FALL IN LOVE AT FIRST KISS (2019)
Rasyidharry
Februari 28, 2019
Chi-Jou Huang
,
Chinese Movie
,
Christy Chung
,
Comedy
,
Cukup
,
Kenji Chen
,
REVIEW
,
Romance
,
Talu Wang
,
Yu Shan Chen
,
Yun Lin
,
Yung-Ting Tseng
6 komentar
Lupakan “Jatuh cinta pada pandangan
pertama”. Seperti sudah kita tahu dari judulnya, tokoh utama kita, Yuan Xiang Qin
(Yun Lin alias Jelly Lin), jatuh cinta pada ciuman pertama, yang sebenarnya
terjadi tidak sengaja. Di hari pertama sekolah, ia dan Jiang Zhi Shu (Talu
Wang) bertabrakan. Zhi Shu menangkap Xiang Qin, menariknya agar tak terjatuh,
lalu bibir mereka bertemu. Secepat dan semudah itu. Tapi tidak demikian dengan
jalan yang Xiang Qin tempuh agar hati keduanya bisa bertemu.
Sebab mereka amat berseberangan.
Xiang Qin tergabung dalam kelas F yang berisi murid-murid biang onar bernilai
jeblok di mana membersihkan sarang lebah jadi rutinitas sehari-hari, sedangkan
Zhi Shu adalah jenius dengan IQ 200 yang bahkan tampak menonjol di antara
siswa-siswi kelas A. Ketika Zhi Shu berasal dari keluarga kaya pemilik
perusahaan ternama, wajah Xiang Qin menghiasi berita televisi setelah rumah
reyotnya roboh.
Begitu tergila-gila, Xiang Qin
mengoleksi semua benda yang memajang wajah Zhi Shu. Kegilaan itu bukan
menjangkit ia seorang. Seluruh siswi di sekolah bersikap serupa, semakin
mengecilkan peluangnya merebut hati si pria idaman. Hingga suatu hari, kawan
lama sang ayah mengajak mereka tinggal di rumahnya sampai semua masalah
selesai. Bisa ditebak, kawan lama tersebut adalah ayah Zhi Shu. Ya, keduanya
kini tinggal satu atap.
Fall in Love at First Kiss bukan romansa di mana karakter
utamanya terpikat pada lawan jenis populer, hanya untuk akhirnya menyadari,
sosok yang tulus mencintainya (dan juga ia cintai) adalah seorang biasa yang
selalu ada di dekatnya. Seorang murid dari kelas F (Kenji Chen) selalu mengejar
Xiang Qin, tapi elemen itu hanya berperan menambah kadar humor. Fall in Love at First Kiss adalah
sepenuhnya cerita mengenai kepercayaan diri, berusaha keras mendapatkan cinta
meski ditentang seluruh dunia.
Mungkin beberapa pihak bakal
berpendapat kandungan kisah film ini merupakan kemunduran representasi terhadap
wanita di layar lebar. Tapi anggapan itu
terasa seperti sebuah penggambangan. Sebab apa yang Xiang Qin lakukan adalah
mengejar impian, dan tidak masalah bila mimpi itu berbentuk cinta kepada lawan
jenis. Lagipula dia tak sampai menyia-nyiakan hidup lalu berakhir sebagai budak
cinta tanpa nyawa. Xiang Qin bahkan termotivasi memperbaiki diri, belajar keras
demi meningkatkan nilai ujian, hingga akhirnya meraih pekerjaan yang
diinginkan.
Masalah sebenarnya dari film ini
justru dipicu perilaku Zhi Shu. Dia merupakan pria dingin yang enggan
menunjukkan perasaan sesungguhnya, sehingga tak jarang ia tampak seolah begitu
membenci Xiang Qin. Tapi perbuatannya seringkali terlalu kejam, sampai
mengancam peluang tercurahnya dukungan penonton bagi cinta mereka. Untunglah
ada Yun Lin lewat kepiawaian menampilkan keluguan dan kekonyolan (wajar,
mengingat ia mengawali karir lewat The
Mermaid-nya Stephen Chow), menjadikan Xiang Qin karakter likeable. Cuma penonton tanpa hati yang
berharap Xiang Qin gagal, apalagi setelah melihat tangisan sang gadis.
