MUNAFIK 2 (2018)
Rasyidharry
September 27, 2018
horror
,
Kurang
,
Malaysian Movie
,
Maya Karin
,
Nasir Bilal Khan
,
REVIEW
,
Syamsul Yusof
10 komentar
Munafik (2016) adalah horor overrated biarpun jauh dari buruk. Filmnya
sedemikian fenomenal tak lain karena kedekatan kultural serta keberanian sutradara
sekaligus penulis naskah (plus aktor utama, editor, penata efek spesial dan
efek visual) Syamsul Yusof (Evolusi KL
Drift, KL Gangster) menjabarkan krisis keimanan seorang pemuka agama Islam.
Namun di luar kisah spritualnya, teror Munafik
belum bisa disebut spesial. Dua tahun berselang, sekuelnya “melipatgandakan”
dua elemen di atas. Drama religinya dua kali lebih kompleks pula bernyali,
sementara terornya dua kali lebih buruk.
Munafik 2, dengan bujet lebih tinggi (RM 2,8 juta, film
pertamanya RM 1,6 juta), memang berambisi tampil lebih besar, bahkan sejak awal
ketika Yusof langsung memperlakukan adegan layaknya klimaks, salah satunya
karena musik garapan Extreme Music langsung mengalun kencang, nyaris tak
berhenti sepanjang durasi. Tambahkan teriakan tiada ujung saat karakternya
meneriakkan ayat-ayat suci Al Qur’an (total sekitar 10 surat), Munafik 2 semakin tampak berusaha
terlalu keras menjadi epic, bahkan
sesekali menyentuh teritori film superhero.
Saya serius. Di sini, Ustaz Adam
(Syamsul Yusof) bagai pahlawan super dengan ayat suci sebagai kekuatan
supernya, yang tiap pelafalan dilakukan secara dramatis lengkap dengan pose
heroik juga balutan gerak lambat kala menghadapi iblis atau manusia kesurupan. Yusof—yang
dilihat dari naskahnya jelas bukan seorang kolot—sadar bahwa protagonis seorang
ahli agama berpotensi nampak “kuno” di mata penonton muda masa kini.
Menjadikannya sosok superhero keren
merupakan upaya modernisasi efektif yang pantas diapresiasi. Oh, bahkan seorang
karakter wanita sempat membantai para musuh menggunakan kapak bak heroine dari film-film slasher.
Dua tahun selepas tragedi yang menimpa
keluarganya, Adam telah menata lagi hidup pula imannya, memantapkan diri
menolong orang-orang yang mendapat gangguan supranatural, walau hatinya belum
sepenuhnya tenang. Iblis pun masih sering mengunjunginya, coba menggoyahkan
iman Adam dengan menyatakan bahwa sang Ustaz berjuang demi kepentingan pribadi
ketimbang agama. Adam berusaha tegar. Itulah mengapa ia bersedia menempuh
bahaya guna menolong Sakinah (Maya Karin) dan keluarganya yang berasal dari
desa sebelah. Sebuah desa yang dikuasai para pemeluk aliran sesat.
Setiap superhero butuh supervillain,
dan sebagai lawan Adam, Munafik 2
memiliki Abu Jar (Nasir Bilal Khan), yang bagi penonton Indonesia akan terlihat
seperti “Limbad dengan kemampuan bicara”. Abu Jar mendeklarasikan dirinya
sebagai utusan Allah yang memahami seluruh hadis hingga diberi kebebasan
memiliki apa pun yang ia inginkan di dunia. Keyakinan itu membawa Abu Jar
menjadi salah satu antagonis paling kejam sepanjang sejarah film horor, yang
melakukan seluruh hal kejam yang mampu kita bayangkan. Dari membunuh
ulama-ulama yang coba menghentikan ajarannya sampai menjadikan wanita budak
nafsunya dan para pengikutnya.
Abu Jar menguasai desa,
memanfaatkan rasa takut demi memperoleh kontrol layaknya para diktator lalim,
walau sulit menerima begitu saja fakta jika setelah sebegitu banyak nyawa
melayang, tak ada satu pun penduduk desa berani melapor pada polisi sementara
pihak kepolisian sendiri tidak menyadari rangkaian pembantaian tersebut.
