SEBELUM IBLIS MENJEMPUT (2018)
Rasyidharry
Agustus 05, 2018
Bagus
,
Chelsea Islan
,
Fajar Yuskemal
,
Hadijah Shahab
,
horror
,
Indonesian Film
,
Karina Suwandi
,
Pevita Pearce
,
Ray Sahetapy
,
REVIEW
,
Samo Rafael
,
Timo Tjahjanto
51 komentar
Kenapa kualitas horor lokal tak berbanding lurus seiring
dengan peningkatan kuantitasnya belakangan? Kemungkinan besar karena mayoritas
pembuatnya, meski sering menonton horor (who
doesn’t?), tidak menaruh rasa cinta terhadapnya, sehingga kurang memahami
seluk beluknya akibat miskin referensi. Sebab horor sendiri beraneka ragam
cabangnya. Dari trashy sampai artsy, dari slasher sampai supranatural. Selain Joko Anwar yang sudah kita
saksikan pembuktiannya lewat Pengabdi
Setan, ada Timo Tjahjanto yang sebelumnya mempersembahkan Rumah Dara (sebagai Mo Brothers bersama
Kimo Stamboel) juga Safe Haven
(berduet dengan Gareth Evans) selaku segmen dalam antologi V/H/S/2 (2013).
Harapan publik, termasuk saya, kepada karya terbaru Timo, Sebelum Iblis Menjemput, luar biasa
besar. Apalagi setelah menanti hampir setahun, belum ada horor lokal mumpuni
penerus prestasi Pengabdi Setan. Sebelum Iblis Menjemput dibuat atas
dasar kekaguman Timo atas Sam Raimi, khususnya trilogi Evil Dead. Teror datang dari entitas jahat yang merasuki manusia,
mengubah mereka jadi makhluk buas seperti Deadite, lengkap dengan riasan serupa
(plus sedikit pengaruh dari Pazuzu-nya The
Exorcist?), yang pada salah satu serangannya, melompat dalam balutan POV shot sebagaimana gemar dipakai
Raimi.
Ceritanya masih memakai formula “cabin in the wood”, tapi alih-alih sekelompok remaja penuh hasrat,
tokohnya terdiri atas anggota keluarga disfungsional. Ketika Lesmana (Ray
Sahetapy), mantan pengusaha sukses yang telah bangkrut terbaring di rumah sakit
akibat penyakit misterius, puteri dari pernikahan pertamanya, Alfie (Chelsea
Islan) terpaksa kembali pulang. Alfie masih terluka karena dahulu Lesmana
meninggalkan ia dan ibunya, yang kemudian tewas bunuh diri, untuk menikahi
artis ternama, Laksmi (Karina Suwandi). Pernikahan kedua ini memberi Lesmana
tiga buah hati: Maya (Pevita Pearce), Ruben (Samo Rafael), dan si bungsu Nara
(Hadijah Shahab).
Berniat menguasai harta sang suami, Laksmi mengajak ketiga
anaknya mengunjungi vila milik Lesmana guna mencari barang berharga yang bisa “diamankan”.
Tapi mereka, termasuk Alfie yang datang karena enggan membiarkan Laksmi berbuat
seenaknya, justru menemukan rahasia mengerikan serta teror mematikan yang
disembunyikan sang ayah. Jangan berharap rekonsiliasi emosional di antara
mereka. Melalui Sebelum Iblis Menjemput,
Timo hanya ingin memindahkan neraka dan segala isinya ke dunia manusia. Menghadirkan
kengerian audiovisual merupakan tujuan tunggal film ini.
Departemen audio, selain lagu bernuansa lawas berjudul Hampa, diisi scoring karya Fajar Yuskemal (The
Raid, Killers) yang mengkombinasikan denting piano ritmis bernada tinggi di
satu kesempatan, dengan bunyi synth
yang memunculkan kesan serupa music score era 70-80an macam Tubular Bells (lagu tema The Exorcist) di kesempatan lain. Tidak
heran, sebab sengaja atau tidak, Sebelum
Iblis Menjemput juga mengingatkan pada film buatan William Friedkin itu. Apabila
Friedkin sesekali menyelipkan “wajah iblis” secara sembunyi-sembunyi, Timo pun
sempat memasukkan sekilas penampakan yang mungkin penonton lewatkan (hint: Chelsea Islan dan bus).
