SEARCHING (2018)
Rasyidharry
Agustus 27, 2018
Aneesh Chaganty
,
Debra Messing
,
John Cho
,
Michelle La
,
REVIEW
,
Sangat Bagus
,
Sara Sohn
,
Sev Ohanian
,
Thriller
32 komentar
“Could you please tell me everything you know about your son/daughter?”.
Tentu kita sering mendengar pertanyaan serupa diajukan pihak kepolisian
terhadap orang tua dalam film tentang hilangnya seseorang. Tapi David Kim (John
Cho) tidak benar-benar mampu menjawab. Dia tidak berteman atau mengikuti sang
puteri, Margot (Michelle La), di sosial media, tidak pula mengenal satu pun
temannya di dunia nyata. Kondisi yang menjadikan Searching—seperti tagline-nya—bukan
cuma usaha mencari keberadaan Margot, juga proses David mencari tahu siapa
Margot sesungguhnya.
Beberapa arsip dari kompter
keluarga Kim membuka filmnya, menunjukkan tahun-tahun bahagia mereka, sedari
lahirnya Margot, video aktivitas bersama, sampai foto-foto hari pertama tiap
Margot menempuh tahun ajaran baru di sekolah. Iringan musik indah berbasis
piano buatan Torin Borrowdale akan membuat hati terenyuh seketika. Musiknya bak
diambil dari katalog Pixar, dan secara kebetulan, ini merupakan montage pembuka paling menyentuh yang
pernah saya saksikan sejak Up (2009).
Sayang, seperti Up, montage dalam debut penyutradaraan Aneesh
Chaganty berujung duka kala istri David, Pamela (Sara Sohn), meninggal akibat
kanker. Lalu segalanya berubah.
David enggan membahas perihal
kematian sang istri, mengakibatkan hubungannya dengan Margot merenggang. Saat
suatu malam si gadis remaja tak kembali pulang, David pun kelimpungan. Polisi
dihubungi, kasus orang hilang dibuka, investigasi dimulai. David sendiri
melakukan pencarian via internet, memeriksa akun sosial media juga podcast buatan Margot, yang berperan membuka
mata David, bahwa ia sama sekali tak mengenal sang puteri. David tak mampu
mengunjungi langsung teman-teman Margot sebab ia tak tahu siapa mereka,
menjadikan proses mencari melalui internet suatu langkah masuk akal. Itu
bantuan terbesar yang bisa David sumbangkan untuk Detektif Rosemary Vick (Debra
Messing) yang bertugas menangani kasusnya.
Investigasi online David secara mengejutkan tampil realistis. Mencari kata
sandi akun melalui verifikasi surel, memanfaatkan Google guna mencari nomor
kontak, semua merupakan hal-hal yang bisa, bahkan kemungkinan sering penonton
lakukan. Dan—koreksi kalau saya salah—seluruh situs yang Searching munculkan benar-benar bisa diakses. Pada film di mana
internet berperan besar, tentu tidak lengkap jika kisahnya tak menyentil
perilaku warganet. Begitu pemberitaan kasus Margot membesar, rekan-rekan
sekelas yang tak terlalu akrab berbondong-bondong mengaku sebagai sahabat, latah
menyuarakan simpati melalui status media sosial. Tidak dalam kuantitas besar,
namun elemen di atas cukup memberi satir menggelitik seputar kepalsuan dan
panjat sosial dunia maya.
Beberapa penonton tentu akan
menyandingkan Searching dengan Unfriended (2014) mengingat keduanya
sama-sama mengambil sudut pandang rekaman webcam.
Tapi tidak. Searching mengembangkan
teknik itu lebih jauh. Bukan aja komputer, telepon genggam, CCTV, hingga
liputan berita turut dipakai, memberi variasi penjaga kestabilan intensitas tanpa
perlu melenceng dari konsep dasar. Variasi lain dimiliki tone-nya, yang meski serius dan sesekali menyentuh teritori yang
cukup kelam, naskah buatan Aneesh Chaganty dan Sev Ohanian masih punya waktu menyelipkan
humor, yang makin lucu karena bukan mustahil, beberapa kerap kita lakukan
selama menjalani keseharian bersosial media.
Sebagai sutradara, Chaganty melakukan
pekerjaan luar biasa ketika sanggup mengangkat tensi ke tingkatan lebih tinggi
ketika film memasuki pertengahan, yang biasanya, jadi momen saat thriller kehilangan daya cengkeramnya.
