JAWS (1975)

2 komentar
Steven Spielberg mungkin bukan sutradara favorit saya, tapi harus diakui bahwa dia adalah sutradara paling revolusioner di Hollywood. Beberapa kali dia membuat sebuah gebrakan dalam filmnya. Tapi 36 tahun sebelum dia membuat film animasi performance capture lewat Tintin, 18 tahun sebelum dia menghidupkan para dinosaurus di "Jurassic Park", 7 tahun sebelum E.T. datang ke Bumi, dan 6 tahun sebelum Indiana Jones memulai petualangannya, Speilberg yang baru berusia 29 tahun sukses membuat gebrakan dengan menghidupkan great white shark dalam sebuah creature movie paling legendaris dan paling menegangkan sekaligus sebuah film yang mengawali tradisi film musim panas atau summer movies di Hollywood.

Cerita dalam film ini jika ditengok sekarang sebenarnya biasa karena sudah banyak dipakai dalam film tentang teror ikan ganas entah itu hiu atau piranha. Amity Island adalah sebuah pulau yang tenang dan damai. Tapi setiap musim panas tempat itu berubah menjadi pusat berlibur bagi para wisatawan karena memiliki pantai sebagai resort pariwisata. Tapi musim panas yang menguntungkan uang bagi tempat itu kali ini terancam setelah beberapa hari sebelum 4 Juli yang akan mendatangkan banyak wisatawan tempat itu dikejutkan oleh ditemukannya mayat seorang wanita yang diduga mati akibat serangan hiu.

Tentu saja hal itu menimbulkan kewaspadaan khususnya bagi Chief Martin Brody (Roy Scheider) yang baru bertugas disana beberapa bulan. Martin memutuskan untuk menutup pantai guna menjaga keselamatan warga sampai hiu itu behrasil dibunuh. Tapi walikota Larry (Murray Hamilton) menolak hal itu karena menganggap penutupan pantai di masa liburan akan menghancurkan perekonomian Amity. Tapi serangan demi serangan terus terjadi hingga akhirnya Martin dibantu oleh ahli Oceanografi, Matt Hooper (Richard Dreyfuss) dan pemburu hiu bernama Quint (Robert Shaw) memutuskan untuk memburu hiu raksasa tersebut.
Ada beberapa hal yang membuat "Jaws" jadi sebuah creature movie yang spesial walaupun kisahnya biasa saja. "Jaws" memang bukan film pertama yang menjadikan hewan buas sebagai tokoh antagonis, tetapi untuk film tentang teror hiu film ini bisa dibilang adalah pionirnya. Suatu hal yang "pertama" adalah spesial, begitu juga dengan "Jaws". Walaupun jika dilihat sekarang kisahnya biasa saja, tapi saya bisa membayangkan bagaimana teror yang dirasakan oleh penonton jaman dulu. Robot hiu yang dibuat dalam film ini juga terlihat realisits dan mampu menebar teror dengan keganasannya. Teknik yang dipakai Spielberg juga membuat film ini spesial. Hiu yang jadi penyebar teror tidak muncul secara gamblang hingga satu jam pertama film. Hal itu tentunya akan membuat penontont khususnya dari masa itu yang notabene masih belum mendapat gambaran pasti bagaiaman sosok hiu ganas muncul di layar lebar tegang dan menanti secara was was sosok sang pembunuh. Hal ini mengingatkan saya pada film pertama "Halloween" dimana sosok Michael Myers belum dikenal dan baru diperlihatkan secara jelas menjelang klimaks.
Tidak seperti film hiu jaman sekarang yang makin tidak pelit memperlihatkan sosok sang pemangsa karena ingin pamer spesial efek tapi jadinya malah menghilangkan teror dan ketegangan, "Jaws" tidak seperti itu. Awalnya kita hanya disuguhi sudut pandang orang pertama dalam hal ini sudut pandang hiu yang mengincar mangsanya dari bawah laut. Teknik ini sekarang sudah banyak diadaptasi tapi tentu saja makin tidak efektif. Lalu disaat film mencapai klimaks barulah sanghiu muncul dengan segala keganasannya membuat kemunculannya efektif dan tidaklah hambar. Bandingkan dengan film-film jaman sekarang yang juga menampilkan hiu, apakah anda merasa diteror? Saya rasa tidak. Sedangkan "Jaws" memiliki banyak momen yang menegangkan dan mengagetkan bahkan ada cukup banyak yang masih efektif untuk penonton jaman sekarang.

"Jaws" mungkin mempunyai beberapa hal yang membuat film ini mempunyai rasa B-Movie, tapi penanganan dari Spielberg membuat "Jaws" jadi bukan menjadi film kelas B. Teror yang ditebar karena suasanan yang mencekam dibanding hanya mengandalkan serangan-serangan hiu yang kosong dan asal sadis adalah salah satu alasan hal tersebut. Selain itu, karakterisasi ketiga tokoh utamanya juga menarik dan menjalin chemistry yang baik terutama disaat mereka bertiga bersama-sama berburu hiu ditengah lautan. Seorang polisi takut air, ahli oceanografi kaya yang yakin pada kemampuannya, hingga seorang pemburu hiu kasar. Ketiganya berinteraksi dengan menarik, membuat film ini punya momen yang tidak kalah mengasyikkan walaupun sang hiu tidak sedang menebar teror.

Tapi "Jaws" buat saya pribadi bukan film yang sempurna. Ternyata di film ini Spielberg sudah sangat terasa ciri khasnya, yaitu membuat filmnya memiliki nuansa petualangan baik itu dibangun lewat adegannya ataupun komposisi musiknya. "Jaws" juga punya nuansa seperti itu yang walaupun eksekusinya bagus tapi saya kurang suka. Saat memasuki momen klimaks yang seharusnya murni ketegangan, Spielberg memasukkan unsur petualangan dalam adegan perburuan hiu tersebut. Bagus memang, tapi buat saya sendiri sangat disayangkan karena tingkat keseraman jadi menurun. Begitu juga musik yang dibuat oleh John Williams. Semuanya bagus dalam membangun suasana, tapi musik beraroma petualangan di bagian klimaks membuat adegan itu jelas makin berbau adventure daripada thriller. Padahal musik beraroma thriller juga ada dalam film ini dan itu sangat efektif membangun ketegangan. Satu hal lagi yang agak mengganggu adalah mengenai tokoh Chief Martin ayng diawal diceritakan takut air. Sebenarnya hal itu bisa jadi sebuah konflik psikologis yang menarik saat dia harus berhadapan langsung dengan hiu ditengah laut, tapi entah kenapa fobia itu terlihat hilang begitu saja.

"Jaws" akhirnya jadi salah satu thriller terbaik yang pernah dibuat. Tidak hanya memperkenalkan pada dunia nama Steven Spielberg, tapi juga memperkenalkan tradisi pembuatan summer movies di Hollywood sejak kesuksesan luar biasa film ini yang dirilis pada musim panas. Sebuah film yang menjadi awal selalu spesial, dan "Jaws" adalah salah satunya dan sebuah film yang masuk kategori klasik yang amat disayangkan Spielberg menjual copyright untuk sekuelnya hingga akhirnya muncul 3 sekuel dari film ini dimana hanya film kedua yang cukup sukses sedangkan film ketiga (3D) dan keempatnya hancur dicaci kritikus dan pendapatannya tidak sukses besar.

RATING:

2 komentar :

Comment Page:
Fariz Razi mengatakan...

salah satu film favorit gw, simple tapi effective. classic!

Rasyidharry mengatakan...

Nggak kayak film hiu jaman sekarang yang cuman bikin nguap