JOMBLO (2017)
Rasyidharry
Oktober 06, 2017
Adhitya Mulya
,
Arie Kriting
,
Aurelie Moeremans
,
Comedy
,
Deva Mahenra
,
Ge Pamungkas
,
Hanung Bramantyo
,
Indonesian Film
,
Kurang
,
Natasha Rizky
,
REVIEW
,
Richard Kyle
18 komentar
Jomblo versi 2017 punya niat mengenalkan nama besar adaptasi novel berjudul sama buatan Adhitya Mulya pada generasi masa kini sembari tetap merangkul penggemar lama, salah satunya dengan mempertahankan Hanung Bramantyo di kursi penyutradaraan. Masalahnya, remake ini bak lupa alasan film aslinya disukai. Jomblo versi 2006 mewakili liku hidup remaja, khususnya mahasiswa yang diisi keliaran menyenangkan, dari menghisap ganja, mencoba seks, sampai merebut pacar sahabat. Poin terakhir dipertahankan, tapi secara keseluruhan lebih "jinak" (tentu empat protagonis bukan lagi perokok berat), hanya tertarik menertawakan kebodohan tingkah para jomblo mencari cinta.
Untuk sedikit melihat gambaran perbandingan dua versi, mari tengok lagu tema masing-masing. Versi lama memiliki BDG 19 OKT dengan petikan lirik "Segala yang kuberi, tak pernah berarti, berat terasa, habiskan darahku, menusuk tulangku, yang lelah" adalah nomor rock seputar curahan hati. Sedangkan remake-nya ditemani Jomblo dengan hook pada bagian "Masih betah jadi jomblo, Since Grow, Sampai kapan jadi jomblo, Since Grow" selaku hip hop nuansa modern yang lebih lugas dan playful. Intinya, didorong menyasar para milenial, Jomblo berusaha tampil (lebih) ringan yang sayangnya berujung simplifikasi kosong.
Empat tokoh utamanya masih sama, Agus (Ge Pamungkas) yang berambisi mengakhiri masa jomblo kala bertemu teman lamanya, Rita (Natasha Rizky), Bimo (Arie Kriting) yang menembak semua wanita, Doni (Richard Kyle) si playboy ganteng, dan Olip (Deva Mahenra) yang takut berkenalan dengan Asri (Aurelie Moeremans). Dari luar, kepribadian pula permasalahan tetap sama. Bedanya, walau konflik meninggi hingga mengancam jalannya persahabatan, kali ini sulit merasa terikat karena jarangnya momen kebersamaan. Benar mereka sempat nongkrong di kampus tetangga atau berlibur ke pantai bersama, tapi semua belum cukup kuat menggambarkan ikatan pertemanan.
Agar peduli, penonton butuh keintiman, sebagaimana kala Bimo-nya Dennis Adhiswara tersenyum pilu sambil dipeluk tiga sahabatnya. Tanpanya, Jomblo begitu hampa rasa, tidak peduli berapa banyak air mata tumpah maupun seberapa keras pukulan Deva Mahenra ke pipi Richard Kyle ketika perselisihan memanas. Pun keputusan mempertahankan konklusi bittersweet turut nihil dampak. Satu-satunya perubahan positif dari naskah garapan Adhitya Mulya dan Ifan Ismail adalah menjadikan Olip bukan lagi creepy stalker, melainkan pria pemalu yang diakibatkan tekanan untuk selalu berhasil dari latarnya sebagai anak tentara.
Sisi komedi tampil selaku penyelamat melalui sentuhan humor menghibur yang sesekali terjun ke ranah absurditas. Tapi penekanan terhadap komedi turut membawa efek negatif, yakni karakter utama yang sebatas karikatur ketimbang manusia nyata. Contohnya Ge Pamungkas. Meski ahli memainkan kekonyolan berlebihan, tapi kekonyolan itu pula yang mendorong Agus menjadi sosok komikal nan artificial belaka. Toh itu belum seberapa dibanding Richard Kyle yang bagaikan robot berperut six pack dengan pengucapan kalimat carut-marut. Deva tampil meyakinkan, sehingga patut disayangkan filmnya terlampau menyoroti Agus dan mengesampingkan Olip, padahal dialah tokoh paling kompleks.
Demi menyulut nostalgia, homage diselipkan, pun beberapa komponen film sebelumnya dipertahankan walau banyak di antaranya terkesan asal tempel. Misalnya penokohan Bimo, sebagai orang Papua yang lahir di Jogja. Mengapa tidak sekalian mengubahnya secara menyeluruh? Pilihan ini nihil substansi, tidak dipakai sebagai sumber humor, tidak pula disinggung lagi di kemudian waktu. Jomblo begitu berhasrat menjadi berbeda sampai kehilangan semangat aslinya, tetapi ingin juga mencuri perhatian penggemar lama tanpa memahami sisi yang mereka kagumi atau aspek mana yang perlu disertakan. Dalam usahanya merenggut atensi remaja milenial, Jomblo rupanya serupa sederet dari mereka yang mengalami krisis identitas.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
18 komentar :
Comment Page:Wah, kalo dari pakar review film kayak Mas Rasyid aja penilaian remake Jomblo ini udah kurang. Gimana sama penonton yang udah jatuh cinta sama Jomblo versi 2005, bisa mencak2 itu.
Iya kayaknya Jomblo versi 2017 lebih "kalem" dari segi keliaran mahasiswanya Bang, ngerokok pun gak ada kayaknya ya. Dan Jomblo versi 2006 bilang ML (baik cewek maupun cowoknya) dan cewek2nya bilang anjing, babi udah biasa. Apa karena sekarang peraturan LSF udah mulai ketat ?