Peningkatan tersebutbertempat di “adegan danau”, sewaktu investigasinya “banting
setir”, bergerak ke arah tak terduga yang semakin darurat, semakin genting,
semakin menegangkan. Dan semakin intens filmnya, bertambah pula tantangan bagi
John Cho menghadirkan performa meyakinkan mengingat hampir sepanjang durasi, ia
hanya menatap layar komputer maupun telepon genggam. Tapi Cho lancar mengolah
rasa, mejadikan film ini layaknya rekaman pengakuan dosa yang jujur dan
personal.
Setiap fase pencarian mengungkap
fakta baru sedikit demi sedikit, dan setiap fakta, mengarahkan kita menuju
kejutan. Banyak kejutan. Setelah skenario suatu situasi berjalan, memang mudah
menebak apakah itu faktual atau misleading,
tapi anda takkan menduga kebenaran sesunggunya. Setidaknya, tidak secara detail
nan menyeluruh. Pun kebenaran tersebut masih selaras dengan tema utama film,
bukti jika keberadaannya bukan semata demi faktor kejutan. Twist terbaik tidak (hanya) dinilai dari seberapa mengejutkan. Twist terbaik tidak datang entah dari
mana, tapi serupa yang dicontohkan Searching,
tertanam sepanjang film. Andai kita dan David memberi perhatian lebih.....
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
32 komentar :
Comment Page:Twist ending tergokil..sungguh luar biasa ..sayabampe melongo naskahnya solid bngt
njir penasaran sumpah
Saya sempat terkecoh di pertengahan film.. opini di giring pelan pelan ke ranah yang tak pernah saya duga dari awal. Dan ketika twist terakhir di ungkap.. saya reflek tepuk tangan.. Sutradaranya patut di sembah .. hahaha . Brilian
Lah, tambah penasaran gw.. Harus nyempetin ni tipe2 film bagus yg ga lama naik layar
@Koko Nggak sempet tepuk tangan, keburu sibuk tahan biar nggak nangis haha
@Cahyo Yes, jumlah layarnya nggak banyak. Kamis kemungkinan (hampir) habis.
Film yang membuat saya kecele skitar 3x,kirain udah bisa nebak ternyata....
Saat ngirain endingnya bakal berujung...,ternyata
saat ngirain fish n chipss..,ternyata
Film ini banyak kejutan. Dan betul kalau kita jeli,smua sudah hint dari awal
SPOILER ALERT SPOILER ALERT SPOILER ALERT !!!!
Kalau sangat jeli dan benar fokus menyimak, sebenarnya di tengah-tengah film dikasih tahu siapa pelakunya. Di saat ngobrol via facetime tetiba anaknya nongol di pintu, trus anaknya dimarahin, "Let me handle this problem.."
Yes, semua udah ada, bukan tipu-tipu yang "diada-adain".Jago bener misleading-nya. Pas Vick marahin anaknya kita maklum. Lagi di tengah facetime, ngomongin kerjaan ruwet, mendadak masuk pula. Eh ternyata....
Bang aktingnya John Cho gimana, cocok ga maen thriler penuh emosi gini, Entah kenapa sejak Harold & Kumar gua bakal selalu liat Cho sebagai Harold di setiap film wkwk
@Syaiful Akting Cho udah dibahas kok di review :)
Spoiler alert!
Bang mau tanya trus yg si pembunuh + drug dealer itu dia mati ato dibunuh sama si vick yah? Dia itu kan rekanan sm vick
Yes, dibunuh atau dimanipulasi buat bunuh diri.
Kemarin di bekasi sisa 2 studio XXI yg nayangin film ini, hari ini hampir semua bioskop di bekasi kembali nayangin film ini...reviews effects...hahaha...ternyata film thriller bagus ga hrs muter2 dan lebih dr 2 jam durasinya ya..hehe
Ini lebih gokil dari Unfriended, walaupun presentasinya sama. Aneesh Chaganty dan Ari Aster ke depan bakal diperhitungkan keknya bang ya?
@tegar Nah itu poinnya. Thriller itu bisa dari hal terkecil di kehidupan kita kok :D
@Reza Oh yes, Unfriended nggak pakai emosi hangat & masuk ke supranatural, lebih bebas. Ini kudu ati-ati karena realis. Ari Aster jelas, at least jadi langganan A24. Sejak Juli udah syuting "Midsommar". Chaganty tinggal nunggu proyek dateng aja. Paling tahun depan udah ada film lagi.
