai 4

ampun ampun ampun

Anonim mengatakan...

pemain cewek nya semuanya keren, pas casting nya, nggak gagal

Anonim mengatakan...

Jadi yang mana nih? Putrama Tuta (Catatan Harian Si Boy) atau Hanung Bramantyo (Catatan Si Boy)?

Anonim mengatakan...

Dicky Alexander Heryanto Sapardan alias Onky Alexander dari Catatan Si Boy I, II, III, IV & V [1987, 1988, 1989, 1990, 1991] & Catatan [Harian] Si Boy [2011] nggak ada obatnya nggak ada lawannya, keren

Anonim mengatakan...

Nasri Cheppy tetap terbaik, Catatan Si Boy I sampai V

Anonim mengatakan...

ayu azhari nuke legend deh dgn suara cemprengnya.... gk bs diganti

Anonim mengatakan...

Angga Yunanda, salah casting ini, imut nggak macho kalem, seperti nggak ada lain ya...bio alias juan bio subiantoro itu pas jadi Boy

Anonim mengatakan...

Catatan Si Boy nggak akan mampu gaet aktor sekelas Bio One aka Juan Bio One Idal Haris Subiantoro Tanevi Proboatmojo Tan menjadi Boy

Joshua Suherman cocok menjadi Emon, karakter nggak banci banget, natural

Anonim mengatakan...

Bang, mana review Lantai 4? Masa gak dipost juga? Ditunggu loh

Anonim mengatakan...

film horror terbaik untuk remaja elit bohay

Anonim mengatakan...

gagal meraih pangsa pasar bocil milineal Z

Anonim mengatakan...

nostalgia yang kesengsem, lucu

Anonim mengatakan...

alur cerita mengalir lancar gaya remaja

Anonim mengatakan...

Catatan Si Boy sebanyak 28.740 penonton, lumayan rugi

Anonim mengatakan...

the best boy ever

Anonim mengatakan...

hidup itu bagai play ground, itulah dunia si boy & the genk

Anonim mengatakan...

kumpulan muka plastik