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan seputar film ini
tentu terkait kadar gore. Sebab berkat
itulah karya Timo banyak digandrungi pecinta horor. Sebelum Iblis Menjemput boleh tidak seeksplisit Rumah Dara, pun tak menumpahkan darah
sebanyak itu, namun cukup untuk membuat anda meringis ngeri sambil menutup
mata. Beberapa elemen gore juga
berfungsi melengkapi jump scare, yang
Timo kemas agar tidak asal mengageti, pula berdampak. Saat iblis menyeret tubuh
karakternya, kita melihat kuku-kuku si karakter terlepas, berdarah, sebagai
akibat usaha melarikan diri. Iblis muncul bukan cuma untuk “setor muka”, melainkan ada usaha nyata
mendatangkan maut bagi korbannya.
Timo, seperti sutradara horor bertalenta lain, pandai memainkan
ekspektasi. Salah satu sekuen paling menegangkan, melibatkan Nara di kamar
tidur. Timo paham kapan penonton menduga jump
scare bakal menyerbu. Berbekal itu, saya dipaksa menahan nafas,
terombang-ambing di tengah penantian tidak pasti, sambil secara perlahan, dibarengi
keheningan, wajah asli teror diungkap. Sedangkan alur berjalan penuh
kesabaran, terkadang pelan, tetapi tak pernah melepakan cengkeraman berkat ketelatenan Timo, yang turut menulis naskahnya, menjabarkan poin-poin kisah secara bertahap. Pemilihan timing-nya tepat, kapan mesti menggeber kengerian, kapan mesti berhenti sejenak guna bernarasi. Begitu teror diluncurkan, hadrilah pertunjukan mengenai cara
memacu adrenalin berbekal kekacauan situasi.
Pujian wajib diberikan untuk tiga pemeran wanitanya. Berkat
mereka, “Neraka Dunia” ciptaan Timo tampak meyakinkan. Chelsea Islan akhirnya
menemukan film yang sempurna memfasilitasi gaya aktingnya, yang acap kali terkesan
berlebihan di berbagai drama. Di sini luapan emosinya sesuai dengan kengerian
yang karakternya hadapi. Pevita, walau belum sekuat rekannya, mampu mengangkat
tensi klimaks di mana sosok Maya berperan besar. Walau menyaksikan keduanya
berbagi layar bagai impian yang jadi kenyataan, Karina Suwandi muncul sebagai
kekuatan tak terduga. Sang aktris menggila, bak pelayan buas Bafomet yang bertugas
mengacaukan seisi dunia.
Kelemahan Sebelum Iblis
Menjemput terletak di third act
yang gagal menandingi dinamika parade teror sebelumnya. Timo menolak menginjak
pedal gas lebih kencang, menjadikannya terkesan diulur. Lagipula, durasi 110
menit bagi horor berskala kecil macam ini memang agak terlalu lama, ketika 90an
menit saja rasanya cukup. Bukan berarti klimaksnya buruk. Adegan-adegan yang
muncul sebelumnya lah yang levelnya sukar dikejar. Sama seperti keseluruhan
filmnya, yang meneruskan tongkat estafet dari Pengabdi Setan untuk menempatkan standar tinggi terhdap film horor Indonesia.
Semoga tidak perlu menunggu satu tahun lagi sampai judul memikat berikutnya
menjemput.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
51 komentar :
Comment Page:Kalau dibandingkan dengan pengabdi setan, bagus mana bang?
wah. mengalahkan tafir: bersekutu dgn ketan ya?
Asyik ada lagi film horot berkualitas setelah kafir yg menurut saya tdk mengecewakan krn ada di jalur horor yg tepat, kini iblis menjemput... Next ada sesat yg menjanjikan juga.. Kalo gentayangan kok ragu ya...
Penasarannnnnnnn... 😣😣😣
Kafir..dan sebelum iblis menjemput 22nya udah nnton..untuk saya pribadi lbh ngena film kafir..dri segi cerita dan intensitas..p dpat saya ga tau slah atau benar..nnti mas rasyid mungkin bsa mnjlaskanya..perihal SIM ..ntah knapa ya ..saya ga bsa trikat d crita filmnya ..ada rasa hambar ..bner ga bang rasyid?