Dan btw kira2 apa ya respon Christian Sugiono tentang Richard Kyle yang ngucapin kata2 aja kadang susah didenger gitu, dan terlalu kaku gitu dalam berakting, terlalu maksain peran yang cuman punya good looking doang sih. Padahal kalo buat peran indo yang punya akting lumayan + punya tampang playboy, Nino Fernandez bisa kayaknya.
(((Pakar review))) hahaha
Emang lebih disesuaikan ke pangsa remaja lebih muda. Walau karakternya kuliah, ini lebih cocok buat anak SMA, macam Mars Met Venus. Dan orang sekarang makin gila moral. Soal Rich Kyle, sejelek-jeleknya aktor tampang bule ya dia ini. Sayangnya buat penonton muda sekarang, Richard emang marketable, dan Nino tampangnya terlalu baik & mulus juga. Tapi jelas, dia pilihan yang jauh lebih oke dibanding Kyle. Mending jadi model
Wah, kalo karakternya lebih cocok buat anak SMA ? Apa gak ketuaan tuh Bang sma Arie, Deva sma Kyle ? Kalo Ge sih masih cocok buat tampang anak SMA mah.
Mungkin juga karena faktor soundtrack-nya juga yang mayoritas beraliran EDM kali ya Bang yang mungkin gak akan semengena Seurieus-nya BDG 19 OKT sma Dewi Malam-nya ?
Oiya Bang kalo remake emang konsepnya boleh ngehapus sma nambah beberapa unsur bukan ?
Perasaan di Jomblo versi 2006, Bimo gak sama skali gak kenal dan gak suka sama Lani kan, tapi ke Feby ? Tapi kenapa di Jomblo versi 2017 dia jadi malah suka ?
Ehh maaf saya salah persepsi, yang anak SMA itu buat pangsa pasar ya. Kalo diubah dari anak kampus ke anak SMA mah udah "pamali" itu mah ya Bang.
Btw itu komentar saya di atas mengandung spoiler gak sih Bang ?
Nanti kalo mengandung spoiler mah kasih keterangan aja Bang.
Boleh dong, perlu malah, kalau sama semua percuma remake. Tinggal perubahannya pas atau nggak. Di Jomblo sebenernya pas, cuma karena chemistry & cerita persahabatan lemah, ujungnya percuma. Mild spoiler kok :D
Nah iya itu Bang kayaknya di Jomblo versi 2017 ini porsi Agus-nya lebih banyak dibandingin yang lain. Mungkin bayaran Ge lebih gede buat modal nikah kayaknya itu (dia bilang sih gitu mau nikah tahun ini).
Agus yang sekarang kayaknya celetukannya sama mimiknya lebih greget dibandingin sama Agus yang dulu.
Jadinya di sini kesannya kayak Agus yang menonjol gak sih Bang ?
Ya karena porsi Agus lebih banyak bayarannya lebih gede, bukan sebaliknya. Dan Ge sendiri emang pamornya lagi naik sekarang. Makin menonjol karena si Doni yang kayak nggak eksis haha
Hahaha, iya bener juga sih Bang. Para komika udah mulai menunjukkan tajinya. Kalo akting para komika dibandingin sama youtubers gimana tuh Bang ?
Gimana ya, banyak komika juga youtuber sih macem Ernest & Kemal. Tapi jelas lebih pilih nama-nama kayak Babe, Arie, dkk daripada Jovial and the gank
sebagai fans versi original sepertinya jadi ironis yah om, dulu hal yg tabu malah tampil jelas di film (ML,rokok,ganja) dan sekarang kenyataan lebih liar di film malah lebih "soft".
dan setuju, Si Kyle hanya modal "tampang" dan non Chemistry.
Sebenernya nggak masalah, asal diganti hal lain, karena di versi 2006 semua "hal tabu" itu jadi penyokong konflik batin karakter & build persahabatan mereka. Nah, masalahnya pengganti itu nggak ada, sekedar dihilangkan
Kalo Ernest sama Kemal kan emang background-nya komika. Tapi kalo Kemal ya sekarang gayanya udah "terkontaminasi" anak-anak rap ala Young Lex, hahaha. Filmnya yang terbaru My Stupid Girlfriend, ya gitu deh.
Oiya btw makasih Bang buat review-nya. Ditunggu next review-nya dari Devil's Whisper sama Geostorm.
1. Saya enggak mengerti kenapa Hanung mengatakan alasan meremake Jomblo adalah ingin menebus kesalahan, padahal udah jelas2 Jomblo versi original itu bagus banget dan berisi, bahkan lebih bagus dari semua film cinta komedinya raditya dika.
2. Kenapa harus pakai komika terus? Jomblo original berhasil salah satunya karena semuanya dimainkan oleh pure aktor. Seakan akan film2 komedi indonesia sekarang ini mewajibkan banyak komika terlibat di dalamnya. enggak sepenuhnya salah, mungkin untuk menarik masa yg banyak.
3. Berikutnya apalagi film top Indonesia yg akan diremake? ��
Jomblo versi kekinian ceritanya...
tapi entah kenapa Jomblo versi Ori itu memorable dan mengena di hati... padahal waktu itu saya masih SMP. wkwkwk
Ketika lihat trailernya saja saya merasa Jomblo ini merasa kosong.. sebagai penggemar Jomblo versi awal saya merasa film ini tidak akan melekat di pikiran para penonton era sekarang untuk 5 atau 10 tahun kedepan.
karena film jomblo versi sebelumnya dibuat mirip dengan alur novelnya bahkan celutukannya jadi buat orang yang udah pernah baca bukunya akan lebih mengena.mungkin versi yang sekarang andai tidak ada film sebelumnya mungkin bisa lebih menghibur
Anjir, nyesel nonton film ini.
Film nya bermain aman, mungkin untuk menyasar segala usia kali yah.
Posting Komentar