REVIEW - THE ACCOUNTANT 2

Tidak ada komentar

Berbeda dengan film pertamanya, The Accountant 2 aksi thriller metodis yang elegan. Mengikuti formula sekuel khas industri sinema arus utama, Gavin O'Connor dan Bill Dubuque yang masing-masing kembali menempati posisi sutradara dan penulis naskah, menyusun suguhan yang lebih besar pula berisik, membawanya ke ranah buddy action dengan bumbu komedi guna memuaskan penonton sebanyak mungkin. Lebih menghibur, tapi lebih generik. 

Berawal dari kematian misterius Raymond King (J. K. Simmons) selaku mantan direktur FinCEN (Financial Crimes Enforcement Network), sang penerus, Marybeth Medina (Cynthia Addai-Robinson), melakukan penyelidikan yang membawarnya bersinggungan dengan Christian Wolff (Ben Affleck) alias "Si Akuntan". Dua individu yang sejatinya saling berseberangan ini memilih menyatukan kekuatan.

Sekilas tiada perbedaan signifikan dibanding film pertama. Setidaknya hingga Braxton (Jon Bernthal), adik Christian, turut terlibat, lalu mendorong tone filmnya ke arah yang jauh lebih ringan ketimbang pendahulunya. Tiada lagi suasana dingin yang elegan, baik dari departemen artistik maupun gaya bertuturnya. Dinamika kakak-beradik disfungsional tersebut dipakai oleh naskahnya untuk menciptakan aksi tukar kelakar ala buddy comedy.

Bila tujuannya adalah meningkatkan nilai hiburan, maka The Accountant berhasil mencapai itu. Rumus spesial tidaklah diperlukan. Cukup ikuti formula paten subgenrenya, yakni menyatukan dua figur dengan kepribadian berlawanan: Christian si pengidap autis cenderung dingin dan kaku, sedangkan Braxton lebih meledak-ledak. Ditunjang chemistry solid Affleck dan Bernthal, tawa pun senantiasa mengisi sudut cerita.

Di satu titik, Christian memerlukan bantuan Justine (Allison Robertson) bersama sekelompok anak kecil penderita autis guna meretas informasi yang bahkan tak sanggup ditemukan oleh pihak berwajib. Mereka meretas beraneka ragam benda elektronik di rumah seseorang semudah kita mencari data di Google. Pada momen yang mampu menghibur karena tidak ragu tampil over-the-top itulah, The Accountant 2 sepenuhnya membuang jejak keseriusan film pertama. 

Sayang, daya hiburnya melemah tiap kali naskahnya berusaha untuk bercerita. Gaya tutur Bill Dubuque yang seolah memegang prinsip "semakin kompleks, semakin cerdas" justru kurang sinkron dengan upaya The Accountant 2 menyajikan hiburan ringan. Naskahnya membuat kasus yang sejatinya amat sederhana terkesan seperti konspirasi semrawut. 

Pun apabila kita mengesampingkan dinamika Christian-Braxton, gelaran aksi film ini dieksekusi secara luar biasa generik oleh Gavin O'Connor. Sentuhan unik pencak silat yang membuat film pertamanya menonjol seketika lenyap, digantikan oleh baku tembak ala film aksi kelas B, yang di saat bersamaan membuat penokohan Christian selaku pengidap autis jenius tak lagi menyisakan signifikansi. Well, setidaknya banyak penonton tertawa sepanjang durasi bukan? 

Tidak ada komentar :

Comment Page: