LONDON LOVE STORY 3 (2018)
Rasyidharry
Februari 10, 2018
Derby Romero
,
Dimas Anggara
,
Indonesian Film
,
Kurang
,
Michelle Ziudith
,
REVIEW
,
Romance
,
Sukhdev Singh
,
Tisa TS
9 komentar
London Love Story 3 jelas ditujukan bagi para penggemar
saja. Penonton di luar lingkup tersebut, seperti saya, meski setia mengikuti
dari film pertama, akan kesulitan mengingat kejadian-kejadian yang telah lalu.
Bahkan sedikit flashback tak begitu
membantu. Kenapa dulu Caramel (Michelle Ziudith) meninggalkan Dave (Dimas
Anggara)? Apa Dave sebelumnya pernah mengalami kecelakaan? Semua samar-samar di
ingatan. Satu yang film ini terus coba ingatkan, bahwa Caramel pernah berdoa
supaya Tuhan mengambil nyawanya satu hari sebelum Dave. Doa ini mengerikan bagi
Dave, sebab jika kelak Caramel meninggal, ia tahu keesokan harinya akan menyusul.
Doa tersebut hampir jadi kenyataan, saat keduanya mengalami
kecelakaan beberapa minggu sebelum melangsungkan pernikahan di Bali. Kecelakaan
yang membuat Caramel tidak mampu menggerakkan kakinya, dan menurut Dokter Rio
(Derby Romero), ada kemungkinan ia lumpuh total. Identitas Dokter Rio sendiri
adalah twist. Kejutan yang
eksekusinya penuh lubang logika sekaligus tanpa signifikansi kecuali sebagai
pemenuhan obligasi. Karena ini termasuk salah satu ciri khas Screenplay.
Saya membayangkan duo penulis naskahnya, Tisa TS dan Sukhdev
Singh menyimpan template berisi checklist mengenai apa saja yang wajib
muncul dalam film Screenplay. Twist?
Cek. Kecelakaan atau penyakit? Cek. Jalan-jalan dengan mobil mewah? Cek. Dialog
puitis? Cek. Khusus soal dialog, kuantitasnya sedikit dikurangi, meski obrolan
berkepanjangan tetap setia mengisi. Begitu panjang dan berulang, satu pokok
permasalahan bisa dibahas dua kali, di mana sekali pembicaraan bisa berlangsung
5 menit.
Memasuki film ketiga (plus penampilan di produksi Screenplay
lain), Michelle Ziudith makin cakap menjual momen bertabur kalimat “puitis”. Dia
tersipu, menangis, tertawa dengan alamiah, seolah kata-kata gombal yang Dave
lontarkan merupakan hal yang normal keluar dari mulut manusia pada umumnya.
Untuk Dimas Anggara, nyatanya ia cukup menarik disimak ketika tak dituntut
bermanis ria lewat puisi. Saat Dave berpura-pura hendak menghajar Rio misalnya.
Momen ringan namun hidup seperti itu yang sejatinya Screenplay butuhkan agar
film-filmnya bernyawa.
Poin plus layak diberikan terhadap kemauan Tisa TS dan
Sukhdev Singh bergerak ke ranah lebih kelam. Konflik London Love Story 3 bukan lagi tentang cinta segitiga. Gejolak
psikis Caramel kala bergulat dengan ketakutan serta shock tentu lebih rumit daripada kebingungan mengenai memilih kekasih. Kondisi itu membuatnya menolak percaya pada keajaiban.
Sudah pasti itu sementara. Kita tahu bahwa setelah proses penuh simplifikasi,
Caramel bakal mempercayai keajaiban lagi sebagaimana para penulisnya
mempercayakan penyelesaian masalah pada keajaiban. Paling tidak ada usaha
merangkai adegan romantis terkait keajaiban tersebut.
Seperti trailer-nya
telah paparkan, Caramel akan meminta Dave mengakhiri hubungan mereka. Alasannya
dua: Pertama, Caramel tidak tahan melihat sang cinta sejati harus mengurusnya
bagai perawat. Kedua, Caramel merasa Dave memberinya harapan palsu dengan
meyakinkan jika ia akan segera sembuh. Andai penekanan diberikan kepada alasan
kedua, tujuan menyusun konflik yang lebih dewasa bakal terpenuhi. Tapi London Love Story 3 memang khusus untuk
para penggemar yang mayoritas belum memasuki usia dewasa.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
9 komentar :
Comment Page:Hahaha Semalem abis nonton LLS2 di iflix. Yang ke 3 Pengin nyesel tapi takut nonton
...
berati kalau nonton ni film ane dah ketuaan hehe
LLS 1 cuma sanggup nonton beberapa menit langsung stop
LLS 2 ga minat nonton
LLS 3 tambah ga minat
lady bird kira2 tayang kpn ya mas di bioskop
@Dimas kalo bukan targetnya jangan, masih ada panther hitam & eiffel
@imam siapa tahu jiwanya muda kan :D
@jackman padahal LLS pertama paling mending haha
@Febrian rencananya bulan ini. Kalau mundur paling lama ya Maret
Ciye ...Terperosok ke lubang yg sama 3x
kenapa klau cewe yg nonton ginian selalu dblang bagus ya?
Iya sih mas. Sya lebih nunggu Eiffel sama penasaran dg Bayi gaib
@Taufik Bukan cewek, cewek ABG tepatnya. Tapi yang dewasa, mau cowok apa cewek juga banyak yang suka kok
Posting Komentar