BANGKIT! (2016)

15 komentar
Perfilman Indonesia minim variasi genre, fakta ini harus kita akui. Terlepas dari peningkatan kualitas akhir-akhir ini, sajian drama, komedi, romansa, religi, biopic sampai horror masih menjadi primadona sebab berpotensi mendatangkan pemasukkan tinggi. Akibatnya jarang pembuat film mengambil risiko menyuguhkan tontonan berbeda (in a good way). "Bangkit!" karya sutradara Rako Prijanto ("3 Nafas Likas", "Sang Kiai") menumbuhkan harapan lewat statusnya sebagai "the first Indonesian disaster movie". Walau menyaksikan trailer-nya menimbulkan kekhawatiran akan kualitas CGI ala kadarnya, tetap timbul antusiasme beserta harapan kalau "Bangkit!" bakal turut membangkitkan alternatif genre lain ke permukaan.

Addri (Vino G. Bastian) merupakan anggota tim SAR yang telah banyak berjasa menyelamatkan jiwa manusia. Layak disebut pahlawan, nyatanya Addri kesulitan membagi perannya sebagai ayah untuk dua orang anak sekaligus suami dari Indri (Putri Ayudya). Ketika bencana banjir mulai menghampiri Jakarta, Addri pun disibukkan oleh tugasnya, mengesampingkan keluarga. Namun banjir kali ini berbeda dari biasanya. Arifin (Deva Mahenra) anggota BMKG yang hubungannya dengan dokter bernama Denada (Acha Septriasa) tengah dirundung masalah menjelang hari pernikahan yakin banjir kali ini berpotensi menenggelamkan Jakarta walau opininya itu ditolak mentah-mentah oleh sang bos, Hadi (Ferry Salim).
Efek CGI menjadi aspek signifikan bagi disaster movie karena semakin tampak nyata bencana di layar, semakin mudah pula memancing ketegangan penonton. Sebaliknya, semakin palsu dapat berujung menggelikan serta memperlebar jarak dengan penonton. Membandingkan "Bangkit!" dengan karya-karya Roland Emmerich (master of disaster movie) jelas kebodohan. Levelnya berbeda. Sebagai awal usaha menciptakan blockbuster ala Hollywood  mari lupakan "Garuda Superhero"  "Bangkit!" telah memaksimalkan pemakaian CGI sesuai kebutuhan. Kadang terlihat kasar dan berujung kurangnya ketegangan pula dampak emosional, but it's still so much better than how it looks in the trailer. Penggunaan beberapa practical effects  bangkai pesawat, gedung terendam air  ikut memperkuat tata visual. 

Di luar dugaan kekurangan besar justru berasal dari naskah hasil tulisan Anggoro Saronto. Berulang kali naskahnya memaksa karakter bertindak tanpa alasan masuk akal semata-mata untuk menciptakan konflik atau memancing tindakan karakter lain, misal: Dwi (Adriyan Bima), putera Addri nekat mendatangi terowongan rahasia supaya tercipta motivasi personal bagi Addri pada klimaks. Hadi selalu menolak opini Arifin hanya agar film tetap berjalan, sebab tindakan lebih dini BMKG bakal membuat film berakhir prematur. Akhirnya Hadi pun berubah sikap tanpa alasan jelas. Kenapa pula salah satu karakter seperti John McClane yang tetap prima meski sudah tenggelam kemudian terlibat kecelakaan pesawat?
Kekurangan naskah turut ditambah lemahnya storytelling Rako Prijanto. Perpindahan adegan lebih kasar ketimbang CGI-nya, jumpy akibat ketiadaan jembatan penghubung. Sering terjadi, satu karakter berpindah menuju lokasi dan situasi lain dalam sekejap tanpa transisi. Dua jenis inkonsistensi turut mengiringi penyutradaraan Rako. Pertama adalah inkonsistensi tentang kehancuran Jakarta. Sekali waktu kita melihat banjir menghantam ganas hingga cukup untuk menghancurkan dan menenggelamkan seisi ibukota, tapi di waktu lain langit nampak cerah, jalanan lancar, bahkan kantor Gubernur tidak mengalami kerusakan. Inkonsistensi kedua terletak pada tone. Sulit membedakan kelucuan yang disengaja dengan tidak karena Rako terkesan ragu mengemas momen menjadi total komedik. Seolah ada ketakutan humor dapat merusak tone film yang akhirnya justru membuat intensinya ambigu.

Vino G. Bastian (as always) has enough charm to be a capable action hero with his perfect combination of physical ability and solid acting, but Acha Septriasa and Putri Ayudya simply stole the show with their strong dramatic performance. Acha adalah satu dari beberapa aktris Indonesia yang mampu menyulap dialog cheesy dan pengadeganan awkward menjadi watchable melalui suntikkan kompleksitas emosinya  dapat dilihat saat Arifin melamarnya. Putri Ayudya serupa performanya di web series "Kisah Carlo" menyajikan kerapuhan wanita (istri dan ibu) secara sederhana namun nyata. Sayang, Deva Mahenra jadi korban tonal inconsistency film kala ia kesulitan menyeimbangkan sisi serius dan dramatik karakter Arifin. 

