SEARCHING (2018)

32 komentar
Could you please tell me everything you know about your son/daughter?”. Tentu kita sering mendengar pertanyaan serupa diajukan pihak kepolisian terhadap orang tua dalam film tentang hilangnya seseorang. Tapi David Kim (John Cho) tidak benar-benar mampu menjawab. Dia tidak berteman atau mengikuti sang puteri, Margot (Michelle La), di sosial media, tidak pula mengenal satu pun temannya di dunia nyata. Kondisi yang menjadikan Searching—seperti tagline-nya—bukan cuma usaha mencari keberadaan Margot, juga proses David mencari tahu siapa Margot sesungguhnya.

Beberapa arsip dari kompter keluarga Kim membuka filmnya, menunjukkan tahun-tahun bahagia mereka, sedari lahirnya Margot, video aktivitas bersama, sampai foto-foto hari pertama tiap Margot menempuh tahun ajaran baru di sekolah. Iringan musik indah berbasis piano buatan Torin Borrowdale akan membuat hati terenyuh seketika. Musiknya bak diambil dari katalog Pixar, dan secara kebetulan, ini merupakan montage pembuka paling menyentuh yang pernah saya saksikan sejak Up (2009). Sayang, seperti Up, montage dalam debut penyutradaraan Aneesh Chaganty berujung duka kala istri David, Pamela (Sara Sohn), meninggal akibat kanker. Lalu segalanya berubah.

David enggan membahas perihal kematian sang istri, mengakibatkan hubungannya dengan Margot merenggang. Saat suatu malam si gadis remaja tak kembali pulang, David pun kelimpungan. Polisi dihubungi, kasus orang hilang dibuka, investigasi dimulai. David sendiri melakukan pencarian via internet, memeriksa akun sosial media juga podcast buatan Margot, yang berperan membuka mata David, bahwa ia sama sekali tak mengenal sang puteri. David tak mampu mengunjungi langsung teman-teman Margot sebab ia tak tahu siapa mereka, menjadikan proses mencari melalui internet suatu langkah masuk akal. Itu bantuan terbesar yang bisa David sumbangkan untuk Detektif Rosemary Vick (Debra Messing) yang bertugas menangani kasusnya.

Investigasi online David secara mengejutkan tampil realistis. Mencari kata sandi akun melalui verifikasi surel, memanfaatkan Google guna mencari nomor kontak, semua merupakan hal-hal yang bisa, bahkan kemungkinan sering penonton lakukan. Dan—koreksi kalau saya salah—seluruh situs yang Searching munculkan benar-benar bisa diakses. Pada film di mana internet berperan besar, tentu tidak lengkap jika kisahnya tak menyentil perilaku warganet. Begitu pemberitaan kasus Margot membesar, rekan-rekan sekelas yang tak terlalu akrab berbondong-bondong mengaku sebagai sahabat, latah menyuarakan simpati melalui status media sosial. Tidak dalam kuantitas besar, namun elemen di atas cukup memberi satir menggelitik seputar kepalsuan dan panjat sosial dunia maya.

Beberapa penonton tentu akan menyandingkan Searching dengan Unfriended (2014) mengingat keduanya sama-sama mengambil sudut pandang rekaman webcam. Tapi tidak. Searching mengembangkan teknik itu lebih jauh. Bukan aja komputer, telepon genggam, CCTV, hingga liputan berita turut dipakai, memberi variasi penjaga kestabilan intensitas tanpa perlu melenceng dari konsep dasar.  Variasi lain dimiliki tone-nya, yang meski serius dan sesekali menyentuh teritori yang cukup kelam, naskah buatan Aneesh Chaganty dan Sev Ohanian masih punya waktu menyelipkan humor, yang makin lucu karena bukan mustahil, beberapa kerap kita lakukan selama menjalani keseharian bersosial media.

Sebagai sutradara, Chaganty melakukan pekerjaan luar biasa ketika sanggup mengangkat tensi ke tingkatan lebih tinggi ketika film memasuki pertengahan, yang biasanya, jadi momen saat thriller kehilangan daya cengkeramnya. Peningkatan tersebutbertempat di “adegan danau”, sewaktu investigasinya “banting setir”, bergerak ke arah tak terduga yang semakin darurat, semakin genting, semakin menegangkan. Dan semakin intens filmnya, bertambah pula tantangan bagi John Cho menghadirkan performa meyakinkan mengingat hampir sepanjang durasi, ia hanya menatap layar komputer maupun telepon genggam. Tapi Cho lancar mengolah rasa, mejadikan film ini layaknya rekaman pengakuan dosa yang jujur dan personal.

