JAFF 2018 - IF THIS IS MY STORY (2018)

7 komentar
Mungkin terdengar berlebihan, tapi karya kedua duo sutradara sekaligus suami-istri Djenar Maesa Ayu dan Kan Lumé pasca hUSh dua tahun lalu ini, secara gaya, mungkin film Indonesia yang paling mengingatkan saya akan judul-judul buatan auteur asal Korea Selatan, Hong Sang-soo (Claire’s Camera, On the Beach at Night Alone, Nobody’s Daughter Haewon). If This is My Story disusun atas rangkaian pembicaraan, dibungkus oleh take panjang statis yang menempatkan penampilan jajaran pemain di garis depan.

Alurnya memiliki tiga babak (empat kalau menghitung epilog): This is His Story, This is Her Story, dan This is Our Story. Apabila Hong gemar menerapkan realita alternatif tiap babak buatan Djenar dan Kan bertempat di satu realita yang dipakai mengutarakan beberapa perspektif mengenai konflik rumah tangga.

Kay (Cornelio Sunny) adalah pembuat film yang karirnya jalan di tempat, dan merasa bahwa sang istri, Dee (Sha Ine Febriyanti) tak menghargai segala usahanya. Sebaliknya, Dee menganggap Kay memanfaatkan warisan harta orang tuanya untuk bermalas-malasan mencari uang. Perspektif dari segmen His adalah, bahwa Dee jadi pihak bermasalah yang senantiasa menyinggung sang suami, walau harus diakui, beberapa problematika memang diakibatkan ketidakmampuan Kay mengatur emosi.

Secara insting, saya lebih terikat pada This is His Story selaku penggambaran tepat sasaran tentang konflik hubungan romantika dari sudut pandang pria. Begitu tepat, babak pertamanya tampil believable pula sesekali mengundang tawa (sebab beberapa penonton mungkin pernah mengalami hal serupa) termasuk kala ekspresi frustrasi eksplosif Sunny bertemu pembawaan tenang cenderung dingin dari Ine, menghasilkan situasi kontras menarik yang bagai refleksi visual hitam-putih film ini.

Satu-satunya elemen mengganggu di paruh awal adalah ketika Kay meluapkan frustrasinya, yang alih-alih mengguncang hati atau memunculkan sindiran menggelitik tentang machismo yang terluka, justru memproduksi kelucuan tak disengaja akibat teriakan cringey nihil getaran rasa milik Sunny.

Babak keduanya (This is Her Story) menampilkan sisi berlawanan, saat kesalahan ada di pundak Kay yang kini banyak diam, sedangkan Dee lebih histerikal. Saya tidak bisa membahas lebih jauh agar menghindari spoiler, juga babak ketiganya yang bertindak sebagai pengungkapan kebenaran (dalam beberapa definisi). Paruh akhirnya diawali dengan menarik berkat selipan twist, juga masuknya Reza Rahadian. Seperti biasa, Reza jadi penampil terbaik, mampu membuat segala macam kalimat terdengar dinamis.

Third act-nya merupakan media presentasi mengenai sudut pandang soal hubungan ideal serta kritik bagi beberapa gagasan menurut para tokoh utama (dan kedua pembuat film). Sayang, sebaik apa pun performa Reza, kesan berlarut-larut gagal dihindarkan ketika If This is My Story mulai keluar jalur. Djenar dan Kan urung mengontrol ambisi mencurahkan seluruh isi hati, menumpahkan materi yang sebenarnya cukup untuk membuat satu film panjang lain. Kekuatan emosi milik konklusi kala monotonitas hitam-putih berganti pemandangan berwarna (pemberian orang lain) pun terlucuti.

Bicara soal kegagalan memaksimalkan emosi, pemakaian kamera statis turut berkontribusi. Kecuali pertengkaran besar jelang akhir babak kedua, kameranya menolak bergerak, bahkan sekedar untuk menerapkan zoom in sekalipun (sebagaimana dilakukan Hong Sang-soo) selaku penekanan intensitas. Alhasil, akting para aktor, khususnya Ine, tidak berhasil ditangkap seutuhnya. Di balik berbagai kekurangan, termasuk aspek teknis seadanya tatkala pada beberapa kesempatan kita bisa melihat noise atau usaha menghapusnya yang justru menciptakan efek aneh dan tidak natural bagi visualnya, If This is My Story tetaplah karya Djenar terbaik bagi saya.

7 komentar :

Comment Page:
Andi mengatakan...

Kok aku gag paham ya mas maksud filmnya tuh gimana

Rasyidharry mengatakan...

Sederhana kok, ini sudut pandang suami-istri tentang masalah yang mereka alami. (SPOILER)
Dan 2 babak pertama itu film yang dibikin Kay, realitanya baru di babak 3.

Akbar Pradhana mengatakan...

Bang, film "One Cut Of The Dead" bakal masuk review sini juga kah? Mumpung ada juga di JAFF

Rasyidharry mengatakan...

Yap, tapi baru nonton Senin, bukan di JAFF.

Anonim mengatakan...

review namamu kata pertamaku dong . bingung nih mau nonton apa enggak

Nas mengatakan...

Berarti mirip serial the affair .

Mofan Rizaldi mengatakan...

kapan bang review film jelek lagi???😂😂😂