Sebuah film yang bikin emosi campur aduk.Saya bisa tegang,takut,penasaran,kesel,sedih,ketawa,bahkan hampir nangis.Twistnya juga bikin saya melongo ditambah juga banyak sekali satir yang menyentil bikin saya curiga kalau Chaganty ini generasi millenial,akting John Cho sama Michelle La juga natural,gak berlebihan dan emosinya nyampe banget.Kirain bakal mirip-mirip sama Unfriended,tapi ternyata Searching jauh lebih luas dan jauh berbeda.Menurut saya Searching ini film yang paling unik dan salah satu terbaik tahun ini.
@karlstein Hehe bukan karena milenial ternyata. Short film-nya Chaganty, "Seeds", diambil pakai Google Glass, dan menyentuh macam "Searching", cuma bukan thriller. Habis itu dia dikontrak Google Creative Lab, kayaknya dari situ makin terbiasa otak-atik teknologi.
Akhirnya semalam gue baru bisa nonton ini film. Dan memang totally keren sih, diperhitungkan banget segala detil teknologi dari yang masih jadul jaman2 windows xp ampe mainnya ke macintosh. baca komen @badminton setuju sih kalau jeli banget hintnya itu udah kesebar dari awal. udah sempet kecele sama si A, eh salah nyangkanya B eh salah lagi. gokil emang.
Tapi bang rasyid yang jadi tanda tanya itu range dari si margot hilang sampai ketemu berapa hari ya? masih penasaran.
Dan soal kerjaan bapaknya sempet salah fokus sama waktu dia video conference disana kalau gue ga salah liat ada user interface, ada kemungkinan gak sih kalau bapaknya itu kerjaannya berhubungan sama IT? soalnya dia fasih banget keliatannya ngutak ngatik disana sini.
@Lusiana Sekitar 5-6 hari. Badai kalau nggak salah hari ketiga hilang, ketemu H+2 badai. Soal kerjaan bapaknya sih nggak jauh dari IT, mirip kerjaan sutradaranya di Google.
Ceritanya ada mirip-miripnya dg film Drishyam
Drishyam agak copy paste dari film jepang Suspect X (2008)
Bru sempat nonton.. best movies so far brsama hereditary..
Yah benang merahnya tentang sayang org tua trhadap anaknya mengingatkan dgn drishyam
Kalo hilangnya Margot terjadi di Indonesia mungkin ada selipan headline berita online "Ini kata paranormal tentang penunggu Danau Barbosa" atau "Komentar Arie Untung tentang kasus hilangnya Margot ini bikin orang tua tertohok" kali ya hehe. Btw sukses dibuat kesal sama perilaku warganet yang kasih komen pedas tentang internal keluarga Kim (dari pengasuhan David, meme Best Dad of The Year, atau hashtag #FailedDad -yg ini saya gainget pasti apa hashtagnya, cmiiw-) begitu kasus muncul ke permukaan. Kirain yang model begitu warganet sini aja ya ternyata di luar (setidaknya di universe film ini hehe) ada juga yang begitu haha
@James Ooo di luar negeri juga nggak kalah brutal. Sebelum netizen maha benar Indonesia kenal medsos mereka udah segila itu :D
Cinta banget saya sama film ini. Fix
beruntungnya margot karena ini bukan film korea..
Baru semalam nontonnya, luar biasa, bagian akhir saya putar berulang-ulang.
Saya ingin nonton lagi, briliant.
film searching sangat reccomended untuk ditonton. film ini tidak sekedar mengangkat drama, namun juga thriller. kita akan dibuat untuk terus duduk tiap menitnya untuk mengikuti alur cerita yang sangat tidak bisa ketebak ini. film ini sangat disarankan untuk parenting. agan boleh mampir ke blog ane buat baca-baca review filmnya :
http://www.nyimastsuraya.com/2018/11/review-film-searching.html
thanks gan
Bang Rasyid mohon maklum saya agak lemot nih, jadi nonton film searching ni pun berbulan bulan setelah tayang di bioskop, dan itupun setelah baca review movies the best 2018 dari blog ini, saya lantas tergila gila "searching" apapun ttg film searching, tapi dari pen -searching-ngan saya itu kok saya ndak nemu kenapa tulisan yang tampak di layar monitor itu memakai FONT yang aneh ? apakah itu lorem ipsum? atau memang rusak atau bagaimana? saya nggak paham. Maksudnya , font yang tapil di layar itu just like : aadaCDASNAmsaBXADANXX
Tapi saya ngerti karena kan ada subtitlenya.
Jadi gimana Bang? itu memang begitu adanya? apa karena saya liat di internet apa kumaha?
Wah pas di bioskop sih nggak ada yang aneh. Versi Rusia kali itu?
mengapa rating tinggi bgt ? ini film no logic loh .. unrealistik and so boring ... akting bak robot juga .
Silahkan dibaca reviewnya ya
Posting Komentar