Setiap fase pencarian mengungkap fakta baru sedikit demi sedikit, dan setiap fakta, mengarahkan kita menuju kejutan. Banyak kejutan. Setelah skenario suatu situasi berjalan, memang mudah menebak apakah itu faktual atau misleading, tapi anda takkan menduga kebenaran sesunggunya. Setidaknya, tidak secara detail nan menyeluruh. Pun kebenaran tersebut masih selaras dengan tema utama film, bukti jika keberadaannya bukan semata demi faktor kejutan. Twist terbaik tidak (hanya) dinilai dari seberapa mengejutkan. Twist terbaik tidak datang entah dari mana, tapi serupa yang dicontohkan Searching, tertanam sepanjang film. Andai kita dan David memberi perhatian lebih.....

32 komentar :

Comment Page:
Zamal mengatakan...

Twist ending tergokil..sungguh luar biasa ..sayabampe melongo naskahnya solid bngt

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

njir penasaran sumpah

KOKO mengatakan...

Saya sempat terkecoh di pertengahan film.. opini di giring pelan pelan ke ranah yang tak pernah saya duga dari awal. Dan ketika twist terakhir di ungkap.. saya reflek tepuk tangan.. Sutradaranya patut di sembah .. hahaha . Brilian

Cahyo mengatakan...

Lah, tambah penasaran gw.. Harus nyempetin ni tipe2 film bagus yg ga lama naik layar

Rasyidharry mengatakan...

@Koko Nggak sempet tepuk tangan, keburu sibuk tahan biar nggak nangis haha

@Cahyo Yes, jumlah layarnya nggak banyak. Kamis kemungkinan (hampir) habis.

Badminton Battlezone mengatakan...

Film yang membuat saya kecele skitar 3x,kirain udah bisa nebak ternyata....

Saat ngirain endingnya bakal berujung...,ternyata

saat ngirain fish n chipss..,ternyata

Film ini banyak kejutan. Dan betul kalau kita jeli,smua sudah hint dari awal

Omsanto mengatakan...

SPOILER ALERT SPOILER ALERT SPOILER ALERT !!!!




Kalau sangat jeli dan benar fokus menyimak, sebenarnya di tengah-tengah film dikasih tahu siapa pelakunya. Di saat ngobrol via facetime tetiba anaknya nongol di pintu, trus anaknya dimarahin, "Let me handle this problem.."

Rasyidharry mengatakan...

Yes, semua udah ada, bukan tipu-tipu yang "diada-adain".Jago bener misleading-nya. Pas Vick marahin anaknya kita maklum. Lagi di tengah facetime, ngomongin kerjaan ruwet, mendadak masuk pula. Eh ternyata....

Syaiful Rizki mengatakan...

Bang aktingnya John Cho gimana, cocok ga maen thriler penuh emosi gini, Entah kenapa sejak Harold & Kumar gua bakal selalu liat Cho sebagai Harold di setiap film wkwk

Rasyidharry mengatakan...

@Syaiful Akting Cho udah dibahas kok di review :)

Syahrul Tri mengatakan...

Spoiler alert!

Bang mau tanya trus yg si pembunuh + drug dealer itu dia mati ato dibunuh sama si vick yah? Dia itu kan rekanan sm vick

Rasyidharry mengatakan...

Yes, dibunuh atau dimanipulasi buat bunuh diri.

tegar mengatakan...

Kemarin di bekasi sisa 2 studio XXI yg nayangin film ini, hari ini hampir semua bioskop di bekasi kembali nayangin film ini...reviews effects...hahaha...ternyata film thriller bagus ga hrs muter2 dan lebih dr 2 jam durasinya ya..hehe

Reza mengatakan...

Ini lebih gokil dari Unfriended, walaupun presentasinya sama. Aneesh Chaganty dan Ari Aster ke depan bakal diperhitungkan keknya bang ya?

Rasyidharry mengatakan...

@tegar Nah itu poinnya. Thriller itu bisa dari hal terkecil di kehidupan kita kok :D

@Reza Oh yes, Unfriended nggak pakai emosi hangat & masuk ke supranatural, lebih bebas. Ini kudu ati-ati karena realis. Ari Aster jelas, at least jadi langganan A24. Sejak Juli udah syuting "Midsommar". Chaganty tinggal nunggu proyek dateng aja. Paling tahun depan udah ada film lagi.

SINESTESIA mengatakan...

Sebuah film yang bikin emosi campur aduk.Saya bisa tegang,takut,penasaran,kesel,sedih,ketawa,bahkan hampir nangis.Twistnya juga bikin saya melongo ditambah juga banyak sekali satir yang menyentil bikin saya curiga kalau Chaganty ini generasi millenial,akting John Cho sama Michelle La juga natural,gak berlebihan dan emosinya nyampe banget.Kirain bakal mirip-mirip sama Unfriended,tapi ternyata Searching jauh lebih luas dan jauh berbeda.Menurut saya Searching ini film yang paling unik dan salah satu terbaik tahun ini.