Penasaran ama penjiwaan chelsea.dfilm ini.Juara bnegt ya aktingny Chelsea...berarti lebih baik dr film2 sbelumny doi dund kyk street society ato headshoot dunks
@Jefry Pengabdi Setan. Elemen drama di naskah lebih kuat, which is bonus buat film horor, bukan kewajiban.
@Warna Jauh 😁
@Aliando Nggak berharap banyak ke Sesat. Sutradaranya belum terbukti di horor, tapi berharap yang terbaik. Kalau Gentayangan, expect b-movie aja, kayak yang sutradaranya biasa bikin di India dulu.
@Zamal Soal intensitas, jauh lebih pilih SIM. Cerita, kayak udah disebut, Timo emang nggak ada intensi tekanin ke family value.
@hilpans Lebih tepatnya, dapet film yang pas. Macam di 3 Srikandi dulu yang karakternya cocok sama gaya aktingnya.
Mas Rasyid, cerita di film Sebelum Iblis Menjemput gak ambigu atau menggantung kan?
Penasaran banget sama akting para cast film ini.
Gentayangan kayaknya biasa aja, tapi yang paling gw sebel itu pas diputar trailernya di bioskop soundnya benar2 membunuh telinga, bikin pekak.
Sesat kalo liat trailer nya bikin ragu, tapi kalo liat nama sammaria bikin penasaran. Apalagi dia pernah bikin genre film yg beda seperti dari fiksi Ke demi ucok. Ada sedikit harapan lah. Btw bukannya sebelum iblis menjemput itu resmi tayang 9 agustus ya bang? Biasanya mo brothers nyaman di thriller
Di kota2 piligan bnyak acara nobar with cast ..termasuk di bandung kemarin..mkanya bsa nntn dluan
@jefry Sammaria itu Cin(t)a, Fiksi Mouly Surya. 2 film dia romance & komedi, baru pertama ini masuk ke horor makanya masih hati-hati ekspektasi. Kalau Timo emang passion ke "film genre", jadi horor/thriller jago.
Sengaja ga mau baca sinopsis nya
Langsung baca 2 paragraph terakhir aja. Hehehe...
Ga sabar banget nunggu ini film. Waktu premiere di Plaza Indonesia ga sempet dateng soalnya.
Lagipula duet Chelsea dan pevita ga mungkin saya lewatkan.
Kira2 lebih bagus ini atau Pengabdi Setan min?
Soalnya ada yang bilang lebih oke SIM.
@Jackman Oh yeah, ngelihat mereka berdua di satu frame, walaupun nggak ngapa-ngapain, itu dreams come true hehe.
PS is slightly better. Semakin banyak horor muncul, makin kagum sama PS dan sadar kalau level Joko Anwar dibanding sineas lokal lain udah jauh.
Fix, mungkin ini masuk film Indonesia kedua yg gue tonton di bioskop tahun ini.
berikutnya giliran Kimo yg menggarap Dreadout...
Baru kelar nonton. Filmnya gokil. Perempuan-perempuan sinting yang kayak beneran dirasuki iblis. Haha.
Laksmi aka Karina Suwandi adalah sekejam-kejamnya ibu tiri. Ibu tirinya Cinderella aja nggak sampe melet2in lidah gitu. 😃
Andai aja yang jadi tokoh Lili itu Tatjana Saphira, sehingga satu layar bareng Chelsea dan Pevita. 😂
Saya juga lebih suka Kafir gan. Lebih rapi penceritaannya dari awal. Kalo SIM cuma nampilin betapa ngerinya villa itu. Masa adeknya yg teriak2 sampe kasurnya kebanting2 kakak2nya pada ga denger.
Kok cuman "serem" di tengah ya 😂. Semakin ke ending film semakin berkurang "serem"nya.
Gapapa yang penting mata adem dapet fanservice chelsea islan di akhir film 😂😂😂
Kok saya merasa kelemahan film ini terletak di pevita & adik kecilnya hahaha. Bener banget bang, timo di ending kurang nge-gas full padahal awalnya udah kebut kebutan. Karina suwandi gak nyangka. Dan harus jujur film ini lebih menegangkan daripada pengabdi setan hehehe
Bang lagu ost film ini apa yaa? Yg muncul du awal sama akhir film itu? Penasaran habis nonton lagunya bagus soalnyaa
Lope lope buat akting Chelsea Islan yg bikin mulut sy mangap sepanjang film...emamg ngehe!!!
