MUNAFIK 2 (2018)

10 komentar
Munafik (2016) adalah horor overrated biarpun jauh dari buruk. Filmnya sedemikian fenomenal tak lain karena kedekatan kultural serta keberanian sutradara sekaligus penulis naskah (plus aktor utama, editor, penata efek spesial dan efek visual) Syamsul Yusof (Evolusi KL Drift, KL Gangster) menjabarkan krisis keimanan seorang pemuka agama Islam. Namun di luar kisah spritualnya, teror Munafik belum bisa disebut spesial. Dua tahun berselang, sekuelnya “melipatgandakan” dua elemen di atas. Drama religinya dua kali lebih kompleks pula bernyali, sementara terornya dua kali lebih buruk.

Munafik 2, dengan bujet lebih tinggi (RM 2,8 juta, film pertamanya RM 1,6 juta), memang berambisi tampil lebih besar, bahkan sejak awal ketika Yusof langsung memperlakukan adegan layaknya klimaks, salah satunya karena musik garapan Extreme Music langsung mengalun kencang, nyaris tak berhenti sepanjang durasi. Tambahkan teriakan tiada ujung saat karakternya meneriakkan ayat-ayat suci Al Qur’an (total sekitar 10 surat), Munafik 2 semakin tampak berusaha terlalu keras menjadi epic, bahkan sesekali menyentuh teritori film superhero.

Saya serius. Di sini, Ustaz Adam (Syamsul Yusof) bagai pahlawan super dengan ayat suci sebagai kekuatan supernya, yang tiap pelafalan dilakukan secara dramatis lengkap dengan pose heroik juga balutan gerak lambat kala menghadapi iblis atau manusia kesurupan. Yusof—yang dilihat dari naskahnya jelas bukan seorang kolot—sadar bahwa protagonis seorang ahli agama berpotensi nampak “kuno” di mata penonton muda masa kini. Menjadikannya sosok superhero keren merupakan upaya modernisasi efektif yang pantas diapresiasi. Oh, bahkan seorang karakter wanita sempat membantai para musuh menggunakan kapak bak heroine dari film-film slasher.

Dua tahun selepas tragedi yang menimpa keluarganya, Adam telah menata lagi hidup pula imannya, memantapkan diri menolong orang-orang yang mendapat gangguan supranatural, walau hatinya belum sepenuhnya tenang. Iblis pun masih sering mengunjunginya, coba menggoyahkan iman Adam dengan menyatakan bahwa sang Ustaz berjuang demi kepentingan pribadi ketimbang agama. Adam berusaha tegar. Itulah mengapa ia bersedia menempuh bahaya guna menolong Sakinah (Maya Karin) dan keluarganya yang berasal dari desa sebelah. Sebuah desa yang dikuasai para pemeluk aliran sesat.

Setiap superhero butuh supervillain, dan sebagai lawan Adam, Munafik 2 memiliki Abu Jar (Nasir Bilal Khan), yang bagi penonton Indonesia akan terlihat seperti “Limbad dengan kemampuan bicara”. Abu Jar mendeklarasikan dirinya sebagai utusan Allah yang memahami seluruh hadis hingga diberi kebebasan memiliki apa pun yang ia inginkan di dunia. Keyakinan itu membawa Abu Jar menjadi salah satu antagonis paling kejam sepanjang sejarah film horor, yang melakukan seluruh hal kejam yang mampu kita bayangkan. Dari membunuh ulama-ulama yang coba menghentikan ajarannya sampai menjadikan wanita budak nafsunya dan para pengikutnya.

Abu Jar menguasai desa, memanfaatkan rasa takut demi memperoleh kontrol layaknya para diktator lalim, walau sulit menerima begitu saja fakta jika setelah sebegitu banyak nyawa melayang, tak ada satu pun penduduk desa berani melapor pada polisi sementara pihak kepolisian sendiri tidak menyadari rangkaian pembantaian tersebut. Diperankan oleh Nasir Bilal Khan secara over-the-top, Abu Jar merupakan antagonis yang dengan senang hati penonton benci. Melalui Abu Jar kita melihat pemandangan mengenaskan kala orang-orang “mengafirkan” mereka yang menganut kepercayaan berbeda, menjadikan itu alat justifikasi tindakan persekusi hingga ke taraf pembunuhan. Menyedihkan, sebab pemandangan serupa mudah ditemui di dunia nyata termasuk negeri ini.