Diperankan oleh Nasir Bilal Khan secara over-the-top,
Abu Jar merupakan antagonis yang dengan senang hati penonton benci. Melalui Abu
Jar kita melihat pemandangan mengenaskan kala orang-orang “mengafirkan” mereka
yang menganut kepercayaan berbeda, menjadikan itu alat justifikasi tindakan
persekusi hingga ke taraf pembunuhan. Menyedihkan, sebab pemandangan serupa
mudah ditemui di dunia nyata termasuk negeri ini.
Lewat perspektif protagonis, Munafik 2 juga melayangkan beberapa
pertanyan. Bisakah kita membenarkan pembunuhan demi keselamatan seseorang?
Haruskah kita membahayakan diri untuk menegakkan agama? Dan masih banyak lagi.
Karakternya, khususnya Adam, coba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu meski
harus melalui siksaan batin dan fisik yang lebih sulit, lebih berbahaya, juga
memberi dampak lebih tragis dari sebelumnya.
Berjalan selama 2 jam, Munafik 2 enggan mengendurkan tensi,
terus memacu tempo tanpa pernah bersedia melambat. Pilihan eksekusi ini
menghasilkan pisau bermata dua. Di satu sisi, terus dipacunya intensitas mampu
meniadakan kebosanan, namun di sisi lain, kerap terasa melelahkan, apalagi saat
beberapa elemen mulai tampil repetitif. Anda akan mendengar tokoh-tokohnya
terus meneriakkan hal sama, yang kebanyakan (selain pembacaan ayat suci)
berkutat pada saling tuduh tentang siapa paling sesat, dan tentunya paling
munafik. Belum lagi nihilnya jump scare
yang mampu menggedor jantung. Hampir seluruhnya medioker, minim kreativitas,
tetapi maksimal dalam menghajar telinga lewat musik plus efek suara tanpa
henti.
Saya memaklumi pilihan Yusof,
mengingat horor berisik bertempo cepat adalah primadona bagi mayoritas
penonton. Satu hal yang sulit dimaklumi yaitu pengungkapan fakta mengejutkan di
babak resolusi, yang bukan saja bodoh, pula susah dicerna akal sehat. Sebuah
kejutan dengan lubang yang membesar sewaktu Yusof coba mengaitkannya dengan
peristiwa film sebelumnya. Dan Munafik 2
masih menerapkan elemen deus ex machina
untuk menutup cerita, meski berbeda dengan film pertama, kali ini elemen
tersebut bukan bertugas merangkum perjalanan si tokoh utama, melainkan murni simplifikasi
terhadap solusi permasalahan.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
10 komentar :
Comment Page:sip... thank infonya
Sayang ya kualitasnya menurun dari film pertama.
Saya cuma menunggu twist apa lagi yg dia buat difilm ini dan ternyata oh sudahlah
Jadi film horror terbaik so far tahun ini, masih Hereditary
Ehh kirain dpt nilai bagus bang, smpe ketipu sm review nya... wkwkwk
pas liat trailer juga agak curiga malah bakal jadi kaya manusia vs manusia
terus munafik pertama pun gue setuju kalo film itu overated
Ngga, sy ga se7 dgn nilai "kurang ini" yaallahh gk setujuuuu.... film ini bener2 lbih menekankan emosional kita. Dan hasilnya, sangat menyentuh(bagi saya dan penonton di studio saya) saya bener2 sedih dan sampai ingat akhirat. sumpah pingin tobat! Bang please kasih 3,5 serius ini film terbaik dari segi horror/religi. meskipun gk bisa dipungkiri, ending memang agak dipaksakan. Tapi jujur saya nangis kejer sampe rumah. karena selama ini jauh dgn Allah. Sorry jd curhat, smoga opini sy ini bisa diterima dan ratingnya pun diganti(gk mungkin sih) supaya yg lain mau nonton film berfaedah ini... fisabilillah😭
@Ricky Ah nggak kok, dari awal juga udah disebut kalau jeleknya dobel :D
@Teguh Well, manusia kan memang sering sama busuknya dengan iblis.
@Totti Syukurlah kalau sampai dapat hidayah & sadar. Saya sih malah pengen mabok kelar nonton ini haha
jgn terlalu tinggi ekspektasi nya, atau mungkin lagi dipengaruhi iblis? jhahaha gak nyambung ah😭
Lebih serem upin ipin DJ Remix
Posting Komentar