PADMAAVAT (2018)
Rasyidharry
Januari 27, 2018
Bagus
,
Deepika Padukone
,
Drama
,
Hindi Movie
,
Ranveer Singh
,
REVIEW
,
Sanjay Leela Bhansali
,
Shahid Kapoor
7 komentar
Dalam epos Ramayana, Rama menyerbu Alengka
untuk menyelamatkan Shinta dari Rahwana. Laki-laki perkasa menolong wanita tak
berdaya memang formula yang jamak diterapkan. Dalam Padmaavat, selaku adaptasi puisi epik Padmavat (1540) buatan Malik Muhammad Jayasi, peran itu dibalik. Ratu
Padmavati (Deepika Padukone) bersedia mendatangi Kesultanan Delhi guna
membebaskan suaminya, Sultan Ratan Singh (Shahid Kapoor) dari Mewar, yang
dikurung oleh Sultan Alauddin Khilji (Ranveer Singh). Seperti Rahwana terobsesi
pada Shinta, Alauddin ingin merebut Padmavati dari Ratan. Padmavati tetap
berdiri tegak, bahkan melawan.
Dalam
lingkup kerajaan zaman dulu di mana Ratu adalah barang milik Raja, tuturan women empowerment film ini sudah
memadahi. Sanjay Leela Bhansali
dan Prakash Kapadia selaku penulis naskah mampu mengangkat tema kekinian tanpa
harus mengobrak-abrik gambaran era lampau. Padmavati adalah istri kedua Ratan,
yang di awal pertemuannya tidak sengaja memanah sang Sultan. Sebagai Ratu,
sosoknya amat dipuja karena kecantikan luar biasa. Mukjizat Tuhan. Demikian
salah satu pujian yang dialamatkan padanya.
Deepika
memang sempurna memerankan Ratu yang kecantikannya disebut dapat membuat
malaikat merasa malu. Mengenakan busana spektakuler termasuk lehenga yang ia kenakan saat menari dan
menyanyikan Ghoomar, Deepika luar
biasa anggun. Bersanding bersama dekorasi yang dipenuhi properti mewah nan
berkilau serta ukiran dinding estetis, Padmaavat
benar-benar terlihat megah. Padahal jumlah setting-nya tak sedikit. Bangunan Kerajaan Mewar tentu sangat luas
dan filmnya mampu mengesankan itu dengan cara menampakkan beragam jenis
ruangan. Pemilihan gerak dan sudut kamera oleh sinematografer Sudeep Chatterjee
pun turut menonjolkan kemegahan tersebut semaksimal mungkin.
Sedangkan di
lokasi outdoor, barisan landscape tanah gersang bercampur badai
pasir membungkus peperangan epic.
Dalam peperangan, Alauddin adalah jagonya. Meyakini bahwa seluruh barang
berharga merupakan miliknya, ia menghancurkan berbagai kerajaan sebelum akirnya
merebut tatha Sultan Delhi. Ranveer Singh menjadikan Sultan berdarah dingin ini
antagonis over-the-top yang
mengerikan. Walau seperti kenyataan dewasa ini, tokoh jahat paling menjijikkan
adalah iblis mesum berkedok ahli spiritual/pemuka agama seperti Raghav Chetan si Pendeta yang
mengkhianati Mewar.
Karena bujuk
rayu Raghav, Alauddin terobsesi meruntuhkan Mewar demi mendapatkan
Padmavati. Sang Ratu sendiri, khususnya di paruh awal, lebih banyak berada di
balik layar, seolah pasif di tengah konflik dua kerajaan. Tapi ia tidak berdiam
diri. Ketimbang semata otot layaknya orang barbar Padmavati mengutamakan
siasat. Sekalinya turun tangan, ia mampu mengguncang. Baik tindakan dan
ucapannya menghadirkan dampak, tak ada yang sia-sia. Inilah cara efektif
naskahnya menggambarkan seorang wanita tangguh di era dahulu.
Durasi yang mencapai 164
menit sekilas terdengar melelahkan, apalagi alurnya bergerak mengikuti pakem standar nihil modifikasi maupun kelokan sedikitpun. Tapi kepiawaian
sutradara Sanjay Leela Bhansali (Bajirao
Mastani) mengemas narasi menciptakan tempo stabil yang nyaman diikuti,
tidak terlalu menyeret, tidak pula terburu-buru. Alhasil intensitas dapat
dijaga dengan baik sehingga perjalanan nyaris tiga jam urung terasa
membosankan. Padmaavat merupakan
kemegahan yang wajib disaksikan di layar lebar.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
7 komentar :
Comment Page:Walau seperti kenyataan dewasa ini......������
#iam_stand with you broo
#nunggu lapaknya
Tolong dikoreksi.. Mewar bukan kesultanan tp kerajaan krn dipimpin Raja Hindu Ratan Singh.
Dan tolong diedit sy koq merasa kata Ulama tdk cocok dipakai karena konotasinya ke agama islam ya... Raghav Chetan kan seorang pendeta hindu.. maaf sebelumnya
Setuju sama review mas Rasyid, SLB memang jago kalo bikin film period drama, adaptasi, atau setting kerajaan, dan satu lagi semuanya endingnya slalu berakhir tragis. Kayaknya SLB anti yang namanya happy ending, mulai dari Golliyon ki Rasleela Ram-Leela (adaptasi Romeo Juliet) Bajirao Mastani dan padmaavat. semua perannya pun dimainin pasangan kekasih Deepika-Ranveer. Ditunggu lagi ya mas review film bollywood-nya. Thanks mas..
@agoesinema Thanks koreksinya. Untuk sebutan ulama sebenernya memang bukan bermaksud merujuk ke Raghav, tapi ke isu yang lagi marah di sini. Tapi mungkin komposisi kalimatnya bisa misleading. Sudah diubah )
@Ungki Sama satu lagi, visualnya selalu mantap. Bajirao Mastani pun gila gambar-gambarnya
kalau secara keseluruhan lebih bagus mana dibanding bajirao mastani mas rasyid?
SLB memang juara kalau bikin film epic, megah/kolosal dan penuh warna tp entah kenapa selalu kurang rasa... entah kenapa sy tdk tersentuh dgn endingnya yg tragis, bukan di film ini saja tp di 2 film sebelumnya. Overal film ini bagus memanjakan mata dgn warna dan tari2annya yg keren habis tp kurang dirasa.
@bagus Sama-sama oke sih walau sedikit lebih suka Bajirao Mastani
@agoesinema Mungkin kurang cocok sama gaya "overly dramatic" dia atau kurang relate sama tema yang diangkat
Posting Komentar