Karena hanya melihat poster tanpa
menyaksikan trailer, saya terkejut
mendapati fakta bahwa Fall in Love at
First Kiss rupanya sebuah komedi absurd. Penggambaran situasi sekolah serta
penokohan mayoritas karakternya dikemas amat komikal. Pemilihan gaya itu dapat
dipahami, sebab filmnya sendiri merupakan adaptasi manga Itazura na Kiss karya mendiang Kaoru Tada, yang sebelumnya sudah
menjadi materi adaptasi bagi 8 judul serial televisi dari 4 negara (Jepang,
Taiwan, Korea Selatan, Thailand), 25 episode anime, dan 3 film layar lebar. Wajar saat sutradara Yu Shan Chen (Our Times) ingin mempertahankan gaya
tersebut, termasuk visual penuh warna cerah yang memanjakan mata.
Tidak semua humornya bekerja
efektif, karena duo penulis naskahnya, Chi-Jou Huang dan Yung-Ting Tseng (Our Times), memilih mengedepankan
kuantitas ketimbang kualitas, mendorong saya berharap filmnya mau beristirahat
sejenak dalam upayanya memancing tawa dan menambah fokus di paparan drama untuk
membangun rasa. Menekan kadar humor bukan saja berguna memberi penonton waktu
mengambil napas, pula memberi alurnya ruang mempresentasikan kebersamaan dua tokoh utama.
Akhirnya tersisa setumpuk aspek
yang berpeluang menyetir emosi namun urung terjadi akibat minimnya eksplorasi.
Contohnya saat ibu Zhi Shu (Christy Chung) berkata bahwa setelah kehadiran
Xiang Qin di rumah, puteranya mulai berubah. Perubahan yang tak pernah
benar-benar penonton saksikan (ingat, konteks pernyataan sang ibu adalah Zhi
Shu di rumah, bukan di luar). Pun Fall in
Love at First Kiss tak mampu total memaksimalkan ide menempatkan dua tokoh
utama di satu rumah tatkala interaksi keduanya di sana terhitung minim.
Tapi seiring waktu bergulir,
filmnya mulai membayar lunas hal-hal yang terbuang percuma. Akhirnya kita
disuguhi beberapa interaksi Xiang Qin dan Zhi Shu. Hadir sedikit terlambat,
namun efeknya tidak main-main. Berkebalikan dengan humornya, momen romantis dua
protagonis memang rendah soal kuantitas, tapi berkualitas tinggi berkat
sensibilitas sang sutradara memainkan suasana sarat asmara. Puncaknya adalah 5-10
menit terakhir yang membuat kelemahan filmnya (juga kesalahan Zhi Shu)
termaafkan sekaligus mampu melelehkan hati.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
6 komentar :
Comment Page:bang kalo bisa tambahin review film lawas dong soalnya setiap saya kl pgn nonton film saya liat rating dari agan dulu hehe.. saya ngerasa penilaian gan rasyid cocok dgn saya maklum lah saya nonton utk terhibur bkn malah bikin bad mood hehe
atau kl nggak letterboxd ente pnya letterboxd ora?
pantesan kok menurut saya sama banget ceritanyaitazura na kiss dan naughty kiss (kdrama).
ternyata emang beneran adaptasinya.
Film lama, kayak udah beberapa kali saya jawab, emang udah gak ditulis lagi karena waktu & tenaga yang nggak memungkinkan. Tapi tiap nonton pasti dibahas lewat twitter. Letterboxd di "rasyidharry", tapi di situ cuma buat setor rating sih.
bang ada translate isi surat xiang qin nya ga bang? nyari di google ga nemu nemu
Ada yang ngetwit nih
https://mobile.twitter.com/alvinxi123/status/1100683605905420289
pas awal film ny langsung tau ni mang adaptasi itazura na kiss,
nnton film ini rasa nya mumet bgt... mengingat udah nonton serial versi jepang dan taiwan, nnton film ni jd terasa marathon...
tp lumayan lah utk sekedar hiburan..
btw ini setingan nya dimana sih, shanghai ya?
Posting Komentar