BLACKMAIL (2018)
Rasyidharry
April 09, 2018
Abhinay Deo
,
Arunoday Singh
,
Comedy
,
Divya Dutta
,
Hindi Movie
,
Irrfan Khan
,
Kirti Kulhari
,
Lumayan
,
Parveez Sheikh
,
Pradhuman Singh
,
REVIEW
,
Thriller
12 komentar
Blackmail bercerita soal Dev Kaushal (Irrfan
Khan), pria paruh baya yang bertransformasi dari pegawai kantoran biasa—namun kurang
bahagia—menjadi seorang kriminal, serta bagaimana satu keburukan kecil bakal
menggiring pelakunya menujuk keburukan berikutnya yang jauh lebih besar. Dev
menyesali pernikahannya, memilih pulang larut, bermain Pac-Man di kantor,
sampai bermasturbasi memakai foto istri/pasangan rekan kerja yang diam-diam ia ambil
dari meja mereka. Dengan kondisi tersebut, sebagai “budak korporat” kota besar
yang penuh tekanan, tendensi Dev terjerumus pada tindak kriminalitas akibat
kehilangan kesabaran dan kewarasan pun cukup besar tanpa perlu ada campur
tangan kasus pemerasan.
Atas saran teman sekantornya, Anand (Pradhuman Singh), Dev
berusaha menyegarkan lagi rumah tangganya dengan Reena (Kirti Kulhari) lewat
pemberian kejutan. Pulang sambil membawa bunga, Dev justru mendapati sang istri
tengah bersama pria lain. Namanya Ranjit, (Arunoday Singh), suami puteri
pengusaha kaya, Dolly Verma (Divya Dutta), yang menikah hanya demi harta
istrinya. Beberapa sekuen imajinasi—yang di menit-menit berikutnya bakal sering
diulang—menggambarkan keinginan Dev menghabisi Reena dan Ranjit, tapi begitu teringat
setumpuk tagihan yang meneror, niat itu diurungkan. Dev memutuskan memeras
Ranjit kalau tidak mau perselingkuhannya terbongkar.
100 ribu rupee. Itu jumlah yang diminta Dev. Tidak terlampau
besar, karena di samping memberi pelajaran, Dev memang hanya ingin melunasi
tanggungan finansial. Namun, berpijak dari satu pemerasan ini, naskah buatan
Parveez Sheikh dan Pradhuman Singh (penulis dialog) menyajikan komedi hitam
berbasis situasi menggelitik tatkala pemerasan demi pemerasan berikutnya
terjadi. Pelaku jadi korban, korban jadi pelaku, sementara uang yang dibayarkan
terus berputar, berpindah tangan bak tanpa ujung. Para tokohnya kebingungan,
begitu pula penulis naskah yang seiring bertambahnya jumlah pemerasan, terjebak
dalam lingkaran setan berupa momen-momen repetitif yang perlahan kehilangan
taring, serupa adegan “imajinasi Dev”.
Memaksimalkan potensi komedi hitam jauh lebih sulit ketimbang
komedi biasa (yang sudah tergolong sulit). Bagaimana menyulap situasi yang sewajarnya
menyulut emosi negatif—kematian, kekerasan, kesedihan—menjadi kelucuan jelas
butuh kejelian pengadeganan sekaligus kepekaan. Mengawali karir lewat komedi
hitam Delhi Belly (2011) yang
membawanya memenangkan Filmfare Award untuk kategori “Best Debut Director”, Abhinay Deo nyatanya masih keteteran di
beberapa kesempatan, sehingga daya bunuh banyak humor gelapnya surut. Berbeda
dengan Irrfan Khan yang tampak meyakinkan memerankan pria kantoran biasa yang
tidak berdaya, tersudut, dan sewaktu ia menjalankan aksinya, saya pun bersedia
berdiri di belakangnya.
Blackmail turut melanjutkan pencapaian banyak
tontonan Bollywood yang semakin piawai menyentil isu-isu sosial. Secara
gamblang, kita dibawa menyaksikan 4 pemerasan, tetapi di balik itu, secara
tersirat, muncul bentuk-bentuk pemerasan lain yang sejatinya lebih jamak kita
temui di keseharian. Pihak pemerintah daerah yang meminta sejumlah besar uang
suap, detektif swasta yang mematok harga luar biasa tinggi, sampai perusahaan
yang alih-alih memberi kenaikan gaji atau minimal bonus justru memaksa
karyawannya bekerja lebih keras tanpa imbalan lebih. Seluruhnya adalah
pemerasan dalam wujud yang berbeda. Sementara lewat kehidupan karakter Dev,
kita diajak mengintip kondisi karyawan swasta kelas semenjana di kota.
Sempat berlangsung repetitif di pertengahan, untungnya perjalanan
hampir dua setengah jam—tepatnya 139 menit—ini ditutup oleh konklusi memuaskan
berkat naskah yang telaten merajut deretan
trik dalam rencana kompleks penuh bumbu kejutan yang menyatukan berbagai poin plot dengan cerdik ditambah cara bertutur rapi
dari sang sutradara. Blackmail adalah
soal kompetisi kecoh-mengecoh, tipu-menipu, dan saling makan, tidak jauh beda
dengan Pac-Man yang nyaris tiap malam Dev mainkan. Sekali seseorang berbuat keburukan,
tinggal menunggu waktu hingga keburukan-keburukan berikutnya menyusul. Blackmail memperlihatkan itu.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
12 komentar :
Comment Page:Selalu suka pembawaan karakter Irrfan di setiap filmnya. Sayang film "Sapna Didi" tentang gangster India wanita bersama Deepika Padukone harus di tunda karena penyakit langka yang di derita Irrfan. Get Well Soon Irrfan Khan...
Bukan aktor favorit
Tapi sering nonton film2 Irfan Khan
Dan rata2 cukup memuaskan
Terakhir nonton filmnya: Hindi Medium
Blackmail ini tayang di bioskop Indo juga ya min?
Film kelas B ya?
@Jackman Tayang dong, ini makanya di-review :)
@Antoni Nggak lah, Irrfan Khan sekarang masa bikin B-Movie.
Wah ane udah lama gk nonton film India -terakhir nonton PK-.....
Bang Raysid udah pernah nonton "Pather Panchali"? reviewnya kayanya bgs.....
Coba deh nonton, makin keren film India sekarang ini.
Nah belum itu, belum banyak film India jadul yang ditonton.
nampaknya seru nie bisa di nonton ^.^
saya selalu ikut ,gas gas gan
hadir gan, selalu mengikutinya
DONE4D
DONE4D SITUS JUDI SLOT GACOR INDONESIA MEMILIKI BERBAGAI MACAM GAME HOKI WAST UP : +62 8953 2816 0339
film ini sangat mengoda, seru lah pokoknya
recommend deh situs judi slot terbaik dan terpercaya no 1
Posting Komentar