REVIEW - GHOSTBUSTERS: FROZEN EMPIRE

21 komentar

Terdapat adegan di mana Gary (Paul Rudd) berdiri di balik pintu kamar Phoebe (Mckenna Grace), berusaha bicara layaknya seorang ayah, tanpa sadar bahwa si puteri tiri tidak berada dalam kamar. Momen tersebut membingungkan, karena tak pernah jelas apakah Gil Kenan selaku sutradara bermaksud membungkusnya sebagai komedi. Apakah itu adegan serius atau lucu? Keseluruhan filmnya pun terasa demikian. 

Selepas meneruskan jejak ayahnya (Ivan Reitman) dengan cukup baik kala mengarahkan Ghostbusters: Afterlife (2021), di sini Jason Reitman sebatas menulis naskah bersama Gil Kenan. Kolaborasi keduanya kentara menyimpan ambisi. Ambisi untuk menghadirkan kisah lebih besar sekaligus memberi warna baru bagi franchise yang telah berusia 40 tahun.

Tapi apa jadinya saat ambisi tidak dibarengi kemampuan memadai? Di konteks Frozen Empire, hasilnya adalah tontonan melelahkan yang mayoritas durasinya seolah diisi oleh first act. Terlalu banyak yang coba kedua penulisnya tampilkan. 

Alur film ini terdiri dari: upaya Gary menjadi ayah bagi Phoebe; persahabatan Phoebe dengan hantu bernama Melody (Emily Alyn Lind); kontainer hantu milik Ghostbusters yang sudah kepenuhan; ancaman datangnya zaman es kedua dari sesosok entitas jahat; hingga yang paling konyol dan tak seharusnya disertakan, yaitu proses latihan Nadeem (Kumail Nanjiani), yang mendadak bertransformasi dari comic relief menjadi figur substansial bagi mitologi ceritanya. 

Ketimbang aksi berburu hantu seru, Frozen Empire (yang bahkan baru mendatangkan zaman es memasuki paruh akhir) didominasi eksposisi berkepanjangan yang membosankan dan bergulir terlampau serius. Lenyap sudah humor beserta karakter menggelitik khas Ghostbusters. Bukan berarti presentasinya banting setir ke ranah yang lebih kelam, sebab sesekali ia tetap berusaha memancing tawa penonton, menciptakan ketidakpastian soal ke mana filmnya ingin melangkah. Serba tanggung. 

Babak puncaknya mengalami peningkatan tatkala tim Ghostbusters orisinal (melihat Dan Aykroyd, Bill Murray, dan Ernie Hudson berkumpul selalu memberi hiburan tersendiri) kembali bersatu, sementara zaman es yang dijanjikan judulnya akhirnya tiba, dibungkus oleh CGI berkualitas mumpuni yang jadi poin terbaik filmnya, biarpun dibanding judul-judul sebelumnya, aksinya cenderung kehilangan tenaga. 

Ghostbusters pertama (1984) membuat aktivitas berburu hantu terlihat menghibur. Judul-judul selanjutnya, meski gagal mencapai kualitas serupa, setidaknya masih dibuat menggunakan semangat yang sama. Tapi di Frozen Empire, untuk pertama kalinya dalam empat dekade Ghostbusters tidak terasa menyenangkan. 

21 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

bagus film nya

Anonim mengatakan...

kali pertama, saya suka film remake lanjutan

Anonim mengatakan...

fun, itu inti dari film

Anonim mengatakan...

saya suka ending nya di tutup dengan lagu ghostbuster theme song

Anonim mengatakan...

valian utamanya keren

Anonim mengatakan...

sukaaaa bangetttt, saya ketiduran pas final fight scene

Anonim mengatakan...

pure drama komedi fantasy

Anonim mengatakan...

nggak bagus buat bocil, too horny too horror

Anonim mengatakan...

salome film, good movie

Anonim mengatakan...

skor film ini gue beri : 9 5/10

Anonim mengatakan...

dikira film nya busuk, ternyata OMG KEREN

Anonim mengatakan...

daddy's issue problem

Anonim mengatakan...

datang masuk duduk enjoy popcorn happy : bioskop

Anonim mengatakan...

IMAX 4DX lebih berasa

Anonim mengatakan...

film pelangi perhomoan emang seseru itu

Anonim mengatakan...

suka banget lihat para bocil senang nonton film ghostbuster

Anonim mengatakan...

penonton tepuk tangan di bioskop sebagai fans Ghost Corps

Anonim mengatakan...

snowman imut cute

Anonim mengatakan...

Icon Terbaik

Anonim mengatakan...

tunggu tayang di streaming aja

Anonim mengatakan...

kocak