Rasyidharry mengatakan...

@karlstein Hehe bukan karena milenial ternyata. Short film-nya Chaganty, "Seeds", diambil pakai Google Glass, dan menyentuh macam "Searching", cuma bukan thriller. Habis itu dia dikontrak Google Creative Lab, kayaknya dari situ makin terbiasa otak-atik teknologi.

Lusiana mengatakan...

Akhirnya semalam gue baru bisa nonton ini film. Dan memang totally keren sih, diperhitungkan banget segala detil teknologi dari yang masih jadul jaman2 windows xp ampe mainnya ke macintosh. baca komen @badminton setuju sih kalau jeli banget hintnya itu udah kesebar dari awal. udah sempet kecele sama si A, eh salah nyangkanya B eh salah lagi. gokil emang.
Tapi bang rasyid yang jadi tanda tanya itu range dari si margot hilang sampai ketemu berapa hari ya? masih penasaran.
Dan soal kerjaan bapaknya sempet salah fokus sama waktu dia video conference disana kalau gue ga salah liat ada user interface, ada kemungkinan gak sih kalau bapaknya itu kerjaannya berhubungan sama IT? soalnya dia fasih banget keliatannya ngutak ngatik disana sini.

Rasyidharry mengatakan...

@Lusiana Sekitar 5-6 hari. Badai kalau nggak salah hari ketiga hilang, ketemu H+2 badai. Soal kerjaan bapaknya sih nggak jauh dari IT, mirip kerjaan sutradaranya di Google.

Anonim mengatakan...

Ceritanya ada mirip-miripnya dg film Drishyam

Anonim mengatakan...

Drishyam agak copy paste dari film jepang Suspect X (2008)

Chan hadinata mengatakan...

Bru sempat nonton.. best movies so far brsama hereditary..
Yah benang merahnya tentang sayang org tua trhadap anaknya mengingatkan dgn drishyam

James mengatakan...

Kalo hilangnya Margot terjadi di Indonesia mungkin ada selipan headline berita online "Ini kata paranormal tentang penunggu Danau Barbosa" atau "Komentar Arie Untung tentang kasus hilangnya Margot ini bikin orang tua tertohok" kali ya hehe. Btw sukses dibuat kesal sama perilaku warganet yang kasih komen pedas tentang internal keluarga Kim (dari pengasuhan David, meme Best Dad of The Year, atau hashtag #FailedDad -yg ini saya gainget pasti apa hashtagnya, cmiiw-) begitu kasus muncul ke permukaan. Kirain yang model begitu warganet sini aja ya ternyata di luar (setidaknya di universe film ini hehe) ada juga yang begitu haha

Rasyidharry mengatakan...

@James Ooo di luar negeri juga nggak kalah brutal. Sebelum netizen maha benar Indonesia kenal medsos mereka udah segila itu :D

Unknown mengatakan...

Cinta banget saya sama film ini. Fix

4869 mengatakan...

beruntungnya margot karena ini bukan film korea..

Unknown mengatakan...

Baru semalam nontonnya, luar biasa, bagian akhir saya putar berulang-ulang.
Saya ingin nonton lagi, briliant.

Unknown mengatakan...

film searching sangat reccomended untuk ditonton. film ini tidak sekedar mengangkat drama, namun juga thriller. kita akan dibuat untuk terus duduk tiap menitnya untuk mengikuti alur cerita yang sangat tidak bisa ketebak ini. film ini sangat disarankan untuk parenting. agan boleh mampir ke blog ane buat baca-baca review filmnya :

http://www.nyimastsuraya.com/2018/11/review-film-searching.html

thanks gan

Anonim mengatakan...

Bang Rasyid mohon maklum saya agak lemot nih, jadi nonton film searching ni pun berbulan bulan setelah tayang di bioskop, dan itupun setelah baca review movies the best 2018 dari blog ini, saya lantas tergila gila "searching" apapun ttg film searching, tapi dari pen -searching-ngan saya itu kok saya ndak nemu kenapa tulisan yang tampak di layar monitor itu memakai FONT yang aneh ? apakah itu lorem ipsum? atau memang rusak atau bagaimana? saya nggak paham. Maksudnya , font yang tapil di layar itu just like : aadaCDASNAmsaBXADANXX

Tapi saya ngerti karena kan ada subtitlenya.

Jadi gimana Bang? itu memang begitu adanya? apa karena saya liat di internet apa kumaha?

Rasyidharry mengatakan...

Wah pas di bioskop sih nggak ada yang aneh. Versi Rusia kali itu?

ifah mengatakan...

mengapa rating tinggi bgt ? ini film no logic loh .. unrealistik and so boring ... akting bak robot juga .

Rasyidharry mengatakan...

Silahkan dibaca reviewnya ya