SIM terrornya gila sih..mencengkram.. Salut sama Karina dan Chelsea. Tapi pendapat saya pribadi PS masih tetap unggul walau tanpa Gore dan Penampakan Iblis. Kekuatan PS adalah drama lebih mengena dan terror pun mencekam. Cukup ada Ibu aja udah bikin merinding dan susah tidur. :D
SIM menururut saya ceritanya lebih clear dibanding PS yang menebar teka teki. walaupun tetap memorable scene saya untuk PS *pocong di jendela*. Sempat berekspektasi bahwa kadar gore akan lebih tinggi mengingat seorang mas timo tapi disini agak dikurangi which is mungkin karena gak ada mas kimo stamboel. Chelsea makin keren aktingnya setelah di headshot dan Pevita dari track record filmnya yang drama menurut saya lumayan menunjukkan performa baik di SIM. Scene favorit saya justru saat di rumah sakit. Unpredictable untuk Karina, awalnya smpt ketawa2 sama temen mengingat Karina dlu pernah main di Warkop. Saya masih mengharapkan horror-horror mencekam yang akan keluar sehabis SIM, PS, dan Kafir tapi dengan tone serta formula yang kalau bisa berbeda daripada ketiganya.
Suka sekali sampe lemes ni badan abis nonton nya.. Adegan ibu kemasukan iblis juara...
@nasrullah Oh Wajib!
@Warna Yeah, can't wait for that one too. Waktunya pembuktian Kimo.
@Heruu Yes, apalagi Karina Suwandi. Nggak pakai pemeran pengganti pula. Gil!
@Yoan Karena SIM emang nggak berniat pasang cerita. Beda sama Kafir, yang lebih concern ke cerita, walaupun naskah bagusnya Upi gagal ditransfer karena directing-nya ambyar.
@Rahmad Ya udah dibahas di atas. Timo kehabisan tenaga. Terlanjur gaspol dari awal.
@jefry Pevita not bad, masalahnya, "lawan" dia Chelsea & Karina yang jelas jauh lebih oke.
@Surya Judulnya "Hampa". Lupa penyanyinya siapa.
@Panca True. PS itu kayak hal-hal bagus di Kafir+SIM campur jadi satu.
@Lusiana Karena sekali lagi, SIM emang nggak bermaksud kasih cerita kompleks. Soal gore, karena Timo tahu dia lagi bikin film komersil. Makin sadis makin susah dapet rating.
Saya sempet mikir soal rating juga mas rasyid, haha tetep ujungnya pasti akan ngarah ke komersil. Gila banget sih Karina gak pakai pemeran pengganti.
SPOILER : klimaks one by onenya juga kurang greget menurut saya.
Setelah terpuaskan sama mas Timo saya tetap ga sabar menunggu DreadOutnya mas Kimo.
Spoiler
Pas adegan Maya ketemu Lili di mobil, itu kan Maya dialog 'bilang apa?' sampe 3 kali klo gak salah. Itu maksudnya apaan sih? Karena dia nggak denger yg diucapin Lili?
Trus rambut yg dikasih Lesmana sblm bunuh si perempuan, itu rambutnya siapa ya? Laksmi, kah? Terus si perempuan nelen itu rambut sebelum mati padahal sebelumnya bilang ke Lesmana "Kamu mau coba main2". Kirain itu rambut nggak penting krna bukan yg diminta.
@Lusiana Nah itu, udah belajar dari Rumah Dara. Silahkan bikin segila mungkin, tapi kalau mau karir awet juga kudu sesekali bisa balance ke komersil. Ya semoga Dreadout bagus & sukses, biar di mata awam Kimo bukan lagi cuma "Mo Brothers yang satunya lagi".
@Heru Kalimat Maya ya nggak ada maksud apa pun. Namanya juga udah setengah sadar. Agak lupa soal detail rambut, tapi yang jelas itu bukan punya Alfie kayak yang diminta. Rambug Laksmi itu yang pertama, makanya dia jadi tumbal.
