REVIEW - PRIMBON

21 komentar

Primbon membawa niatan baik untuk menjadi horor yang "bercerita". Satu dari sedikit judul rilisan 2023 yang mau memposisikan mitologi klenik sebagai objek eksplorasi ketimbang pajangan semata. Bahkan kalau bukan karena tuntutan memenuhi selera pasar, bisa saja pembuatnya mendesain film ini sebagai "kisah mistis" ketimbang horor murni. Sampai seiring waktu, mulai kentara bahwa ia keteteran menjaga konsistensi kualitas.

Pasangan suami istri, Dini (Happy Salma) dan Banyu (Nugie), dirundung duka selepas puteri mereka, Rana (Flavio Zaviera), hilang di tengah hutan. Dibantu sahabatnya, Janu (Chicco Kurniawan), Rana ingin merekam kado ulang tahun untuk sang ibu. Mengapa harus dilakukan di tengah hutan? Di luar kebutuhan narasi agar Rana menghilang, filmnya tak mampu menjustifikasi itu. 

Seminggu berlalu, dan keluarga besar Rana memilih mengadakan pengajian, menganggapnya tiada, pula menentukan tanggal kematian si gadis berdasarkan hitungan primbon. Berlawanan dengan skeptisme Dini, Keluarga Banyu, terutama si kakak tertua (Jajang C. Noer), memang begitu taat menjadikan primbon pedoman hidup. Sampai tiba-tiba Rana kembali dan menciptakan friksi di antara keluarganya. Timbul pertanyaan, "Apakah yang pulang benar-benar Rana?".

Naskah buatan Lele Laila memilih mengesampingkan potensi misteri ketika tak pernah membuat penonton melempar pertanyaan serupa karakternya. Sejak awal kita tahu jika Rana, dengan tindak tanduk aneh serta belatung di kepalanya, bukanlah manusia. 

Agak disayangkan, namun ketiadaan tanda tanya tersebut digantikan oleh penelusuran mitologinya. Penonton awam akan mendapat pemahaman baru mengenai mitos Jawa (kicau burung kedasih, cara mendeteksi kehadiran makhluk halus, tetek bengek penentuan tanggal baik/buruk, beragam ritual kepercayaan, dll.), sedangkan mereka yang familiar bakal berujar, "Ah, saya tahu itu!". 

Berbeda dibanding kebanyakan naskah sebelumnya, di sini Lele Laila bukan hanya menyusun alurnya memakai kompilasi jump scare. Muncul pengulangan lain berupa adegan menggedor pintu yang entah berapa kali dipakai, tapi setidaknya repetisi satu ini lebih bisa diterima daripada penampakan murahan tanpa henti. 

Menyaksikan horor Indonesia yang tak didominasi jump scare selalu menyegarkan, walau di Primbon kasusnya agak berbeda. Kualitas filmnya selalu menurun tiap para hantu menampakkan wujud mereka. Entah karena pembuatnya setengah hati menyelipkan teror demi memenuhi selera pasar, atau pada dasarnya pengarahan Rudy Soedjarwo memang lemah. Sulit menampik asumsi kedua, sebab selain deretan penampakan medioker (kuantitasnya berangsur-angsur meningkat), pengadeganan buruk juga nampak dalam situasi non-horor. Studio tempat saya menonton kerap riuh oleh tawa akibat beberapa kekonyolan yang tak disengaja. 

Seiring bergulirnya durasi, lubang pun makin terlihat di naskahnya. Signifikansi subplot mengenai investigasi karakter Janu dan luka masa lalu pasutri yang diperankan oleh Septian Dwi Cahyo dan Oppie Andaresta patut dipertanyakan gara-gara minimnya pendalaman. 

Akting jajaran pemain sering tampil sebagai penyelamat. Happy Salma menyengat sebagai ibu yang terluka, Nugie kuat menarik atensi sebagai suami sekaligus adik yang coba bersikap diplomatis, kemampuan Flavio Zaviera untuk membangun kengerian melalui ekspresi pun patut diapresiasi. 

Kekuatan akting mereka membuka jalan guna melancarkan ambisi naskahnya melempar tragedi selaku konklusi. Pilihan konklusi terkait "pro-kontra" dalam konteks primbon sejatinya menarik. Persepsi dan ekspektasi penonton coba dimainkan. Kepiluan berpotensi hadir, andai dalam proses menuju akhir tersebut, alih-alih dengan gamblang memakai misdirection (karakter A benar, karakter B salah), naskahnya bersedia memotret kedua pihak secara seimbang.   

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

OMG, Lele Laila...dia lagi...please banget deh

Anonim mengatakan...

scene tata gambar "prolog" buka pintu itu keren ketika kedatangan nara dari hutan setelah hilang 7 hari mirip sketsa wallpaper laptop

scene tata gambar "epilog" ketika nara mati di gendong disaksikan masyarakat anjir parah banget keren laksana lukisan hidup

Anonim mengatakan...

genre horor bernuansa kearifan lokal yang setengah hati

karakter akting nara busuk banget, nggak perlu senyum judes jutek bau kecut gi tu mirip pengen berak berat, biasa aja kali itu lebih bagus....

Anonim mengatakan...

Flavio Zaviera sebagai rana nara pret seperti baru aja masuk kelas akting bintang film bocil XXX

buang buang duit aja nonton ini film nggak horny sama sekali, illfeel blas

Anonim mengatakan...

loe tuh lagi akting atau lagi di kejar pinjol, duh Chicco Kurniawan muka loe tuh mirip di azab mules kebanyakan makan 1000 cabe

Dewa mengatakan...

Deuh si jago acting ceunah

Anonim mengatakan...

drama OK bagi Happy Salma, bahkan terlalu OK bagi Happy Salma untuk horror recehan pun di buat berasa drakor mahal bahkan sampai muncrat

Anonim mengatakan...

ini Lele Laila kenapa selalu berulang kali kehabisan stok cerita seperti pengen memuaskan minum makan yang harganya mahal di bioskop, bawanya makan minum dari luar bioskop biar kelihatan cozzy anak gaul baru benerin celana

please

Anonim mengatakan...

Naskah buatan Lele Laila benar benar bagus untuk genre lawakan

Anonim mengatakan...

Rudy Soedjarwo, Who...

Anonim mengatakan...

FILM KOMEDI TERBAIK

Anonim mengatakan...

OMG, SEREM BANGET SAMPAI KETAWA NYINYIR

Anonim mengatakan...

Itu bencong tukang komentar, jangan dicuekkin mulu dong. Kasihan lho, komentar berkali2 ganpernah ada yg peduli

Anonim mengatakan...

Primbon adalah film terbaik

Anonim mengatakan...

Lele Laila bagus di film Sanubari Jakarta di tahun 2013, antologi film pendek kaum LGBT yang keren unfaedah itu

Lele Laila yang juga penulis skenario film Indonesia terlaris sepanjang masa KKN di Desa Penari sebaiknya rehat dulu healing kemana gi tu jangan mau di perbudak korporat agar skenario nya lebih matang, tidak setengah matang telor mata sapi ceplok

Anonim mengatakan...

Kak review detective conan dong

Anonim mengatakan...

Trailer & Poster Nya Sih Sudah Bagus Komunal Sekali

Anonim mengatakan...

ketawa nonton film absurd komedi ini lumayan bikin jantung sehat waras

Anonim mengatakan...

Skip Mentah aja

Anonim mengatakan...

melodrama

Anonim mengatakan...

WTF