REVIEW - TALK TO ME
Di Talk to Me, para remaja tengah menggandrungi sebuah ritual. Mereka menggenggam sepotong tangan yang konon dapat memanggil arwah penasaran. Selepas dirasuki arwah, tubuh langsung menegang, mata menghitam, dan mereka mulai meracau. Jika sial, arwah yang datang akan melakukan tindakan bodoh, misal bercumbu dengan anjing. Kebodohan itu direkam oleh para penonton, lalu diunggah ke media sosial sebagai bahan tertawaan. Bukannya kapok, si partisipan justru ketagihan.
Situasi di atas tidak terlalu jauh dari realita. Bedanya, di kehidupan nyata, alih-alih tangan misterius dan hantu, tubuh para remaja "dirasuki" obat-obatan, yang juga memunculkan tindakan bodoh, juga bakal direkam kemudian disebar ke media sosial, dan tentunya, juga melahirkan adiksi.
Ya, Talk to Me adalah satu lagi horor kekinian di mana cheap thrills dikesampingkan guna memberi ruang pada penceritaan, yang memanfaatkan elemen horor untuk mengolah sisi kelam kemanusiaan. Bukan fakta mengejutkan menilik status A24 selaku distributor. Untungnya, berbeda dengan banyak elevated horror, debut Danny Philippou dan Michael Philippou (dikenal sebagai duo kreator kanal YouTube RackaRacka) sebagai sutradara ini tak melupakan hakikatnya sebagai horor yang dituntut meneror.
Protagonisnya adalah remaja 17 tahun bernama Mia (Sophie Wilde), yang pasca kematian sang ibu akibat overdosis, kesulitan menjalani hidup seperti biasa. Depresi sempat menyerang, sedangkan hubungan dengan sang ayah turut merenggang. Di situlah Mia menemukan hiburan dalam kegiatan sinting kawan-kawannya. Meski awalnya skeptis, setelah percobaan perdana, Mia justru ketagihan membiarkan arwah penasaran merasuki tubuhnya.
Naskah hasil tulisan Danny Philippou dan Bill Hinzman (berdasarkan konsep dari Daley Pearson) menyadari perlunya relevansi dalam alurnya. Sebagaimana Mia tertekan oleh dukanya, remaja mesti menghadapi beragam beban yang mengiringi proses tumbuh kembang mereka. Masalahnya, ruang yang tersedia (atau orang yang bersedia) untuk menampung, kemudian meringankan beban itu tak seberapa banyak.
Talk to Me membawa relevansi melalui sorotan terhadap kesulitan di atas. Sebegitu sulit terjalin koneksi dengan sesama manusia demi meringankan beban, beberapa remaja memilih pelarian lain. Obat-obatan jadi opsi, atau dalam konteks film ini, tangan pemanggil arwah. Saking tiadanya uluran tangan manusia lain, karakternya menerima uluran tangan gaib. Saking minimnya teman bicara, karakternya berkata "talk to me" pada sosok tak terlihat.
Bukan alegori yang benar-benar baru, pun tak jarang kesan yang timbul lebih dekat ke arah "pameran kreativitas" ketimbang kesungguhan mengeksplorasi tema secara mendalam (termasuk di konklusi yang biarpun unik, cenderung mengaburkan isu yang hendak disentil), namun eksistensinya harus diakui efektif menambah bobot penceritaan. Apalagi ditopang oleh akting Sophie Wilde, yang sanggup menghidupkan penderitaan sembari menjaga supaya karakter Mia tetap mudah disukai penonton.
Terpenting, melalui pengarahan mereka, Danny Philippou dan Michael Philippou membawa energi yang diperlukan sebuah horor. Teror yang menjauh dari keklisean jumpscare dengan mengedepankan deretan imageries yang menggabungkan kesan menyakitkan dan menjijikkan, didukung pula oleh tata suara mumpuni, membuat Talk to Me hadir sebagai horor modern yang seimbang. Mau bercerita, tanpa lupa memuaskan dahaga penonton kasual yang ingin ditakut-takuti.
27 komentar :
Comment Page:berdamai dengan masa lalu dan diri sendiri adalah tema dari film drama thriller buatan australia
di buka dengan adegan membagongkan dan di tutup dengan adegan klasik : back to back
tanpa beban ekspetasi menuju bioskop
ketikan nonton : wow ini benar-benar wajib di tonton, jangan kedip mata
australia memang punya khas gaya penuturan dalam alur cerita, terkenal dengan drama thriller horor~nya tentang buaya atau binatang
sederhana namun menghujat jantung
Sayang banget kadang subtitlenya rancu gak pas timingnya
Sophie Wilde membuat saya takut & depresi daripada setan~nya, kegoncangan labil sebabkan kematian & penderitaan
talk to me : sisi lain dari cenayang, diskusi tiada habis yang dipertanyakan
film drama thriller yang membumi dengan komunal kangguru sebagai benang merah
jangan menonton film ini jika penonton mengalami disorder mentalilty jika pengen tetap nonton agar di dampingi, pemicu gangguan jiwa masa lalu di kupas secara tuntas dengan ending yang masih membuka untuk kelanjutan sesi berikutnya
bukan fokus kepada jump scare iblis atau setan murahan dengan suara berdentum keras, lebih kepada psikologi permainan jiwa yang kesasar
wajib di tonton bagi penggemar drama thriller psyco
di kira film anak remaja kebanyakan, ternyata bikin ngilu merinding disko, seluruh penonton teriak di awal adegan film, kejutan
rilisan A24 selalu bikin absurd semakin asyik tak terbantahkan, jawara banget, top abis
shock culture
cerita diambil dari budaya lebih terasa seram daripada fantasy semata
Talk To Me, Let Me In...magic words kecanduan untuk balik ke masa lalu, tragis mengerikan
resiko bukan hanya di tanggung sendiri, bisa di sekitarnya kena, jika kita kena lenyakit mentality, dampingi itu bijak, jangan di jauhi, itulah tema film ini, keren drama nya
A24 emang bangke banget, selalu...good job
skor film ini : 9/10, plot twist yang biasa namun alur ceritanya luar biasa
ketika para bocil bermain dalam arena wizzard, bagus
Great Post! Thanks for sharing such beautiful information with us. Please keep sharing.
full gore psycology full absurd
teriakan 136.266 penonton di bioskop buktikan talk to me itu sebagong itu, good point
A24 selalu membuat saya galham gagal paham
alur cerita yang sangat membahayakan
Alur ceritanya luar biasa, diambil dari budaya lebih terasa seram daripada fantasy semata. skor film ini : 9/10,
bikin ngilu lendir gaya A24
wtf Danny Philippou dan Michael Philippou
berasa masuk friendzone death note
Film Horor tapi not bad lumayan
Plot twist yang biasa & alur ceritanya jg biasa biasa saja
Posting Komentar