SPOILER ALERT!!
Kalau ngga salah, si herman ngasih rambut sama si dukun, eh ternyata rambut itu bukan yg diinginkan oleh si dukun. Lalu si herman menyerang si dukun. Si dukun menarik rambut Herman hingga terdapat cakaran di kepalanya.
Si dukun memasukan rambut Herman ke dalam kertas dan menelannya.
Si dukun tertawa dan bersumpah bahwa Herman akan bangkrut suatu saat nanti.
Makasi bangg buat judulnyaa
Ga nyangka sama akting karina suwandi ,salut !
Agak berbau2 drag me to hell juga sih ya ala film2 horror kelas B
menurutku ini film horror indonesia terbaik tahun ini deh setelah tahun kemaren dipegang pengabdi setan .
@Arif Ah yes, itu detailnya. Thanks!
@Satria Ya Timo emang cinta Sam Raimi, dari trilogi Evil Dead sampai Drag Me to Hell. Malah dia nggak masalah kalau ada yang bilang rip-off. Oh ya, easily this year's best. Saingan terdekat ya cuma Kafir.
Perkiraan bang rasyid, bisa sampe tembus berapa nih penonton?
Thanks. Iya baru inget. Haha. Tapi bukan Herman deh namanya, Lesmana. Herman bapak di film Kafir bukan.
@Jefry Hari pertama 60an ribu, kalau WoM bagus, Minggu malem bisa 250-300 ribu. I'm not an expert box office analyst, tapi bisa sekitar 800 ribu. Kalau WoM terus jalan positif, 1 juta nggak mustahil. Pengabdi Setan dari 95 ribu aja tembus 4 juta.
Gak rela klo SIM peraihan penontonnya gak bisa ngalahin Rasuk atau Sabrina. Soalnya SIM kurang apa lagi bagi penonton Indonesia? Jump scares, hantu muncul mulu, musik, darah, semua yg disukai kebanyakan penonton horror ada di situ. Yakali 2 jt aja nggak nyampe. Haha.
Di kesunyian malam ini~
@Heru Rasuk & Sabrina udah jadi brand. Rasuk kan novel Risa, jadi fasnya, dan sebagian fans Danur pasti nonton. Sabrina jelas, spin-off The Doll yang laku. Penonton udah tahu bakal dapet tontonan seperti apa. Buat yang awam, belum kenal karya Timo, SIM tetep macam beli kucing dalam karung. Makanya tergantung WoM. Kita tunggu Minggu malem. Baru bisa prediksi dari situ.
Spoiler!
Maaf bang mau nanya kenapa Maya nyium Ruben? Asli gk ngerti knpa hrus ada scene itu? haha :v
Ngomongin jumlah penonton, saya cek di filmindonesia.or.id sudah 270ribuan dan saya yakin terus bertambah pastinya, feeling saya sampe sih 1 jutaan.
Berdasarkan filmindonesia.or.id 15 besar film indonesia sudah makin bertambah peminatnya,seperti dibaru pertengahan 2018, posisi 15 besar sudah diatas 500ribu penonton. Walaupun filmnya ada beberapa yg meh.. :D
cmiiw
Tapi untuk SIM ga ada dorongan untuk 2x nonton walaupun bagus, mungkin karena baru sekali nonton langsung terjawab dan tidak ada kebingungan seperti nonton PS yg mengajak saya nonton 2x.
@Mochamad Namanya juga udah dijemput iblis :D
@Panca SIM itu kalau dihitung progres harian, nggak jauh sama Kafir. Sedikit di atasnya. WoM lebih positif. Kalau dari fakta itu dihitung kasar, Kafir 10 hari 519 rb, SIM nanti mungkin 550-600 ribu. Bakal mentok di 800-900. Tambah sedikit keajaiban baru bisa sejuta. Inget, 270 itu karena weekend (berarti Sabtu & Minggu masing-masing sekitar 100-110 ribu).
Ya di situ kurangnya, karena nggak mancing pertanyaan & diskusi, dorongan nonton lagi nggak besar.
