ANDHADHUN (2018)
Rasyidharry
Oktober 08, 2018
Anil Dhawan
,
Ayushmann Khurana
,
Comedy
,
Hindi Movie
,
Lumayan
,
Radhika Apte
,
REVIEW
,
Sriram Raghavan
,
Tabu
,
Thriller
1 komentar
Andhadhun bisa menjadi salah satu sajian Bollywood dalam
beberapa tahun belakangan yang paling menyerupai karya-karya Alfred Hitchcock. Hasil
penyutradaraan kelima Sriram Raghavan (Johnny
Gaddaar, Badlapur) ini mengandung beberapa elemen Hitchcockian: seorang pria di situasi yang salah, kasus pembunuhan
penuh rencana sarat tipu daya, perselingkuhan, karakter yang sulit dipercaya,
dan hal favorit banyak penonton, apalagi kalau bukan twist. Filmnya tahu penonton suka dikejutkan oleh belokan alur tak
terduga, dan memberikannya sebanyak mungkin. Terlalu banyak malah.
Akash (Ayushmann Khurana) adalah
pianis buta bertalenta yang sedang berusaha menyelesaikan musik terbarunya
ketika seorang gadis bernama Sophie (Radhika Apte) menabraknya dengan motor di
jalan. Diawali kecelakaan, Sophie pun mengetahui bakat luar biasa Akash, lalu
menawarinya pekerjaan sebagai pianis di sebuah cafe. Dari pekerjaan itu pula
Akash bertemu Pramod Sinha (Anil Dhawan), mantan aktor ternama yang meminta
Akash bermain piano di rumahnya, dalam rangka konser privat sebagai kejutan
ulang tahun pernikahannya dengan Simi (Tabu) sang istri muda. Dari situlah
Akash terseret menuju situasi yang hanya bisa saya deskripsikan sebagai “intens
dan dilematis”.
Seperti telah disebutkan, kasus
pembunuhan turut terjadi. Siapa yang dibunuh, oleh siapa, bagaimana, atau di
mana, saya tak bisa menyebutkan, tapi bahkan sebelum itu terjadi, Andhadhun sudah memiliki elemen kejutan—yang
mungkin tak seberapa sulit ditebak—yang berperan selaku peringatan bagi kita,
bahwa tidak ada satu pun karakter dapat dipercaya.
Naskahnya yang ditulis oleh 5
orang, Sriram Raghavan, Arijit Biswas, Pooja Ladha Surti, Yogesh Chandekar, dan
Hemant Rao, menyuntikkan unsur komedi hitam khususnya pada dua babak awal
tatkala kesialan-kesialan Akash beserta tendensinya untuk muncul di waktu dan
tempat yang keliru menghadirkan pemandangan menggelitik. Keterlibatan Akash pun
senantiasa menciptakan kekacauan, dan Sriram Raghavan bermain-main dengan
kekacauan tersebut guna menciptakan momen humor yang tak pernah mendistraksi
akibat menjadi terlalu konyol.
Komedinya urung melucuti ketegangan
situasi berbahaya yang dialami Akash berkat kemampuan sang sutradara memeras
intensitas dari berbagai interaksi antara karakter, di mana mereka memainkan
trik psikologis, saling tebak, sambil melancarkan tipu daya terhadap satu sama
lain. Apabila Hitchcock gemar memusatkan ketegangan melalui peristiwa berlokasi
tunggal, Raghavan memilih menebar beberapa situasi, yang masing-masing berpusat
di lokasi tertentu, dengan tiap lokasi dan situasi itu dapat dijadikan film
panjang berlokasi tunggal sendiri.
Ayushmann, yang menghabiskan 2
bulan berguru pada pianis Los Angeles, Akshay Verma, tampil meyakinkan.
Jari-jarinya lancar menari-nari di atas tuts. Sedangkan sebagai pria clueless yang terkurung di tengah
situasi yang salah nan dilematis, kehampaan di matanya jelas mewakili
kebingungan luar biasa yang karakternya rasakan. Turut mencuri perhatian adalah
Tabu, lewat performa yang bisa disandingkan dengan jajaran “Hitchcock blonde”, hanya saja, dengan
sedikit lebih banyak bumbu komedi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
1 komentar :
Comment Page:Membaca ulasan film ini saya jadi teringat GAME NIGHT (2018), thriller dengan selipan komedi dan beberapa kelokan twist di sepanjang jalan ceritanya. Menurut bang Rasyid apakah memang ada kemiripan tipe film ini dengan GAME NIGHT..?
Btw, saya kira film ini akan mendapat rating Bagus, tapi ternyata cuma Lumayan. :)
Posting Komentar