LONDON LOVE STORY 3 (2018)

9 komentar

London Love Story 3 jelas ditujukan bagi para penggemar saja. Penonton di luar lingkup tersebut, seperti saya, meski setia mengikuti dari film pertama, akan kesulitan mengingat kejadian-kejadian yang telah lalu. Bahkan sedikit flashback tak begitu membantu. Kenapa dulu Caramel (Michelle Ziudith) meninggalkan Dave (Dimas Anggara)? Apa Dave sebelumnya pernah mengalami kecelakaan? Semua samar-samar di ingatan. Satu yang film ini terus coba ingatkan, bahwa Caramel pernah berdoa supaya Tuhan mengambil nyawanya satu hari sebelum Dave. Doa ini mengerikan bagi Dave, sebab jika kelak Caramel meninggal, ia tahu keesokan harinya akan menyusul.

Doa tersebut hampir jadi kenyataan, saat keduanya mengalami kecelakaan beberapa minggu sebelum melangsungkan pernikahan di Bali. Kecelakaan yang membuat Caramel tidak mampu menggerakkan kakinya, dan menurut Dokter Rio (Derby Romero), ada kemungkinan ia lumpuh total. Identitas Dokter Rio sendiri adalah twist. Kejutan yang eksekusinya penuh lubang logika sekaligus tanpa signifikansi kecuali sebagai pemenuhan obligasi. Karena ini termasuk salah satu ciri khas Screenplay.
Saya membayangkan duo penulis naskahnya, Tisa TS dan Sukhdev Singh menyimpan template berisi checklist mengenai apa saja yang wajib muncul dalam film Screenplay. Twist? Cek. Kecelakaan atau penyakit? Cek. Jalan-jalan dengan mobil mewah? Cek. Dialog puitis? Cek. Khusus soal dialog, kuantitasnya sedikit dikurangi, meski obrolan berkepanjangan tetap setia mengisi. Begitu panjang dan berulang, satu pokok permasalahan bisa dibahas dua kali, di mana sekali pembicaraan bisa berlangsung 5 menit.

Memasuki film ketiga (plus penampilan di produksi Screenplay lain), Michelle Ziudith makin cakap menjual momen bertabur kalimat “puitis”. Dia tersipu, menangis, tertawa dengan alamiah, seolah kata-kata gombal yang Dave lontarkan merupakan hal yang normal keluar dari mulut manusia pada umumnya. Untuk Dimas Anggara, nyatanya ia cukup menarik disimak ketika tak dituntut bermanis ria lewat puisi. Saat Dave berpura-pura hendak menghajar Rio misalnya. Momen ringan namun hidup seperti itu yang sejatinya Screenplay butuhkan agar film-filmnya bernyawa.
Poin plus layak diberikan terhadap kemauan Tisa TS dan Sukhdev Singh bergerak ke ranah lebih kelam. Konflik London Love Story 3 bukan lagi tentang cinta segitiga. Gejolak psikis Caramel kala bergulat dengan ketakutan serta shock tentu lebih rumit daripada kebingungan mengenai memilih kekasih. Kondisi itu membuatnya menolak percaya pada keajaiban. Sudah pasti itu sementara. Kita tahu bahwa setelah proses penuh simplifikasi, Caramel bakal mempercayai keajaiban lagi sebagaimana para penulisnya mempercayakan penyelesaian masalah pada keajaiban. Paling tidak ada usaha merangkai adegan romantis terkait keajaiban tersebut.

Seperti trailer-nya telah paparkan, Caramel akan meminta Dave mengakhiri hubungan mereka. Alasannya dua: Pertama, Caramel tidak tahan melihat sang cinta sejati harus mengurusnya bagai perawat. Kedua, Caramel merasa Dave memberinya harapan palsu dengan meyakinkan jika ia akan segera sembuh. Andai penekanan diberikan kepada alasan kedua, tujuan menyusun konflik yang lebih dewasa bakal terpenuhi. Tapi London Love Story 3 memang khusus untuk para penggemar yang mayoritas belum memasuki usia dewasa.

9 komentar :

Comment Page:
dim mukti mengatakan...

Hahaha Semalem abis nonton LLS2 di iflix. Yang ke 3 Pengin nyesel tapi takut nonton
...

Imam rahmad raharja mengatakan...

berati kalau nonton ni film ane dah ketuaan hehe

Jackman mengatakan...

LLS 1 cuma sanggup nonton beberapa menit langsung stop
LLS 2 ga minat nonton
LLS 3 tambah ga minat

Unknown mengatakan...

lady bird kira2 tayang kpn ya mas di bioskop

Rasyidharry mengatakan...

@Dimas kalo bukan targetnya jangan, masih ada panther hitam & eiffel

@imam siapa tahu jiwanya muda kan :D

@jackman padahal LLS pertama paling mending haha

@Febrian rencananya bulan ini. Kalau mundur paling lama ya Maret

Ulik mengatakan...

Ciye ...Terperosok ke lubang yg sama 3x

Gerhana mengatakan...

kenapa klau cewe yg nonton ginian selalu dblang bagus ya?

dim mukti mengatakan...

Iya sih mas. Sya lebih nunggu Eiffel sama penasaran dg Bayi gaib

Rasyidharry mengatakan...

@Taufik Bukan cewek, cewek ABG tepatnya. Tapi yang dewasa, mau cowok apa cewek juga banyak yang suka kok