Spoiler: bang mau tanya, itu adegan di scene akhir yang chelsea di dalam tanah sama mayat penyihirnya kan posisinya masih di basement ya, tapi kok kesannya kayak di luar ruangan yaa bang? Mana ujan terus juga airnya banyak bgt? Itu air turun darimana yaakk? Sama satu hal yg aneh ketika si pevita bunuh ibunya pake senter, menurut gue itu gak konsisten. Secara si chelsea udah hantem pake palu tapi gak mati, tapi ini pake senter malah mati yaa? Overalll, 2018 seenggaknya ada dua horror yg patut diperhitungkan hehe
@Reza Itu sih kayaknya pilihan artistik Timo aja buat kesan dramatis & homage ke Drag me to Hell. Nggak masuk akal? Yes, tapi di horor mistis yang (bisa) main di ranah antar-dimensi, masih halal. Soal pukul pake palu & senter juga nggak terlalu ambil pusing. Selain karena pukul pake senternya berkali-kali, hal di luar nalar dalam "film genre" apalagi horor, selama berhasil bikin suasa dramatis dan/atau intens, masih boleh :)
Kafir sayang banget gagal tembus top 15, coba ending nya nampol minimal kayak SIM, mungkin bisa disejajarkan sama PS. Tapi emang harus jujur, biarpun SIM lebih bikin jantungan daripada PS, tapi PS masih yg terbaik. Untuk saat ini belum ada film horor yg bikin penontonnya terikat sama karakter pemainnya, si kecil adhiyat berhasil bikin simpati penonton. Dan tema nya pun beda 'sekte kesuburan'
Sedikit ralat, Maya dan Ruben bukan anaknya Lesmana. Jadi sebelum menikah dengan Lesmana, Laksmi udah punya 2 anak. Nara baru anaknya Laksmi dengan Lesmana.
@jefry Memang nggak berekspektasi Kafir bakal tinggi penontonnya. Bukan tipe horor "semua kalangan". Oh jelas, Pengabdi Setan unggul semua sisi, naskah, teror, akting, tata artistik, dsb.
@Eldwin Aware of that. Kan tetep bisa disebut "anaknya Lesmana" :)
Kalau dibandingin sama PS,plot dan naskah jelas lebih unggul,teror secara psikologis lebih kuat di PS.Tapi entah kenapa saya jauh lebih ketakutan setelah menonton SIM.Saya kangen banget sih karya dari MO brothers ini,sejak Killers.Karena menurut saya mereka adalah sutradara indonesia yang berani brutal terutama Timo Tjahjanto.Saya suka banget dengan konsep sinting dia mulai dari Rumah dara,Libido,dan of course safe haven.Dan saya berharap SIM bakalan sinting juga.Akhirnya setelah nonton,meskipun konsepnya tidam terlalu sinting,tapi pengeksekusianya luar biasa brutal,bisa dibilang evil dead versi indonesia.Adegan subtil namun mengganggu juga dihadirkan ketika maya melakukan incest kiss ke ruben dan itu bikin saya terpukau dan tetep memuaskan saya.Satu-satunya horror tahun ini yang bisa membuat saya stress gak karuan setelah hereditary.Semoga Kimo dengan Dreadoutnya juga sesukses ini,tapi untuk segi finansial pastinya SIM kebantu dengan nama chelsea islan dan pevpearce wkwk.
@Novi Bisa dipahami itu, SIM lebih frontal dan non-stop kasih terornya. Tergantung preferensi & ketakutan personal kalau ini. Dreadout juga kemungkinan sukses finansialnya lumayan besar. Ada Jefri Nichol soalnya
Barusan semalam nonton.. Ga menngecewakan...kekurabgannya hanya di akur cerita yang kurang kuat dalam ngiket penonton... Untuk keseramannya 5 jempol deh... Walau ada beberapa bagian yang mirip evil dead contohnya yang adegan muntah darah di wajah orang lain....
Layak ditonton....
Mas bisa rekomensasikan film horror Indo yang seram tidak? Sudah satu jam lebih di pagi tadi saya mencari referensi film di blog mas rasyid
Dan sampai siang ini udah nonton pengabdi setan dan sebelum iblis menjemput yang mempunyai rating yang lumayan
Tapi kok saya nggak takut, malah pengen ngakak, gini amat film horror Indo, ada recommended yg lebih seram melebihi dua film yg udah saya tonton tadi mas???
Masih mencari film horor Indo yang beneran seram
Posting Komentar