Lewat perspektif protagonis, Munafik 2 juga melayangkan beberapa pertanyan. Bisakah kita membenarkan pembunuhan demi keselamatan seseorang? Haruskah kita membahayakan diri untuk menegakkan agama? Dan masih banyak lagi. Karakternya, khususnya Adam, coba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu meski harus melalui siksaan batin dan fisik yang lebih sulit, lebih berbahaya, juga memberi dampak lebih tragis dari sebelumnya.

Berjalan selama 2 jam, Munafik 2 enggan mengendurkan tensi, terus memacu tempo tanpa pernah bersedia melambat. Pilihan eksekusi ini menghasilkan pisau bermata dua. Di satu sisi, terus dipacunya intensitas mampu meniadakan kebosanan, namun di sisi lain, kerap terasa melelahkan, apalagi saat beberapa elemen mulai tampil repetitif. Anda akan mendengar tokoh-tokohnya terus meneriakkan hal sama, yang kebanyakan (selain pembacaan ayat suci) berkutat pada saling tuduh tentang siapa paling sesat, dan tentunya paling munafik. Belum lagi nihilnya jump scare yang mampu menggedor jantung. Hampir seluruhnya medioker, minim kreativitas, tetapi maksimal dalam menghajar telinga lewat musik plus efek suara tanpa henti.

Saya memaklumi pilihan Yusof, mengingat horor berisik bertempo cepat adalah primadona bagi mayoritas penonton. Satu hal yang sulit dimaklumi yaitu pengungkapan fakta mengejutkan di babak resolusi, yang bukan saja bodoh, pula susah dicerna akal sehat. Sebuah kejutan dengan lubang yang membesar sewaktu Yusof coba mengaitkannya dengan peristiwa film sebelumnya. Dan Munafik 2 masih menerapkan elemen deus ex machina untuk menutup cerita, meski berbeda dengan film pertama, kali ini elemen tersebut bukan bertugas merangkum perjalanan si tokoh utama, melainkan murni simplifikasi terhadap solusi permasalahan.

10 komentar :

Comment Page:
multimedia_irfan mengatakan...

sip... thank infonya

Unknown mengatakan...

Sayang ya kualitasnya menurun dari film pertama.

Ulik mengatakan...

Saya cuma menunggu twist apa lagi yg dia buat difilm ini dan ternyata oh sudahlah

Anonim mengatakan...

Jadi film horror terbaik so far tahun ini, masih Hereditary

Ricky Manurung mengatakan...

Ehh kirain dpt nilai bagus bang, smpe ketipu sm review nya... wkwkwk

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

pas liat trailer juga agak curiga malah bakal jadi kaya manusia vs manusia
terus munafik pertama pun gue setuju kalo film itu overated

Unknown mengatakan...

Ngga, sy ga se7 dgn nilai "kurang ini" yaallahh gk setujuuuu.... film ini bener2 lbih menekankan emosional kita. Dan hasilnya, sangat menyentuh(bagi saya dan penonton di studio saya) saya bener2 sedih dan sampai ingat akhirat. sumpah pingin tobat! Bang please kasih 3,5 serius ini film terbaik dari segi horror/religi. meskipun gk bisa dipungkiri, ending memang agak dipaksakan. Tapi jujur saya nangis kejer sampe rumah. karena selama ini jauh dgn Allah. Sorry jd curhat, smoga opini sy ini bisa diterima dan ratingnya pun diganti(gk mungkin sih) supaya yg lain mau nonton film berfaedah ini... fisabilillah😭

Rasyidharry mengatakan...

@Ricky Ah nggak kok, dari awal juga udah disebut kalau jeleknya dobel :D

@Teguh Well, manusia kan memang sering sama busuknya dengan iblis.

@Totti Syukurlah kalau sampai dapat hidayah & sadar. Saya sih malah pengen mabok kelar nonton ini haha

Unknown mengatakan...

jgn terlalu tinggi ekspektasi nya, atau mungkin lagi dipengaruhi iblis? jhahaha gak nyambung ah😭

Rumah Bagus mengatakan...

Lebih serem upin ipin DJ Remix