Pertanyaannya, apakah "Bangkit!" merupakan film bagus? Sayangnya bukan. Di tengah gegap gempita CGI kemampuan bernarasi melalui visual sekaligus naskah mengandung lubang menganga, bukti bahwa cerita  dan cara bercerita  sesungguhnya masih jadi aspek-aspek yang seharusnya paling awal dibenahi. Tapi di samping setumpuk kekurangan tadi saya tetap menyarankan anda untuk menonton "Bangkit!" di bioskop, karena usahanya menghidupkan suguhan big budget blockbuster perfilman tanah air jelas amat layak diapresiasi. Bukan mustahil apabila film ini meraup kesuksesan, tontonan serupa bakal segera menyeruak naik. Saya selalu percaya, karena seperti tagline film ini, "Menyerah bukan pilihan."


Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID

15 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Alasan nonton film ini 1. Vino, 2. Acha, 3. Putri, 4. Genre beda. Moga jadi gerbang awal untuk genre film ini.

Arif Hidayat mengatakan...

Alasan ke5 nonton film ini, karena udah gajian

Rudi Pambudi mengatakan...

Terlalu memaksaan dalam tema. Padahal disaster movie tidak harus seheboh film 2012, apalagi kalau CGI nya tidak memungkinkan. Tema sekelompok orang terperangkap di basement mall saat banjir saja sudah cukup untuk kelas Indonesia. Daripada membuat 1 kota hancur, lebih baik fokus pada 1 area kecil. Sebagai acuan bisa lihat film "Daylight" (1996) atau "Titanic" (1997) yang hanya mengambil tempat di 1 area kecil saja, "Daylight" di terowongan, "Titanic" di kapal pesiar. Tidak membutuhkan CGI yang terlalu sulit dan naskah yang terlalu rumit.

Unknown mengatakan...

dari triler nya sebener nya udh nampak efek CGI nya gak bakal banget tpi sya tetap mencoba tuk menonton dan hasilnya sya radah kecewe bkn hanya dari efek bencananya tapi jelas2 kebodohan naskah nya yg penuh hal2 di luar nalar hambil contoh pas adegan acha pas ngobati tunangan nya itu jarum bekas suntikan saja blm dibuka tpi sang aktor udh kesakitan..saya dan beberapa penonton ketawa melihat kebodohan ini dan masih bnyak kejanggalan yg tdk masuk akal lain nya..

Rasyidharry mengatakan...

Yep, berikutnya ada Firegate-nya Rizal Mantovani yang lumayan menjanjikan

Rasyidharry mengatakan...

Memang film ini cukup nekat ambil skala besar, makanya semoga film ini cukup sukses dan buka jalan buat pengembangan film-film serupa yang lebih maksimal :)

Rasyidharry mengatakan...

Haha yes, itu salah satu kebodohan detailnya. Sayang, kalau naskah solid sebenarnya film ini enjoyable

Ulik mengatakan...

Banyak plotholenya, banget malahan tapi terlepas dari itucukup puas masih ada rasa deg-deganya saat menyaksikannya sisi dramanya cukup baik.. Film ketiga yg menghadirkan Acha dibulan ini tapi saya masih belum puas lihat dia....film apa lagi ya...

Rasyidharry mengatakan...

Sepertinya film dia di 2016 udah rilis semua (7 film), next bakal main di Kartini-nya Hanung tahun depan

Ulik mengatakan...

Yang aq tonton 5 , 2 nya apa lagi ya...

Kk tau nggak kenapa barakati dan jejak dadari kenapa sampai sekarang belom tayang...

Rasyidharry mengatakan...

Bangkit, Surat Cinta untuk Kartini, Koala Kumal, MARS, Sabtu Bersama Bapak, Sundul Gan, Midnight Show.

Wah pastinya kurang ngerti juga

Rasyidharry mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ulik mengatakan...

Sundul gan sama MARS gak nnton ke pengaruh review jelek....
Thanks ya kk ,maaf ganggu

Dana Saidana mengatakan...

Ada yang tidak realistis menurut saya Mas.

Tokoh Arifin yang beberapa kali lolos dari maut sungguh manusia super yang anti trauma.

Setahu saya kalau ada orang yang hampir tewas tenggelam, dalam waktu 1 bulan walaupun fisiknya sudah pulih tapi kejiwaannya belum tentu bisa pulih dari keadaan pasca trauma.

Apalagi jatuh dari pesawat terbang dan menyaksikan semua penumpangnya tewas kecuali dia.
Kalo menurut saya, waktu 1 tahun belum tentu bisa memulihkan kondisi kejiwaannya.
Malah mungkin dibutuhkan bantuan psikiater paling tidak 6 bulan kedepan.

Nah ini, udah hampir tewas tenggelam, jatuh dari pesawat, tapi tidak sampai hitungan hari udah bisa lari-lari dan berenang (yang notabene harusnya membangkitkan rasa trauma terhadap air).

Kalau bukan manusia super, apa namanya itu ya Mas.

www.anggi619.com mengatakan...

Fokus banget ke CGI malah Lupa Alur cerita jadi Nonton merasa kecewa banget